Part 30 - Envy

981 179 15
                                    

Hito terus berjalan sambil menengok kanan-kiri.  Ia sedang mencari keberadaan Ila, dimana gadis itu? tadi saat Hito pergi ke kelas 11 IPA 2 bangkunya kosong. Baik Ila ataupun Bondan tidak ada disana. Apa jangan-jangan Ila sedang diajak keliling sama Soraya?

Hito menghentikan langkahnya saat melihat sosok yang ia cari sedang berdiri di depan mading. Dengan langkah cepat ia menghampiri Ila.

"Na, ngapain? Tadi gue cariin di kelas ternyata lo mal-" Hito mengatupkan bibirnya saat orang yang diajak berbicara malah memalingkan wajahnya.

"Ilona, gue lagi ngomong sama lo! " Hito jadi bingung sendiri. Kenapa Ila tak mau melihat ke arahnya? Bahkan Hito rasa sepertinya Ila tidak menganggap keberadaannya.

"Jangan diem aja, bilang kalo gue ada salah sama lo. Gue ga suka lo diem aja kayak gini."

Ila terkejut setengah mati, berusaha keras untuk menguasai diri saat kedua tangan Hito menangkup pipinya. Gadis itu mengerjap beberapa kali saat matanya saling bertatapan dengan Hito. Huh! jadi gak tega mau marah lama-lama.

"Kemaren lo sakit, tapi kenapa ngga bilang ke gue?" tanya Ila dengan nada penuh kekhawatiran. Kenapa? Ila dan Hito itu sudah berteman sejak lama. Memangnya salah jika saling mengkhawatirkan? Ekhem.

Hito mengernyit, tapi kemudian tersenyum penuh arti. Tangannya berganti jadi mengusak gemas rambut Ila.

"Iya gue sakit, tapi sekarang udah sembuh kok.  Kemaren gue nelpon lo, mau ngasih tau. Tapi kenapa gak lo angkat?" terang Hito.

Ila baru ingat, mungkin Hito menelpon saat ponselnya masih ditangan Jay. Bingung, mau kasih alasan apa Ila ke Hito.

"Eh, itu lo bawa apa? Komik ya?"  Ila segera mengalihkan pembicaraan dengan menunjuk ke arah tangan kanan Hito. Hito menunduk dan menatap ke arah buku itu.

"Oh, iya. Mau baca bareng gak?" tawar Hito. Ila segera menganggukkan kepalanya setuju.

Mereka berdua terlalu asik, sampai tak menyadari jika ada seseorang yang diam-diam memperhatikan. Jay yang berniat ingin menghampiri Ila tapi malah keduluan dengan Hito, memilih bersembunyi di balik tiang penyangga yang tak jauh dari mading. Dari tadi, cowok itu tak henti-hentinya mengumpat melihat Ila dan Hito bak drama ftv.

"Kenapa sih, kalo sama Hito aja bisa kalem kaya gitu? Coba kalo lagi sama gue, ngomel... mulu! Ngga takut darah tinggi apa?" Gerutunya, menatap Ila dan Hito yang masih tak jauh dari hadapannya. Rasa iri mulai menyerang hatinya.

"Heh! Ngapain meluk-meluk tiang? Pacarnya mana?" Hampir saja Jay terjungkal saking kagetnya melihat pak Hadi yang sudah berdiri di sampingnya, tersenyum tanpa dosa.

Jay mendengus keras, lalu menunjuk lurus ke depan. "Noh, lagi selingkuh!"

"Yang bener itu kamu atau Hito sih yang jadi selingkuhannya?" tanya pak Hadi sengaja ingin membuat Jay kesal.

"Ya dia lah! Gila aja muka ganteng kayak aku jadi selingkuhan," jawab Jay dengan nada nyolot abis. Pak Hadi langsung terbahak.

"Jujur aja ya, abisnya muka kamu itu...  muka-muka pebinor sih," ledek pak Hadi. Kini tawanya semakin pecah.

"Sembarangan aja kalo ngomong!"

***
Ila masih fokus membaca buku komik di tangannya. Karena tadi tidak jadi membaca bersama, akhirnya Hito meminjamkan buku komiknya ke Ila. Tiba-tiba saja cowok itu harus berpamitan karena ada urusan dengan guru pembina osis. Apa jabatannya sebagai ketua osis harus sesibuk itu? Pantas saja di minggu pertama Ila sekolah, susah sekali untuk menemukan keberadaan Hito. Padahal kelas mereka bersebelahan.

Similar (?) | Jay Enhypen✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang