The Coldest Boy 28

247 22 0
                                    

Hari sudah sore. Bel pulang sekolah baru saja berbunyi beberapa menit yang lalu. Kelas-kelas mulai memuntahkan para siswa yang baru saja bubar.

Rishan berjalan menuju parkiran. Di sana sudah ada Rendra dan ketiga sahabatnya menunggu.

“Ayo!” Rishan hendak memasuki mobilnya.

Rendra mengangguk kemudian menaiki motor bmw-nya. Namun pergerakannya segera dihentikan oleh Rishan.

“Eehh, ngapain lo?” Rendra menatap Rishan bingung. “Lo pergi bareng gue naik mobil! Biar motor lo kasih ke temen lo!” ujar Rishan.

Tak mau berdebat, Rendra memberikan kunci motornya pada Direy untuk membawanya. Sedangkan Ega pergi dengan mobil bersama Nizar seperti biasanya.

Rendra masuk ke dalam mobil Rishan, kemudian mobil pun melaju perlahan meninggalkan area sekolah.

Hanya dalam waktu kurang lebih sepuluh menit, Rishan dan Rendra sudah sampai di tempat mereka akan bertemu dengan pemilik kartu nama itu.

Setelah memarkirkan mobilnya dengan baik, Rishan pun turun, disusul oleh Rendra.

“Pak Rayyan?” sapa Rendra kepada seorang pria berkemeja yang tengah duduk di salah satu meja yang ada di luar sebuah kafe.

Pria itu mengalihkan fokusnya dari ponselnya yang sedari tadi ia mainkan ketika seseorang menyapanya.

“Oh, kamu... Ayo, silakan duduk!” ujar pria bernama Rayyan itu ramah. Rishan dan Rendra pun duduk di meja yang sama dengan pak Rayyan.

“Bagaimana keadaan kamu?” tanya Rayyan pada Rendra, cowok yang saat itu terlibat dalam kecelakaan.

“Saya sudah membaik, Pak.”

“Syukurlah kalau begitu, saya ikut senang dan lega mendengarnya.”

“Saya minta maaf karena sudah menabrak mobil Bapak. Kalau Bapak perlu ganti, saya siap bertanggung jawab, Pak,” ujar Rendra. Ya, biar bagaimanapun kecelakaan itu terjadi karena kesalahannya yang melamun ketika menyetir sepeda motor.

“Ah, tidak perlu. Kamu tidak perlu memikirkan hal itu. Lagipula, kita kan sama-sama korban dalam hal ini. Kamu juga sempat terluka dan dibawa ke Rumah Sakit. Saya tidak mungkin ambil kesempatan dalam masalah ini.”

Benar-benar orang baik Pak Rayyan ini. Rishan dan Rendra hanya bisa tersenyum membalas sikap ramah dari pria setengah baya di hadapan mereka itu.

“Kalian baru pulang sekolah, ya?”

“Iya, Pak.” Rishan yang menjawab.

“Kalian mau pesen apa? Minuman? Atau mau sekalian makan?” tawar pak Rayyan.

“Oh, gak usah, Pak. Kami juga gak akan lama, kok. Kami ke sini cuma mau mengembalikan kartu nama Bapak.” Rishan memberikan kartu nama Pak Rayyan yang sebelumnya Rizal berikan padanya ketika Rendra di Rumah Sakit.

Pak Rayyan menerima benda tersebut.

“Lagian, kami juga gak mau berlama-lama, takutnya Bapak ada keperluan lain,” ujar Rishan sopan.

“Ah, tidak masalah. Saya lagi free time, kok,“ jawab Pak Rayyan santai. Rishan dan Rendra manggut-manggut menanggapinya.

“Nama kamu...” Pak Rayyan memperhatikan nama yang tertulis di baju seragam sekolah putih milik Rishan.

Rishan mengalihkan pandangannya sekilas ke arah nametag di bajunya, kemudian beralih menatap Pak Rayyan di hadapannya.

“Nama saya Rishan, Pak. Ini adik saya, Rendra,” ucap Rishan memperkenalkan, masih dengan nada suara yang santun.

BOY OF WINTER [END] - REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang