Pagi itu, Ila datang ke sekolah dengan Kelvin yang mengantarnya. Tadi sepanjang jalan mereka sempat cekcok karena Kelvin yang nyari gara-gara dengan sengaja melambatkan laju motornya. Padahal Ila sudah berkali-kali berteriak jika ia akan terlambat ke sekolah kalau begitu caranya. Namun untung saja gerbang sekolah masih terbuka saat Ila sampai.
"Liat, gak telat, kan?" celetuk Kelvin saat Ila turun dari boncengan motornya.
Ila mendengus, menatap kesal Kelvin. "Awas kalo gitu lagi. Ntar aku bilangin bunda!" ujar Ila mengancam.
Kelvin hanya balas tertawa, melihat orang kesal di pagi hari entah mengapa membuatnya senang.
"Jangan ketawa aja ih, ini helmnya gimana susah di lepas!"
Kelvin menghentikan tawanya, tangannya terangkat melepaskan pengait helm yang di pakai Ila. Dan melepas helm itu dengan sangat mudah, padahal tadi Ila sudah susah payah buat ngelepas tapi gak bisa-bisa.
"Dah sana pergi. Jangan tebar pesona ke anak SMA!" kata Ila mengusir.
"Siapa juga yang mau tebar pesona? Udah laku gini. Dah sana masuk, belajar yang bener jangan bucinin Hito mulu." Ila mendelik, dan detik berikutnya Kelvin langsung mengegas motornya melesat pergi.
"KELVIN!!"
Dengan masih sebal karena kelakuan Abangnya, Ila perlahan mulai memasuki area sekolahnya.
Namun saat melihat seseorang yang berjalan di depannya, seketika senyumnya jadi mengembang. Ila mempercepat langkahnya untuk menghampiri cowok itu.
"Wijaya!" cowok itu menoleh, sedetik kemudian mengukir senyuman di wajah tampannya.
Ila melihat Jay dengan seragamnya yang sangat tidak rapi. Jay tidak memakai dasi, juga tidak memasukkan bajunya. Ila hanya bisa menghembuskan nafasnya kasar.
"Kenapa lo nggak pake dasi?" tanya Ila.
"Oh, tadi gue buru-buru. Jadi ngga sempet minta tolong ke mami buat pakein," jawab Jay santai sambil memperlihatkan dasi di genggamannya.
Ila mendengus, segera mengambil alih dasi tersebut. "Pake dasi sendiri aja nggak bisa? Nunduk dikit, gue gak nyampe," omel Ila hendak memasangkan dasi di kerah seragam Jay.
Jay menurut, sedikit menunduk sehingga dapat melihat wajah Ila dengan jarak dekat. Jay menahan nafasnya dengan jantung yang sudah tidak bisa diajak kerja sama. Matanya tak lepas memandangi wajah cantik Ila yang sedang sibuk memakaikan ia dasi. Masih pagi tapi udah cuci mata aja.
"Udah." Ila menjauhkan diri saat sudah memakaikan dasi itu dengan sempurna.
"Gimana kalo mulai besok, lo aja yang pakein gue dasi," usul Jay. Namun dengan segera dihadiahi tabokan oleh Ila.
"Enak aja! Gue 'kan bukan mami lo," sahut Ila jadi kesal.
Jay terkekeh, lanjut merangkul bahu Ila hingga gadis itu terkesiap. Tak menyangka jika Jay akan melakukan ini.
"Ke kelas bareng yuk, " ujarnya santai. Ila mengangguk dengan kikuk.
Berjalan bersama melewati koridor menuju kelas, dengan Jay yang merangkul hangat bahunya. Ila mengabaikan beberapa pasang mata yang menatap iri ke arah mereka berdua.
***
"Gimana kemaren date-nya? lancar? gak asik banget gak cerita ke kita." Jake yang duduk di samping kirinya masih saja kepo, mendesak agar Jay mau membagi ceritanya saat melakukan date dengan Ila."Lancar dong," sahut Jay bangga. "Karena lancar, jadi mulai hari ini gue harus nepatin janji gak bakal bolos lagi."
Cowok itu berkata serius, kedua temannya menatap tidak percaya. Seorang Wijaya mau berhenti bolos karena cewek? sepertinya Ila memang membawa pengaruh baik untuk Jay. Dan Jay dengan senang hati menuruti apa kata cewek itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Similar (?) | Jay Enhypen✅
Fanfiction[Revisi] Terus..kalo dia mirip sama bias gue, gue harus terpesona gitu? Dia itu cowok super nyebelin yang pernah gue kenal