Di sepanjang koridor, Ila tak henti-hentinya menggerutu merutuki kecerobohannya. Kemarin, ia tak sengaja meninggalkan dompetnya di loker. Parahnya lagi ia juga lupa mengunci lokernya , ia sangat takut kalau sampai dompetnya itu hilang. Karena sangat banyak benda berharga yang mengisi dompetnya itu. Selain uang, ada satu lagi benda berharga menurutnya yaitu photocard milik Jay Park.
"Semoga ngga ilang. Kalo ilang, mampus gue ngga bisa jajan selama 1 bulan. " gumamnya saat sampai di depan lokernya.
Dengan penuh harap, ia mulai membuka lokernya. Namun gadis itu malah dibuat ternganga dengan penampakan lokernya yang sangat kotor dipenuhi dengan sampah.
"Ternyata lo jorok ya orangnya. Sampah kok dikoleksi," celetuk Jay yang tiba-tiba datang, lalu menyenderkan punggungnya di loker sebelahnya menghadap kearah Ila. Ia memperhatikan Ila yang sedang sibuk membersihkan sampah itu dari lokernya.
"Kenapa lo terus gangguin gue? ini pasti kerjaan lo, kan?" tukas Ila.
Jay menegakkan tubuhnya,tak terima dengan tuduhan yang Ila berikan. Karna memang pagi ini ia belum melakukan apapun untuk mengerjai gadis itu. Bahkan ia belum punya rencana apa-apa.
"Punya bukti apa lo buat nuduh gue?"
Bugh!
"Gue muak sama lo, Wijaya! gue sebel sama lo!"teriak Ila tepat di depan wajah Jay.
Jay memegangi perutnya, ia tidak memperhatikan gerakan tiba-tiba dari Ila. Gadis itu benar-benar barbar, baru kali ini ada cewek yang berani memukulnya. Sakitnya itu ngga seberapa, tapi malunya itu loh... mana sekarang ia jadi pusat perhatian.
"Apa lo liat liat!" Bentaknya saat ada cowok berkacamata yang berjalan sambil terus menatapnya iba. Tapi setelah dibentak, cowok itu langsung berlari.
"Sialan! siapa yang berani ngelakuin ini ke dia? Jadi kena tonjok kan gue."
***
Bel pergantian jam sudah berbunyi, Ila terus saja diam menatap lurus kearah papan tulis. Ia masih saja bingung memikirkan siapa pelaku yang telah mengotori lokernya. Padahal dalam hati ia sudah mantap menuduh Jay sebagai pelakunya. Namun saat mendengar elakan dari cowok itu saat ia menuduhnya tadi, Ila jadi berpikir ulang.
"Kalau bukan dia terus siapa? Gue 'kan ngga punya musuh lagi selain dia," gumamnya dalam hati.
Bondan yang baru saja balik badan jadi mengernyit. Mendapati teman sebangkunya yang sedang melamun langsung mengambil tindakan.
Ctak!
Bondan menyentil kening Ila cukup keras, berniat untuk menyadarkannya.
Ila tersadar, mengaduh dan mengusap-usap keningnya. Mengumpati Bondan dalam hati atas kelakuannya.
"Makanya jangan ngelamun! Disini banyak setan tau," ujar Bondan menasehati.
Ila menatapnya kesal lalu menjawab, "iya lo itu setannya. "
Kembali terdiam, Bondan melihat Ila seperti sedang banyak pikiran. Ia terus menatap lekat kearah gadis itu sampai kembali membuka suaranya.
"Kemaren gue lupa ngunci loker dan gue ninggalin dompet gue disana, untung ga ilang. Selain nemuin dompet, gue juga nemuin banyak sampah didalem loker gue," curhat Ila, kemudian menghela nafas pelan.
Bondan melotot, jadi emosi sendiri setelah mendengarnya. Siapa yang sudah berani melakukan itu ke Ila? Setaunya, Ila tidak punya musuh. Namun setelah di ingat-ingat, ada 1 nama yang memang akhir-akhir ini sangat meresahkan.
"Siapa yang berani ngotorin loker lo? sini biar gue samperin. Tapi kalo itu Wijaya, gue mundur," tutur Bondan dengan berani diawal, tapi jadi ciut diakhir kalimatnya.
"Wijay bilang, bukan dia pelakunya. Tapi gue ngga percaya."
Bondan mengerjap mendengar pernyataan gadis itu. Siapa lagi orang yang mau nyari gara-gara ke Ila?
Bondan menepuk bahu Ila berusaha menenangkan Ila. Ah.. sekarang cowok itu jadi merasa tidak berguna menjadi teman Ila. Hanya 1 hal mungkin yang bisa ia lakulan, yaitu menceritakan hal ini ke Hito.
***
"Bondan!"
Hito berjalan menghampiri Bondan yang sedang berjalan sendirian, tumben! biasanya cowok itu selalu bersama Ila.
"Tumben jalan sendirian, Ilona mana?" tanya Hito to the point.
"Tuan putri lagi diajak jalan-jalan sama kaleng rombeng," jawab Bondan.
Hito hanya mengangguk, ia sudah mengerti kalau 'kaleng rombeng' yang dimaksud oleh Bondan adalah Soraya.
"Gimana hari ini?" tanya Hito. Seperti biasa, ia akan meminta laporan kepada Bondan tentang Ila. Hito hanya ingin memastikan kalau gadis itu baik-baik saja selama di sekolah dan tidak ada yang mengganggunya.
"Duduk dulu, biar enak ngomongnya." Bondan berjalan menuju bangku panjang yang ada di depan kelas IPA 4, Hito mengikutinya.
"Tadi Ila curhat ke gue, katanya ada yang ngotorin lokernya," ujar Bondan. "Ila nuduh Jay, tapi Jay bilang bukan dia pelakunya."
Hito merapatkan bibirnya, berpikir. Kalau bukan Jay terus siapa? Masa anak baru seperti Ila udah punya banyak musuh? Lagian Ila juga bukan tipe murid yang suka nyari masalah. Ila punya masalah juga karena Jay yang mempermasalahkan masalah yang seharusnya tidak perlu di masalahkan. Iyakan?
Sekarang Hito jadi kepikiran sama para fansnya Jay, yang menamai mereka dengan julukan 'Wilov' alias Wijaya lovers. Hito tidak mau kalau sampai Ila berurusan dengan mereka. Wilov itu cukup fanatik. Ila memang cewek pemberani, tapi gadis itu tidak mungkin melawan fansnya Jay yang cukup banyak disekolah ini sendirian. Mulai sekarang Hito akan lebih mengawasi Ila.
"Gue rasa ini peringatan. Jangan pernah biarin Ilona sendirian," titah Hito, lalu pergi meninggalkan Bondan karena ia harus pergi ke ruang osis segera. Namun di perjalanannya, ia menyempatkan diri untuk mengirim chat ke Ila.
IlonaNa,
Pulang sekolah jangan lupa kunci loker yaOke pak ketos👍
"Gue harus minta bantuan yang lain buat mantau wilov. Gue gamau Ilona kenapa kenapa."
-tbc-
Triple up, hehe..Welcome siders👋 ILY ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Similar (?) | Jay Enhypen✅
Fanfiction[Revisi] Terus..kalo dia mirip sama bias gue, gue harus terpesona gitu? Dia itu cowok super nyebelin yang pernah gue kenal