The Coldest Boy 10

419 25 0
                                    

Suasana rumah pun terlihat cukup sepi. Hanya terdengar bisik orang berbicara di televisi yang di biarkan menyala di ruang tengah. Raya mendudukkan dirinya di sofa depan tv di samping Rishan. Setelah sarapan pagi tadi, Raya membantu Bi Harum untuk beres-beres di dapur. Meski wanita paruh baya itu menolak, Raya tetap bersikeras untuk membantunya. Benar-benar Raya gadis yang sangat baik.

Pandangan Rishan sibuk ke depan menatap layar televisi yang menayangkan serial kartun dengan minuman di tangan kanannya. Raya mengambil buku novel yang terletak di atas meja kaca yang ada di depan sofa yang mereka duduki. Lembar demi lembar Raya buka. Ia tidak benar-benar membacanya. Hanya melihat-lihat sambil membacanya sekilas saja.

“Ini novel punya kamu?” tanya Raya dengan mata masih tertuju pada novel di tangannya.

“Bukan. Itu punya Mama. Aku gak suka baca novel,” jawab Rishan.

Rishan menatap Raya yang duduk di sampingnya dengan sedotan menempel di mulutnya meski sebenarnya ia tak menyedot minumannya. Raya terlihat sangat cantik dengan rambut lurusnya yang dibiarkan terurai. Rishan kembali mengalihkan pandangannya pada layar televisi di depannya. Perlahan sebelah tangannya terangkat ke belakang sofa merangkul Raya. Raya yang merasakan hal itu pun menoleh ke arah tangan Rishan yang berani merangkulnya, kemudian matanya beralih menatap Rishan dengan tatapan tajam. Merasakan hal itu, Rishan pun menarik kembali tangannya dari belakang kekasihnya.

Sudah menjadi sifat normal pria jika keadaan sudah sepi seperti ini. Apalagi mereka hanya berdua di rumah sementara Bi Harum tengah pergi ke luar membeli beberapa keperluan dapur yang hampir habis. Reva pergi ke luar kota untuk urusan kantor. Setelah kepergian Hendra, Reva lah yang mengurus perusahaan karena Rishan masih sekolah dan ia harus kuliah selama beberapa tahun lagi.

Dalam keadaan sepi seperti ini, niat Rishan mengambil kesempatan sangatlah tepat. Rishan menyimpan minuman yang ia pegang tadi ke atas meja kaca di depannya. Diam-diam Rishan menggeser duduknya mendekati Raya, sedikit demi sedikit. Rishan kembali merangkul punggung Raya dengan sebelah tangannya, kemudian tanpa permisi ia mendekatkan wajahnya pada leher putih kekasihnya. Raya bergidik geli atas perlakuan Rishan padanya.

“Rishan, nanti mama kamu lihat!” kata Raya asal.

“Mama kan lagi ke luar kota,” jawab Rishan.

“Tetep aja, nanti ketahuan di CCTV.”

“Ngaco! Di rumah ini nggak ada CCTV.”

“Ada Bi Harum,” ucap Raya lagi. Rishan masih menciumi lehernya, menghirup aroma tubuh kekasihnya.

“Bibi lagi ke warung, Raya.”

“Ada... Kecoak!” teriak Raya menghindar.

“Mana?! Mana kecoak?!” Rishan terlonjak kaget dan langsung melompat ke atas sofa.

Raya tertawa puas atas kebohongannya mengerjai Rishan. Untung saja caranya berhasil. Jika tidak, Rishan tidak akan berhenti melakukannya dan Raya pun akan semakin terpancing akibat perbuatan kekasihnya itu.

***

“Dea, jangan dimainin sendoknya. Ayo makan!” tegur Bu Yanti ketika Dea mengetuk-ngetuk sendok ke meja.

Semuanya makan dalam diam. Hanya ditemani suara dentingan sendok dan garpu yang bergesekan dengan piring. Ditambah suara ketukan sendok yang Dea ketukkan pada meja. Walau sudah ditegur, Dea masih tetap saja mengetuk-ngetukkan sendoknya.

BOY OF WINTER [END] - REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang