Sebuah Keputusan

10K 536 19
                                    

Happy Reading❤

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
🔻







Hari mulai sore kini Ella, Arin, Salsa dan Rani sedang berjalan beriringan di lorong kampus. Setelah semalam mereka menyelesaikan pesta ulangan tahun Nabila sampai larut kini mereka mempunyai jadwal mata kuliah yang sangat padat bahkan sampai sore.

Rasa lelah benar-benar menghampiri mereka berempat, saat ini yang mereka inginkan hanya pulang ke rumah mereka dan merebahkan tubuhnya di kasur yang empuk. 

Ella memicingkan matanya saat melihat sekelompok gadis yang berjalan berlawanan arah dengannya sepertinya Ella mengenali sekelompok gadis itu. Saat sekelompok gadis tersebut semakin mendekat ke arah Ella, Arin, Salsa dan Rani barulah ia mengenali bahwa itu adalah Bianca dkk.

"Haiiii para jalang"sapa Bianca saat dia ada di dekat Ella, Arin, Salsa dan Rani. Ella dan ketiga sahabatnya hanya memutar bola matanya jengah saat mendengar penuturan Bianca.

"Bi, gue lagi males adu bacot sama lo. Jadi lo jangan cari gara-gara sama gue!"peringat Ella pada Bianca. Sedangkan Bianca hanya tersenyum devil seolah tidak peduli dengan perkataan Ella.

"Udah La, jangan ngeladenin dia mending kita pergi"Arin pun buru-buru mengajak Ella, Salsa dan Rani segera menjauh dari Bianca untuk menghindari keributan yang pasti terjadi kalau mereka terus meladeni spesies seperti Bianca.  Namun baru beberapa langkah mereka menjauh dari sana perkataan Bianca sukses membuat langkah Ella, Arin, Salsa maupun Rani terhenti.

"Eh Arin, lo di bayar berapa sampai bisa di jadiin simpenan dokter?"tanya Bianca lalu kakinya melangkah mendekat ke arah Arin yang saat ini sudah naik pitam karena perkataan Bianca tadi.

"Perempuan kaya kalian emang pantes yah di bilang murahan, yang satu suka caper sama cowok dan yang satu jadi simpenan dokter muda. Dan lo, Salsa sama Rani kok mau sih bersahabat sama dua perempuan murahan ini?"Ucapan pedas Bianca sukses membuat Ella, Arin, Salsa dan Rani kesal. Tanpa sadar mereka mengepal tangannya kuat-kuat berusaha menahan emosi yang bergejolak di dalam diri mereka.

"Lo tanya gue sama Rani kenapa mau bersahabat sama Arin sama Ella? Simpel sih alesan gue, yah karena mereka tuh gak munafik kaya lo!"sarkas Salsa yang sudah geram dengan tingkah dan ucapan sialan Bianca.

"Satu lagi, mereka juga gak sirikan kaya lo!"Rani mulai membuka suara, sebenarnya Rani juga sudah muak dengan semua kelakuan Bianca.

"Terserah lo mau bilang gue apa, sekarang gue cuman mau nanya sama Arin. Rin cowok yang jadiin lo simpenan gue perhatian ganteng juga yah? Boleh dong kenalin ke gue? Kayanya gue tertarik deh sama tuh dokter, lagi pula cewek kaya lo tuh gak pantes sama cowok seganteng dia, jelas-jelas cantikan gue kemana-mana. Jadi mending lo kasih tuh cowok buat gue, dan lo gak usah capek-capek jadi simpenan tuh cowok"ujar Bianca dengan wajah tengilnya. Sedetik kemudian tiba-tiba Bianca merasakan sebuah tangan menampar pipinya dengan keras. Seketika darah segar di sudut bibirnya pun keluar.

Arin gadis itulah yang sudah berani menampar Bianca. Arin benar-benar sudah tidak bisa menahan emosi yang sedari tadi bergejolak di dalam dirinya. Ia benar-benar sudah tidak tahan dengan ucapan sampah yang di keluarkan Bianca. Sedangkan Ella, Salsa dan Rani saat ini sedang tersenyum penuh kemenangan, mereka harus berterimakasih banyak pada Arin karena telah berani menampar Bianca.

"Ini akibatnya karena lo udah ngomong sembarangan tentang gue dan sahabat gue. Awalnya emang gue diem karena gue gak mau nyari ribut sama lo, tapi semakin lama gue diem, lo semakin ngelunjak dan gak sadar dengan ucapan sampah lo! Jadi kalo sekali lagi lo ngomong sembarangan tentang gue ataupun sahabat gue, lo bakal nerima lebih dari apa gue lakuin sekarang"ujar Arin dengan lantang dan penuh amarah pada Bianca.

My Lecturer Is My Cold HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang