Dinginnya tangan Rishan yang mengelus lembut pipi Reva membuat wanita itu terbangun dari tidur lelapnya. Reva membuka matanya perlahan ketika merasakan sentuhan lembut tangan Rishan yang membelai pipinya.
Rishan menatap Reva dengan tatapan lirih. Setelah pertengkaran kecilnya dengan Rendra di depan rumah tadi, membuat cowok itu tersadar akan perbuatannya yang sering kali mengabaikan sang mama.
“Rishan, kamu udah pulang, Nak,” ucap Reva dengan suara serak sambil memegang tangan Rishan yang masih menyentuh pipinya. Cowok itu terduduk di lantai sambil menggenggam sebelah tangan mamanya yang masih berbaring di atas ranjang.
“Rishan ganggu tidur Mama, ya?”
“Nggak, kok, Sayang. Ada apa? Kamu mau sesuatu?” Rishan hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.
Rishan menunduk, tak berani menatap mamanya dengan mata yang saat ini sudah berkaca-kaca.
Reva mengangkat tubuhnya, mengubah posisinya menjadi duduk di atas kasur putihnya kemudian mengelus rambut anak kesayangannya dengan penuh kasih.
“Ada apa? Apa kamu ada masalah? Kamu bisa cerita sama Mama.” Reva dengan perasaan seorang ibu merasa bahwa anak kesayangannya ini tengah mengalami suatu masalah.
Rishan segera menghapus air matanya yang sudah lancang jatuh ke pipinya dengan sebelah tangannya. Dengan mata yang memerah, Rishan memberanikan diri menatap Reva.
“Ma, maafin Rishan, ya. Rishan selalu bikin Mama marah. Rishan selalu bentak-bentak Mama. Rishan juga jarang punya waktu buat temenin Mama. Rishan minta maaf, Ma,” ucap Rishan tulus dari dalam hatinya.
Pertengkaran kecilnya dengan Rendra beberapa menit yang lalu sungguh membuat hati Rishan terdobrak untuk segera sadar akan pentingnya sosok Reva dalam hidupnya. Ia seharusnya bersyukur ketika Reva menyayanginya, sangat menyayanginya. Rishan seharunya bisa menghargai hal itu. Sementara adiknya, Rendra tak seberuntung dirinya ketika sang mama harus mengasingkannya hanya karena Rendra tak memiliki hubungan darah dengannya.
Rishan tak tahu bagaimana rasanya jika dirinya yang berada di posisi Rendra, ketika orang yang ia anggap sebagai seorang ibu, seseorang yang ia harapkan kehadirannya, yang ia harapkan kasih sayang tulus darinya malah membencinya. Rishan sungguh sangat bodoh karena telah menyia-nyiakan kasih sayang yang selama ini selalu Reva berikan kepadanya, yang bahkan Rendra tak pernah mendapatkannya.
“Kamu kenapa, Sayang? Kok tiba-tiba minta maaf gini sama Mama?” tanya Reva heran sekaligus terharu dengan apa yang dilakukan putranya ini.
“Rishan sadar selama ini Rishan selalu ninggalin Mama. Rishan lebih senang sama dunia Rishan sendiri di luar sana, sama temen-temen tanpa Rishan sadari kalau Mama juga pasti butuh Rishan di sini buat nemenin Mama.” Rishan kembali terisak. Kini ia tak ragu lagi untuk melepaskan semua air matanya yang sedari tadi dengan susah payah ia tahan. Kini Rishan membiarkan carian bening itu mengalir di pipinya.
Rishan tak hentinya terisak sambil tetap memegangi sebelah tangan Reva, sesekali mencium punggung tangan mamanya itu. Punggung Rishan bergetar akibat tangisannya. Reva yang merasa terharu pun mulai terpancing. Sebelah tangannya menjulur mengusap punggung Rishan yang bergetar. Kini, wanita itu pun sudah ikut menangis akibat perlakuan lembut putranya yang secara tiba-tiba ini.
“Kamu gak perlu minta maaf sama Mama, Sayang. Mama baik-baik aja, kok. Selama kamu senang, selama kamu bahagia, sama siapapun kamu dan di manapun kamu, kalau kamu emang lebih senang sama temen-temen kamu, gak apa-apa. Mama juga ikutan bahagia, kok.”
Rishan bangkit dari duduknya. Ia mendudukkan dirinya di atas kasur kemudian menarik Reva ke dalam pelukannya. Keduanya larut dalam pelukan hangat dengan isak tangis yang masih menyertai keduanya. Sementara itu, di sisi lain seorang laki-laki terlihat menggigil kedinginan. Menginginkan dan mengharapkan akan adanya pelukan hangat dari orang yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
BOY OF WINTER [END] - REVISI
Teen FictionTAMAT - Tahap REVISI... Jadi sorry kalau masih ada beberapa typo di dalamnya 🤙🏻 BOY OF WINTER (Judul awal The Coldest Boy) Genre: slice of life, drama, persahabatan "Sendiri itu kenyamanan... Dan Hening itu kedamaian." ~ Rendra Al Bahira. *** Blur...