Part 26 - Pita

952 174 7
                                    

Ila melangkah dengan riang saat menuruni tangga rumahnya. Tangan sebelah kirinya menenteng sepatu berwarna putih yang akan ia kenakan hari ini.

"Buset, wangi bener. Kamu mau pergi jalan apa ikut pengajian ibu-ibu komplek?" komen Kelvin dengan julid.

Ila lagi males debat, ia jadi mengangkat kedua sepatu ditangannya dan mengarahkannya  ke Kelvin.

"Bun, Ilona mau mukul Abang," teriak Kelvin mengadu. Bunda yang sedang menonton tv jadi menghampiri mereka dan menatapnya malas.

"Berantem mulu deh, heran bunda sama kalian," omel Bunda.

"Hito udah dateng?" tanya ayah yang tiba-tiba datang.

"Belum, mungkin bentar lagi," jawab Ila lalu berjalan keluar rumah. Ia duduk di kursi dan mulai memakai sepatunya. Tak sadar jika orang tua juga abangnya mengikuti, dan sekarang mereka sedang mengamati Ila di ambang pintu.

"Dek, kamu imut banget sih pake pita itu," ujar Kelvin sambil menujuk bando pita warna ungu dikepala Ila.

"Halah, Pon. Bilang aja ntar pulangnya minta dibeliin siomay," sahut Ila sewot. Memberi tatapan galak ke Kelvin.

Terdengar suara motor berhenti di depan rumahnya. Sontak gadis itu berdiri dan menuju pintu gerbang untuk membukanya. Hito baru saja datang. Cowok itu melepaskan helmnya, tersenyum kikuk saat melihat Ila dan keluarganya yang berdiri menatapnya. Hito turun dari motor, lalu melangkah menghampiri.

"Selamat siang om, tante, bang Kelvin," sapa Hito dengan ramah. Semuanya membalas sapaan tersebut dengan anggukan dan senyuman.

"Yaudah gih buruan berangkat. Ntar tambah panas loh," seru bunda. Ila menurut, segera menarik Hito kearah motornya. Ila meraih helm yang diberikan Hito dan memakainya. Hito mulai menyalakan motornya, Ila pun langsung naik di boncengan belakang.

"Dek, pengangan dong! biar ga jatoh ketiup angin," kelakar Kelvin. Pengen banget rasanya    Ila turun dari motor dan ngebogem Kelvin, tapi Ila nggak mau buang-buang waktu lagi. Ila pun menggenggam hoodie Hito untuk pegangan. Ayah dan bunda yang melihat itu langsung menatapnya penuh arti. Padahal kan yang dimaksud Kelvin pegangan itu, peluk orangnya.

"Pulangnya jangan sore-sore ya," Ayah menyunggingkan senyum kearah mereka. Sementara Kelvin sudah melambaikan tangannya.

"Pergi dulu ya Om, Tante, Bang," pamit Hito sambil tersenyum. Perlahan mulai melajukan motornya dan menjauh dari rumah Ila.

"Jadi, Jay apa Hito nih yang bakal jadi mantu Bunda?" Gumam Bunda.

Ayah yang baru saja menutup pintu gerbang jadi mendengus, "masih aja bahas calon mantu. Kan Ilona itu masih SMA."

"Mending ikutin saran Abang yang kemaren aja, Bun."

Kemudian Kelvin dihadiahi cubitan oleh Bunda.

***
"Jadi mau beli novel yang mana?" Tanya Ila membuat Hito yang sedang membolak-balik salah satu novel jadi tersentak. Sebenarnya Hito bingung, ia tidak tau judul novel apa yang Hira mau. Hito ingin memberikan surprise untuk adiknya. Mau nanya ke Hira, tapi nanti surprisenya jadi gagal. Kalo ngga tanya, nanti Hira ngga suka sama novelnya gimana? Hito jadi rugi.

"Ngga tau. Bagusnya yang mana?" tanya Hito. Kini tangannya meraih novel yang lain.

"Emang Hira maunya yang kaya gimana?"

Hito berpikir, kemarin Hira cuma bilang mau novel yang baru terbit. Tapi kan yang baru terbit ngga cuma ada satu.

"Hira bilang, dia mau novel yang baru terbit."

Similar (?) | Jay Enhypen✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang