Part 37 - Oke, deal

885 168 17
                                    

Ila bernafas lega saat selesai menulis jawaban terakhir tugas fisikanya. Ia meregangkan tangan serta badannya yang terasa kaku lalu menutup bukunya. Beralih merogoh ponsel dan earphone di lacinya, gadis itu lanjut menyumpalkan earphone tersebut ke telinga. Menyempatkan diri untuk kegiatan fangirlnya mumpung jamkos.

Saat sedang asik dengan kegiatannya, tiba-tiba 2 orang cewek datang menghampiri bangkunya. Salah satunya menarik earphone dari telinga Ila dengan kasar.

"Ila, lo yang bawa makalahnya, kan? mana? gue mau liat," ujar Cecil. Teman sekelompok Ila untuk tugas biologi.

Ila yang merasa terganggu jadi mendengus, lalu menatap ke cewek satunya. "Loh, bukannya tadi udah lo ambil ya, Ken? lo sendiri 'kan yang udah ambil di tas gue. Nih buktinya makalahnya udah gak ada di tas gue," jawab Ila. Namun Niken malah menggeleng tak mengaku.

"Mana ada! Gue nggak ngerasa ngambil tuh. Lo lupa bawa kali, atau justru makalahnya lo ilangin? Kalo ilang berarti lo harus bikin baru lagi!" balas Niken malah menuduh Ila.

"Heh, Ila! Lo gimana sih, gaada tanggung jawabnya banget. Jangan bilang tuh makalah ilang beneran. Gue gak mau tau, pokoknya besok makalahnya harus ada!" sahut Cecil kesal. Lalu mereka berdua pergi begitu saja.

Sakit hati, iyalah. Siapa juga yang terima kalau tiba-tiba disalahin begini. Padahal tadi Ila dengar sendiri kalau Niken mau mengambil makalah itu di tasnya. Tapi kenapa Niken tidak mau mengaku sudah mengambilnya?

"Nyebelin! kenapa gue harus sekelompok sama mereka sih? " gerutu Ila. Lama-lama jadi tak nyaman di dalam kelas.

Akhirnya Ila memilih berdiri dari duduknya, berniat untuk keluar kelas entah mau kemana. Ila melangkah dan saat tiba di ambang pintu, ia berpapasan dengan Bondan yang baru datang dari toilet.

"La, mau kemana?" tanya Bondan sambil mengangkat alisnya.

"Pergi ke sorga!" jawab Ila sudah kelewat kesal.





***
Lagi-lagi merasa jenuh dengan pelajaran, Jay kembali melipir ke rooftop untuk bolos jam pelajaran geografi. Beralasan sakit kepala, dengan mudahnya ia mendapat izin keluar kelas dari pak Kosim.

Jay langsung menuju pagar pembatas rooftop, meletakkan kedua tangannya disana dan berpegangan. Menikmati hembusan angin yang perlahan menerpa wajah tampannya.

Jay sedikit melirik saat merasa ada orang lain yang berdiri di sampingnya. Namun setelah itu jadi menoleh sepenuhnya saat tau kalau orang itu adalah Ila.

"Ngapain kesini, tumben?" tanyanya membuka suara. Kini jadi lebih mendekat ke arah Ila.

"Emang kenapa? Gak boleh?" sahut Ila sewot. "Gue lagi bete di kelas. Makanya kesini."

Jay hanya membulatkan bibirnya, kini jadi berpindah untuk duduk diatas meja yang ada di samping pintu masuk. Duduk disana dengan Ila yang mengikutinya.

"Jay, kenapa sih lo suka bolos?" tanya Ila membuka suara.

"Suka aja," jawab Jay dengan santai.

Ila langsung melotot ke arahnya. Gila! santai banget kalo ngomong.

"Apa itu sebuah jawaban? " balas Ila merasa tak puas dengan jawaban yang terlontar dari mulut cowok di sampingnya kini.

Jay menoleh Ila yang tak lepas menatapnya, seperti menuntut jawaban yang sebenarnya. "Kenapa sih? kepo amat."

"Emangnya lo gak takut kalo ntar gak naik kelas?" tanya Ila sedikit memiringkan kepalanya. Melihat ekspresi Jay yang berubah jadi muram.

Jay tertegun di tempatnya, itu adalah salah satu resiko yang bisa ia dapat karena perbuatannya. Jay sudah ketinggalan cukup banyak pelajaran sehingga nilainya juga banyak yang kosong. Bagaimana kalau suatu hari nanti Papinya tau?

Similar (?) | Jay Enhypen✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang