The Coldest Boy 35

330 19 0
                                    

Rendra Tangguh, Tapi Rapuh

.

Rishan menggenggam tangan Raya sambil keduanya berjalan di sebuah pusat perbelanjaan. Hari Minggu ini, keduanya sudah berjanji untuk jalan bersama. Mereka tidak berdua. Ada dua pengawal yang setia berjalan di belakang mereka. Siapa lagi jika bukan Ravel dan Wildan.

“Mau ke mana lagi?” tanya Rishan pada Raya.

“Makan,” jawab Raya dengan wajah lucu.

“Ya udah, kita cari foodcourt di sebelah sana.” Rishan menunjuk ke arah depan. Setahunya ada tempat makan di sekitar sana. “Guys, kita makan dulu. Raya laper katanya.” Ia menoleh ke belakang ke arah dua sahabatnya.

“Oke, kita mah ngikut aja,” sahut Wildan.

“Raja dan ratu biar yang nentuin semuanya,” ledek Ravel yang malah dibalas tawa kecil oleh Rishan dan Raya.

Rishan merogoh saku celananya sambil terus berjalan ketika getar ponselnya terasa dari dalam sakunya. Ia mengernyitkan dahi ketika melihat nama Nizar tertera di layar ponselnya. Tumben sekali adik kelasnya yang bersahabat dengan adiknya itu menelepon. Tanpa mau banyak berpikir, Rishan menerima panggilan tersebut.

Rishan menempelkan ponsel di telinganya. “Halo?”

“Shan, gue perlu ketemu sama lo.”

“Tumben banget. Ada apa?” ujar Rishan heran.

“Ada yang harus gue omongin. Ini soal Rendra.”

Rishan menghentikan langkahnya ketika mendengar nama Rendra disebut. “Kenapa Rendra?"

“Ck, makanya gue harus ketemu sama lo.”

“Oke, kalau gitu lo ke mall biasa aja. Kebetulan gue lagi di sini.”

“Enggak, lo aja yang ke sini! Sekalian gue mau nunjukin sesuatu sama lo.”

“Hm, oke. Tapi gue bawa Raya juga, boleh, kan?”

“Terserah. Nanti gue share alamatnya.”

“Hm.” Rishan mematikan panggilannya.

“Ada apa sama Rendra?” tanya Raya yang sedari tadi mendengarkan percakapan Rishan, walau dia tidak mendengar suara Nizar di seberang telepon sana. Bahkan dia tidak tahu bahwa yang menelepon adalah Nizar.

“Gak tahu,” jawab Rishan cemas. “Guys, kayaknya kita batal makan, deh. Gue ada urusan. Kalian mau ikut atau balik aja?”

Ravel dan Wildan saling berpandangan selama beberapa detik, seakan berdiskusi.

“Ikut, deh,” jawab Ravel.

“Iya, gue penasaran ada apa.”

“Ya udah, yuk!”

Mereka berempat pergi ke alamat yang telah Nizar berikan sebelumnya. Rishan sampai di sebuah rumah sederhana yang ia tak tahu rumah siapa. Nizar sudah menunggunya di depan gerbang. Rishan memarkirkan mobilnya di pinggir jalan karena di halaman rumah sudah ada mobil Nizar. Mereka turun dari mobil kemudian menghampiri Nizar.

“Ikut gue!” ucap Nizar berlalu pergi. Yang lainnya segera mengikuti tanpa banyak bertanya.

Nizar membawa mereka memasuki rumah kediaman Pak Surya. Rishan, Raya, Wildan, dan juga Ravel, hanya mengikutinya tanpa banyak bertanya ini rumah siapa dan mau apa meraka ke sini. Sampai di halaman belakang, mereka diperlihatkan dengan keadaan kacau di mana hiasan-hiasan pita dan balon berserakan seperti habis terkena angin topan.

BOY OF WINTER [END] - REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang