Latihan seharusnya memang melelahkan. Tapi rasa lelah itu akan terbayar karena kebahagiaan yang diperoleh ketika kita senang melakukannya.
Sepulang sekolah, seperti biasa Rishan selalu berkumpul dengan kawan-kawannya. Latihan band, basket, atau futsal. Tak heran kenapa Rishan menjadi idola di sekolah, hobinya saja keren-keren.
Waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore. Rishan masih sibuk nongkrong dengan kawan-kawannya sampai ia lupa bahwa sore ini ia punya janji dengan Raya untuk pergi kencan.
Ponsel Rishan berbunyi berkali-kali tanda panggilan masuk dari Raya, namun si pemilik ponsel tak kunjung mengangkatnya. Laki-laki itu tidak sadar saking asyiknya bermain gitar.
Raya menunggu Rishan di rumahnya karena Rishan bilang dia akan menjemputnya.
Ponsel Ravel berbunyi, tanda panggilan masuk. Merasa ada yang bergetar di saku celananya, Ravel segera melihat ponselnya.
“Shan, Raya nelpon gue, nih,” ucap Ravel bingung.
Rishan segera melihat ponselnya yang ia letakkan di atas meja kecil di sampingnya. Dan benar saja, ada beberapa panggilan masuk tak terjawab dari Raya.
“Sial! Gue lupa hari ini aja janji sama dia,” ucap Rishan menepuk jidatnya.
“Halo! Kasih HP-nya sama Rishan!” titah Raya setelah Ravel menerima panggilan teleponnya.
Ravel memberikan ponselnya pada Rishan, kemudian Rishan menerimanya. “Halo, Ay. Maaf, aku—”
“Gak jadi pergi!” kesal Raya memotong perkataan Rishan, kemudian menutup teleponnya begitu saja.
“Mati gue!” gumam Rishan lantas segera mengambil ponsel dan juga jaketnya, kemudian pergi.
“Shan...” panggil Wildan.
“Gue pergi dulu, ya. Sorry. Jumpa besok!” Dan akhirnya Rishan benar-benar pergi.
Tak butuh waktu lama, kini mobil Rishan sudah sampai di depan rumah Raya. Rishan turun dari mobilnya, kemudian mencoba menghubungi Raya dengan ponselnya.
Sekali, dua kali, tak ada jawaban. Raya tidak menerima panggilan dari Rishan. Sebenarnya Raya bukan tipe gadis yang gampang marah. Hanya saja, apakah tidak keterlaluan jika seorang laki-laki membiarkan pasangannya menunggu begitu lama karena dia asik dengan dunianya? Apalagi laki-laki itu sudah membuat janji.
Tak kunjung mendapatkan respon dari Raya, akhirnya Rishan mencoba mengirimkan pesan.
‘Sayang, aku di depan rumah kamu. Kamu keluar, ya. Aku minta maaf.’
Tak ada balasan.
‘OK, aku tahu aku salah. Aku lupa waktu karena asik sama temen-temen. Jangan marah, ya.’
Pesan kedua, tetap tak ada balasan.
‘Kalau kamu tetep gak mau keluar, aku gak akan pergi.’
Setelah pesan ketiga terkirim, Raya pun keluar beberapa saat setelahnya. Raya bukan gadis yang akan tega membiarkan pasangannya menunggu hanya karena perempuannya sedang marah. Raya bukan gadis yang kekanakan.
Raya menghampiri Rishan dengan wajah kesal, Rishan dapat melihat itu.
“Kita jadi pergi, ya,” pinta Rishan memelas.
Raya tak menjawab, ia malah langsung pergi hendak masuk ke mobil. Raya membuka pintu mobil, ternyata dikunci. Ia menoleh ke arah Rishan, mereka bertatapan selama beberapa saat sampai akhirnya Rishan sadar dan langsung membuka mobilnya dengan remote.
Rishan berjalan memutari depan mobilnya, kemudian masuk di kursi kemudi di samping Raya yang sudah masuk terlebih dahulu.
“Kenapa kamu lama? Kamu tahu gak, aku udah nunggu kamu selama satu jam! Ditelepon gak diangkat, lagi! Kamu tuh ngapain, sih, di sana? Pasti kamu sama cewek lain, 'kan, sampai lupa sama aku!?" omel Raya panjang lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
BOY OF WINTER [END] - REVISI
Teen FictionTAMAT - Tahap REVISI... Jadi sorry kalau masih ada beberapa typo di dalamnya 🤙🏻 BOY OF WINTER (Judul awal The Coldest Boy) Genre: slice of life, drama, persahabatan "Sendiri itu kenyamanan... Dan Hening itu kedamaian." ~ Rendra Al Bahira. *** Blur...