PART 7 : ISKA
Pukul 11:30 siang, semua siswa laki-laki berkumpul di masjid sekolah untuk melaksanakan sholat Jum'at bagi mereka yang beragama muslim.
Rendra dan ketiga sahabat setianya kini tengah duduk santai di depan kelasnya. Itulah kebiasaan mereka setiap Jum'at. Sangat tidak nyaman bagi Rendra untuk berdesakan mengantre air wudhu di masjid. Dia memilih untuk menunggu sampai masjid penuh dan tak terlalu banyak orang yang mengantre. Padahal datang ke masjid di awal waktu sangatlah bagus, bukan? Kawan-kawan Rendra pun hanya mengikut saja tanpa mereka tahu mengapa.
“Eh, cewek yang kemarin gimana?” tanya Direy.
“Kemarin sih udah kita anter pulang. Tapi dia minta diturunin di pinggir jalan. Apa dia nggak mau kita tahu rumahnya, ya? Aneh,” jelas Ega yang kemarin mengantarkan gadis bercadar itu bersama Nizar.
“Nggak aneh, lah. Kalau dia minta diturunin di tengah jalan, itu baru aneh,” sahut Direy. Mata Ega dan Nizar menatap ke arahnya dengan malas.
“Kerupuk kulit,” gumam Nizar mengalihkan pandangannya.
“Apaan kerupuk kulit?” tanya Direy.
“Garing,” jawab Nizar.
“Crispy,” tambah Ega.
“Loh, gue bener, 'kan? Kalau dia minta diturunin di tengah jalan, ya dia nanti ketabrak, gimana? Itu baru aneh,” bela Direy kekeh dengan leluconnya.
“Tapi serius, deh. Kasihan juga, 'kan, kalau cewek harus pulang sendirian sore-sore gitu. Apa nggak bahaya?” kata Nizar serius.
“Hm, iya, sih. Harusnya tiap ekskul tuh jangan pulang sore-sore. Karena pasti banyak orang yang rumahnya jauh dan nggak semua murid di sini punya kendaraan pribadi, kayak Rendra yang punya motor, atau kayak lo yang punya mobil,” sahut Ega.
“Gak usah dijelasin juga kita udah tahu definisi kendaraan, bogel!” ketus Direy.
“Kasihan, sih. Mereka harus naik angkutan umum buat pulang. Tapi kalau maghrib kan belum tentu ada angkutan umum yang lewat,” sambung Ega.
“Menurut lo gimana, Ren?” tanya Nizar pada Rendra yang duduk di samping kirinya, yang sedari tadi diam tak bersuara. Ya, itu sudah biasa.
--o0o--
Sholat Jum'at selesai. Seperti biasa, para siswa langsung berhamburan keluar masjid setelah imam mengucapkan salam. Apakah hal itu sudah menjadi tradisi? Tidak bisakah mereka berdiam diri sebentar di dalam masjid untuk berdo'a dan berdzikir?
Lagi-lagi, Rendra dan kawan-kawannya harus berdiam diri di masjid sedikit lama. Dia tak mau jika harus berdesakan dengan orang-orang hanya untuk keluar masjid. Datang terlambat, pulang pun telat. Tak apa, 'kan? Walaupun akan lebih baik jika mereka datang lebih awal, pulang lebih akhir.
Setelah masjid cukup lenggang, tak banyak orang yang berlalu-lalang, barulah Rendra keluar diikuti ketiga sahabatnya. Mereka duduk di teras masjid untuk memakai kembali sepatu mereka.
“Assalamu'alaikum,” ucap lembut seseorang dari belakang Rendra dan ketiganya.
“Waalaikumussalam.” Mereka pun menoleh dengan segera.
Terlihat gadis berjilbab lebar dengan memakai cadar berdiri di belakang mereka.
“Aku cuma mau bilang terima kasih sama kalian, kemarin kalian udah nganter aku pulang,” ucap gadis itu.
Benarkah dia gadis yang kemarin diantar pulang Nizar dan Ega? Sebenarnya ada beberapa siswi yang memakai cadar di sekolah mereka, meski tak banyak. Mungkin hanya empat atau lima orang saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
BOY OF WINTER [END] - REVISI
Teen FictionTAMAT - Tahap REVISI... Jadi sorry kalau masih ada beberapa typo di dalamnya 🤙🏻 BOY OF WINTER (Judul awal The Coldest Boy) Genre: slice of life, drama, persahabatan "Sendiri itu kenyamanan... Dan Hening itu kedamaian." ~ Rendra Al Bahira. *** Blur...