Tanpa mengulur waktu Mark menarik senjata nya dan menembakkan nya kearah tangan junmyeon hingga membuat pegangan tangan junmyeon pada pistolnya terlepas.
Dor
Haechan membelakkan matanya, lalu berlari kearah ayahnya.
"Mark apa yang kau lakukan." Teriak Haechan.
"Papah." Sekuat tenaga Haechan berlari dan menarik kursi roda yang ayahnya duduki, lalu menariknya untuk menjauhi junmyeon.
Sementara Mark berlari kearah anak buah junmyeon dan menyerangnya lalu menarik Renjun kedalam pelukannya, memeluknya erat sambil menembakkan senjatanya.
Haechan melihat semuanya, dia melihat begitu khawatir nya Mark terhadap Renjun, dan melupakan bahwa Haechan juga membutuhkan bantuan, menggeleng pelan Haechan harus kembali ke keadaan dan tujuannya menyelamatkan sang ayah.
Dor dor dor
"Kau aman, jangan takut." Mark berusaha menenangkan Renjun dalam pelukannya.
"Tapi Mark aku menjijikkan, lepaskan aku biarkan aku mati disini hiks."
"Apa yang kau katakan, aku berjanji setelah ini akan menghapus ingatan buruk yang kau alami, kau mendengarkan aku Renjun."
Renjun mengangguk lalu berdiri dibelakang tubuh Mark.
Setelah itu terjadilah pertumpahan darah antara anak buah junmyeon dan Mark, untuk Haechan dia masih berusaha untuk menyelamatkan ayahnya, karena kursi roda yang diduduki nya cekal oleh sebelah tangan junmyeon.
"Enyah kau."
Haechan menendang tangan junmyeon yang terus menarik kursi roda ayahnya dengan susah payah bahkan air matanya ikut menjadi saksi.
"Pergilah sayang, papah akan baik-baik saja."
Tidak menjawab pertanyaan ayahnya Haechan menggeleng pelan, dia akan terus berusaha sampai bisa lepas dari junmyeon semuanya harus segera diakhiri.
Haechan berhasil melepaskan cekalan lengan junmyeon lalu buru-buru saja mendorong kursi roda ayahnya kearah pintu keluar, namun saat akan melangkah matanya melihat salah satu anak buah Junmyeon yang membawa sebuah balok dan sepertinya akan dilayangkan kearah Mark, menghentikan langkahnya lalu Haechan berlari.
"Mark, menyingkirlah." Teriak Haechan, lalu menendang orang itu hingga terjatuh kebawah. Melirik kearah kanan Haechan berguling dan mengambil balok tadi lalu memukulkan nya pada salah satu anak buah junmyeon hingga mengenai kepalanya dan setelah nya mengeluarkan darah berwarna pekat.
Napas Haechan memburu dan membuang balok itu, balik menatap Mark.
"Pergilah tugasmu telah selesai Mark."
Ya, sebelum benar-benar untuk datang kerumah Junmyeon Haechan menceritakan semuanya kalau Renjun telah diculik, dan Hendery telah dibunuh bahkan orang-orang junmyeon menyuruh mereka untuk membuang jasad Hendery kesebuah jurang.
Haechan tidak mengambil kesempatan agar Mark menyelamatkan ayahnya, dia hanya tidak ingin memiliki hutang budi pada Mark dia juga tidak ingin merasa bersalah pada Mark karena Renjun telah diculik karena rencana junmyeon yang sialnya melibatkan Haechan, jadi Haechan memberi tahu Mark tentang Renjun yang diculik.
Mark menatap Haechan dengan tatapan tidak percaya, sebegitu bencikah Haechan padanya disaat seperti ini Haechan menyuruh Mark untuk pergi, lalu bagaimana dengan nya dan ayahnya.
"Semuanya belum berakhir, Mark, Haechan."
Dengan susah payah Junmyeon menyodorkan pistolnya kearah Jongin, karena luka ditangannya yang disebabkan oleh Mark.
Hatinya mulai bergemuruh, bahkan matanya mulai bergulir resah berusaha mencari cara agar bisa menyelamatkan ayahnya, bahaimana bisa Haechan begitu ceroboh seharusnya tadi dia menyelamatkan ayahnya terlebih dahulu.
Saat Mark akan melangkah untuk menyerang junmyeon kembali tiba-tiba saja Renjun memeluknya dari belakang dengan erat dia sangat ketakutan bahkan tubuhnya terasa begitu dingin, dan tangannya yang bergetar hebat. Dan setelah itu Renjun pingsan tidak sadarkan diri, dengan sigap Mark langsung membawa Renjun kedalam dekapannya.
Dor
Suara tembakan terdengar begitu saja, dan itu membuat junmyeon terkapar dilantai dengan perutnya yang mengeluarkan banyak darah, Haechan menolehkan kepalanya dan mendapati Eric dengan senjata api mematikan ditangannya, Haechan terdiam tidak percaya Tuhan menyelamatkan ayahnya dengan mengirimkan malaikat seperti Eric.
Eric mendekati junmyeon. "Paman kau baik." Jongin mengangguk dengan wajahnya yang semakin memucat.
Haechan ambruk, semuanya telah berakhir dia menangis karena bahagia, apakah ini benar-benar nyata, apakah semuanya benar telah selesai.
Saat melihat kearah Mark, air matanya kembali turun. Mark yang terlihat kacau dengan Renjun di pangkuannya, bahkan Mark seperti tidak menyadari lagi keberadaan Haechan, sebesar apapun kebencian Haechan tapi tetap saja dia masih mencintai Mark, dan sekuat apapun kenyataan memberi tahu Haechan bahwa Mark bukan miliknya tetap saja Haechan akan merasa hancur saat melihat orang yang dicintainya tidak memperdulikannya.
Mark terlihat berdiri, dengan Renjun di gendongannya beranjak pergi keluar dan meninggalkan keadaan kacau dikediaman Choi.
"Haechan." Teriak Jaemin, dan langsung memeluk sang sahabat dengan erat.
"Kau, kenapa tidak bilang padaku, setidaknya aku bisa membantu mu."
Sedangkan Haechan kembali menangis didalam pelukan Jaemin, dan meraung. Jongin yang melihat anaknya menagis pun meminta Eric untuk membawanya kepada putri kesayangannya itu.
"Na, biarkan paman Jongin memeluk Haechan." Jaemin bangkit lalu berdiri disamping Jeno, setelah itu memeluk sang kekasih karena tidak sanggup melihat kesakitan yang tengah diderita oleh sang sahabat.
"Anakku." Jongin mencium kening Haechan dengan tangisannya yang terdengar sendu. Haechan tidak mengeluarkan sedikit katapun dia hanya ingin merasakan dekapan hangat sang ayah.
Setelah itu terdengar suara sirene diluar kediaman Choi, sepertinya para polisi telah datang setelah Jeno dan Jaemin menghubungi mereka.
Para polisi dan yang lainnya membereskan kekacauan dirumah junmyeon, Jeno dan Jaemin membawa Jongin kedalam ambulan dan membawanya menuju rumah sakit, sementara Haechan dan Erick masih berada dihalam rumah Junmyeon.
"Terimakasih." Ucap Haechan dengan suara seraknya.
Tanpa menjawab ucapan Haechan, Eric malah menarik Haechan kedalam pelukannya dan menenangkan Haechan dengan mengelus lembut punggung Haechan. Bahkan sepertinya Haechan menangis kembali, terlihat dari punggungnya yang bergetar.
"Semuanya telah berakhir." Haechan melepaskan pelukannya dan mendongak.
Eric menghapus air mata Haechan, lalu memegang lengan HaechanHaechan dengan tersenyum.
"Kau memang gadis hebat Haechan."
"Berhenti bersedih, sebaiknya kita menyusul ayahmu Jeno dan Jaemin telah berada disana." Kata Eric, lalu Haechan mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love The Killer [Markhyuck Gs]✔
FanfictionRemember, life is a choice Markhyuck GS