The Coldest Boy 24

245 20 0
                                    

Deru suara mesin dari sepeda motor milik Rendra terdengar memasuki halaman rumah. Rishan yang tengah duduk di sofa ruang tamu segera beranjak ke luar menemui sang adik.

Rendra baru saja memasukkan motornya ke dalam garasi. Begitu ia keluar, ia sudah dihadang oleh kehadiran Rishan yang berdiri di hadapannya.

“Mama sakit.”

Deg

Hati Rendra tertohok seketika. Apa yang terjadi kepada Reva? Ada rasa menyesal karena ia tak ada di dekat mamanya ketika sang mama tengah membutuhkan kehadiran anaknya. Namun tidak. Reva tidak membutuhkan kehadiran Rendra, anak tirinya.

“Terus, gimana keadaan Mama sekarang?”

“Tadi pas gue baru aja pulang sekolah, Bibi bilang Mama pingsan. Untung ada Mang Toni yang bawa Mama ke kamar. Mama cuma demam, tapi sekarang udah mendingan. Mama lagi tidur.”

Rishan dan Rendra masuk ke dalam rumah. Mereka berdiri di ambang pintu kamar Reva. Hanya di ambang pintu. Rishan hendak mengajak Rendra masuk, namun Rendra menolaknya. Ia tidak mau jika nanti Reva sadar dan melihat kehadirannya di sana. Itu hanya akan mengundang keributan.

“Shan,” panggil Rendra.

“Hm?”

“Apa Mama terlalu banyak pikiran, ya, sampai Mama sakit?”

“Mungkin aja.”

“Hari ini mama gak ngantor, kan?”

“Kayaknya nggak, deh.”

“Ndra... Shan...” Suara lembut Bi Harum membuat kedua cowok itu menoleh.

“Ada apa, Bi?” Rishan yang menyahut.

“Sebenernya Mama kalian minta Bibi supaya nggak cerita apa-apa sama kalian. Tapi Bibi rasa, Bibi harus kasih tahu kalian.”

“Kasih tahu soal apa, Bi?” tanya Rishan penasaran. Rendra hanya menyimak.

Bi Harum menarik tangan Rishan agar sedikit menjauh dari kamar Reva.

“Tadi Mama kalian dapet telepon terus-terusan. Mama kalian sampai teriak-teriak ngebentak orang di telepon itu. Bibi gak tahu siapa yang nelpon. Yang jelas orang itu pasti yang bikin Mama kalian jadi stres sampai demam dan pingsan,” jelas Bi Harum panjang lebar.

Rishan dan Rendra saling memandang satu sama lain. Seakan tengah berdiskusi secara telepati, siapa orang itu?

“Bibi takut orang itu bikin Mama kalian kenapa-kenapa. Bibi juga gak tahu harus berbuat apa, makanya Bibi kasih tahu aja sama kalian.”

“Bi, makasih, ya, karena Bibi udah cerita sama aku sama Rendra,” kata Rishan. “Bibi gak usah khawatir. Aku sama Rendra pasti bakal terus jagain Mama.”

“Iya, Nak. Bibi percaya sama kalian.” Bi Harum memegang pundak Rishan serta mengelus lembut pipi Rendra dengan sebelah tangannya.

Bi Harum menyeka air matanya yang turun dengan begitu lancang dari pelupuk matanya. Ia sangat cemas sekaligus terharu melihat kondisi keluarga itu. Namun ia yakin, kedua laki-laki di hadapannya ini, kedua anak angkatnya akan senantiasa melakukan apapun demi keluarga mereka.

“Kalau gitu Bibi ke dapur dulu, ya. Bibi siapin makan malam.”

Rishan dan Rendra mengangguk. Bi Harum meninggalkan kedua cowok itu.

“Menurut lo siapa orang yang nelpon Mama?” tanya Rishan bermain tebak-tebakan.

“Boleh gak kalau gue jawab Pak Wisnu?” terka Rendra hati-hati. Biar bagaimanapun, itu baru dugaannya saja. Ia tidak boleh ber-suudzon.

BOY OF WINTER [END] - REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang