Part 42 - Rumit (I)

847 156 15
                                    

Di tengah ramainya suasana kantin di kala jam istirahat itu, Ila malah sedang terdiam. Bertanya-tanya dalam hati tentang apa yang sebenarnya terjadi dengan perasaannya belakangan ini. Padahal di awal mantap bilang benci, tapi lama-lama... jadi rumit begini. Labil! tapi itu hal yang biasa dialami oleh remaja, kan?

Masih tak yakin 100%, entah perasaan apa yang akhir-akhir ini datang saat Ila sedang bersama Jay. Cowok itu, perlahan menunjukkan sisi lainnya yang membuat Ila mulai tertarik dengannya.

"Kok gue baru nyadar sih, kalo Wijaya itu ganteng, " gumamnya tapi masih dengan jelas didengar oleh 2 orang di sampingnya.

"WHAT??"

Ila jadi tersentak karena Bondan dan Soraya tiba-tiba memekik kompak.

"Soy, gue gak lagi congek, kan?" tanya Bondan. Soraya segera menoyor dahinya.

"Makanya punya kuping tuh di bersihin," balas Soraya.

"Ada apa gerangan tiba-tiba nyeletuk soal Wijaya? sudah mulai terpesona?" Bondan menatap Ila dengan antusias, menunggu jawaban dari gadis itu yang masih terdiam.

"Udah gue bilang, gak bakal ada yang bisa nolak pesona seorang Wijaya." ujar Soraya mengingatkan.

Ila jadi deja vu dengan ucapan Soraya waktu itu. Saat melontarkan ucapan itu, Ila langsung  membantahnya dengan yakin kalau ia tidak akan jatuh dengan pesona Jay.

Serasa menelan ludah sendiri, Ila jadi malu mengakui.

"Lo suka ya sama Wijaya?" tanya Bondan iseng.

Bukan hanya Ila, Soraya pun jadi ikut melebarkan matanya. Kalau Ila juga suka sama Jay, itu tandanya... Jay tidak bertepuk sebelah tangan dong?

"Apaan sih, Bon! Udah ih, gausah bahas Wijaya lagi." Ila berdiri, kemudian melangkah keluar kantin lebih dulu.

Diam-diam Soraya menghembuskan nafasnya lega. Kemudian ia dan Bondan segera menyusul Ila, mereka berjalan beriringan melewati koridor menuju kelas masing-masing.

"Atau lo masih suka sama Hito?" Ila membelalak, ingin sekali menyumpal mulut Bondan dengan batako. Dan sekarang Soraya jadi tau kalau Ila menyukai Hito.

"Jadi lo suka sama Hito? kok gak pernah bilang ke gue sih?" Ila hanya balas tersenyum kikuk, jadi malu. Kemudian melayangkan tatapan horor ke arah Bondan.

"Nah, tuh Hito." Bondan menunjuk ke depan, tapi Ila tak percaya begitu saja. Mungkin Bondan sedang mengerjainya.

Hingga suara yang sangat ia kenal membuatnya terkejut. Ila menoleh, melihat sosok yang baru saja dibicarakan sudah berdiri tepat di hadapannya.

"Ilona, bisa ngobrol bentar?"

"Cie... kayaknya abis ini bakal ada yang jadian," bisik Bondan ke Soraya. Mereka berdua lanjut tersenyum meledek ke Ila.

"Yaudah nih, jangan lo apa-apain ya temen gue." Soraya mendorong Ila untuk maju dan mendekat ke Hito.

Hito mengangguk, menggandeng tangan Ila dan membawanya pergi ke taman.






***
"Ada apa, Hito?" tanya Ila saat mereka baru saja duduk di salah satu bangku di taman sekolah.

"Cuma mau ngobrol berdua, udah lama juga kita gak ngobrol gini." Ila mengangguk, memang benar sekarang ia jadi jarang ngobrol berdua dengan Hito. Mungkin karena cowok ini sibuk hingga tak ada waktu untuk mengajaknya ngobrol di sekolah.

Ting!

Ponsel yang ada di genggamannya berbunyi, Ila melihat ada sebuah chat masuk dari Jay dan segera membukanya.

"Apaan sih, dasar dodol!" Ila tertawa sambil mengatai Jay, karena telah mengirimkannya tebak-tebakan yang malah dijawab sendiri.

"Siapa yang dodol?" tanya Hito.

"Aa.. itu, si Wijaya, " jawab Ila gugup. Ia jadi salah tingkah saat Hito terus menatapnya.

"Kayaknya lo makin deket sama dia." Terdengar nada bicara Hito yang sedikit berbeda. Terasa lebih dingin.

Ila merapatkan bibirnya. Kalo di ingat-ingat, Ila baru sadar kalau sekarang ia dengan Jay semakin dekat. Apalagi mereka berdua sudah pernah nge-date. Ila kembali membuka mulutnya untuk menjawab, "Emm... iya lumayan sih. Dia ternyata orangnya baik."

Hito hanya tersenyum tipis. Menoleh sepenuhnya ke Ila. "Tapi lebih baik lagi kalo lo nggak usah terlalu deket sama dia."

Ila menegakkan tubuhnya. Menatap bingung Hito.  "Kenapa?"

"Karena gue nggak mau lo kenapa-kenapa, Na."

Ila jadi tambah bingung. Kenapa Hito melarangnya untuk dekat-dekat dengan Jay? Begitu juga dengan Jay yang kerap kali melarang Ila untuk dekat-dekat dengan Hito. Sebenarnya mereka berdua ini kenapa? Ila jadi curiga, jangan-jangan baik Hito ataupun Jay adalah salah satu anggota teroris yang harus Ila jauhi.

Kringgg....

Suara bel menyadarkan Ila yang sedang sibuk dengan pikirannya sendiri. Gadis itu melihat ke sampingnya, dimana Hito sudah lebih dulu berdiri dari duduknya.

"Ke kelas bareng yuk," ajak Hito.

Namun Ila malah menggeleng. "Gue mau ke toilet dulu."

"Na, lo harus lebih hati-hati mulai sekarang. Kalo ada apa-apa bilang ke gue." Sebenarnya ada rasa khawatir saat Hito harus membiarkan Ila sendiri. Perasaannya sedikit tak tenang. Namun dengan menyempatkan tersenyum sebelum akhirnya benar-benar pergi meninggalkan Ila, Hito berharap tidak akan terjadi sesuatu pada gadis itu.






***
Ila rasa ada sesuatu di antara Hito dan Jay. Entah apa, haruskah Ila mencari tau? 2 cowok ini terlihat seperti musuh yang sedang saling menjatuhkan entah untuk mendapatkan apa. Apa dugaan Ila benar, kalo mereka berdua ini anggota teroris?

Namun dengan segera Ila menggelengkan kepalanya, segera menepis pemikiran bodoh yang tiba-tiba terlintas di otaknya. Mana mungkin siswa SMA seperti mereka jadi anggota teroris. Ila ini terlalu mengada-ada.

Melangkah dengan pikiran yang masih kemana-mana, Ila jadi tersentak saat ada 2 orang yang menariknya ketika ia hendak memasuki toilet. Ila mencoba memberontak, tapi tidak bisa karena genggaman 2 cewek ini sangat kuat. Tenaganya juga mulai terkuras saat mereka membawa Ila ke halaman belakang. Dimana, 3 orang yang lain sudah menunggu disana. Ila hanya menatap bingung mereka yang sama sekali tidak Ila kenal.

Ila merasakan sakit di punggungnya saat 2 cewek yang memegang tangannya tadi, mendorongnya hingga membentur tembok.

"Jadi lo yang namanya Ila? Yang belakangan ini kegatelan deketin Wijaya kita?"

Ila mengerjap, berusaha memahami situasi. Apa sekarang ia sedang di labrak?

"Gak usah sok cantik deh lo. Lo pasti pengen banget jadi pacarnya Wijaya, kan? Selagi masih ada Wilov, kita gak bakal biarin lo ngerebut Wijaya gitu aja dari kita." Setelah mengatakan hal itu, cewek yang ternyata seorang senior ini menjambak rambut Ila dengan kencang. Ila menahan pekikannya, merasakan kepala yang pusing akibat jambakan itu. Ila baru tau, jadi seperti ini kelakuan fansnya Wijaya? ternyata mereka terlalu fanatik sampai berani mengganggu cewek yang terlihat dekat dengan Wijaya.

Satu orang lainnya maju mendekat ke Ila, tiba-tiba saja menampar Ila dengan keras. Ila membelalak merasakan pipinya yang mulai memanas.

"Kelamaan, langsung keroyok aja biar tau rasa," seru cewek yang lainnya. Dan mereka langsung maju dan mengeroyok Ila begitu saja. Ila yang tak punya persiapan apapun hanya bisa menunduk dan menutup wajah dengan kedua tangannya, menghindari cakaran yang hampir saja mengenai pipinya.

Ila tak tahan, akhirnya gadis itu menangis. Apa salahnya?  Ila tak pernah mengira kalau dekat dengan Jay bisa membahayakan dirinya.

Jadi teringat beberapa menit yang lalu Hito baru saja memperingatinya. Hito, Ila butuh cowok itu sekarang, atau siapapun orang yang bisa menolongnya karena mereka mulai menghajar Ila tanpa ampun.

-tbc-


Siapakah yang bakal jadi pahlawan sesungguhnya dan nolongin Ila di episode selanjutnya???

Hayoloh... 👀👀

Similar (?) | Jay Enhypen✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang