Dari pagi sampai sore hari ini, Ila dibuat sibuk karena membantu sang Bunda membuat kue. Meskipun tidak membuka toko, Bunda sering kali menerima pesanan dari para tetangga. Apalagi bu RT yang lusa akan mengadakan arisan. Karena memang kue buatan Bunda itu enak, Ila aja masih suka ketagihan.
"Dek, coba panggilin bang Kelvin di depan," titah Bunda yang baru mengeluarkan kue dari oven.
Ila mengangguk, segera berjalan ke teras rumahnya mencari Kelvin. Gadis itu melongo saat menemukan orang lain yang sedang duduk sendiri di depan rumahnya.
"Eh, itu 'kan jajan gue. Siapa yang nyuruh lo makan?" Ila melotot kesal ke arah Jay yang sedang memegang bungkus snack miliknya.
"Orang bang Kelvin yang ngasih." Jay kembali mengambil snack dan menyumpalkan ke mulutnya.
Ila segera merebut snack tersebut sebelum Jay melahapnya sampai habis. Bukannya pelit, tapi seharusnya snack itu adalah jatah Ila untuk menemani nonton drama besok. Lagi pula Jay itu kan kaya, pasti mampu dong beli snack sendiri atau bahkan se-pabrikya ikut di beli.
"Pelit amat," ujar Jay sambil merengut kesal.
"Kemana Kelvin?" tanya Ila saat tak menemukan sosok yang dicari.
"Baru aja pergi. Katanya ada urusan sama temennya." balas Jay, Ila hanya mengangguk saja sambil melahap sisa snacknya.
Selanjutnya, Jay terkesiap saat tiba-tiba Ila menarik tangannya. Ia mengerjap sesekali, lalu berdiri dari duduknya.
"Bunda lagi buat kue, masuk yuk." Jay mengangguk. Ikut membuntuti Ila di belakang, dan memasuki rumah.
Ila langsung mengajaknya ke dapur. Disana ada Bunda yang sedang mengeluarkan kue brownies dari loyang. Baunya enak, pasti rasa kuenya juga enak. Jay jadi penasaran ingin mencobanya. Cupcake yang dulu pernah Jay makan saja rasanya enak banget, apalagi kue yang kali ini.
"Abang udah pergi, Bun."
Mendengar suara Ila, Bunda langsung mendongak. Seketika tersenyum sumringah saat melihat sosok lain berdiri di belakang Ila. "Loh, ada calon mantu. Kapan datengnya? tiba-tiba udah nongol di depan Bunda aja."
Jay balas tersenyum, ia menghampiri Bunda. "Selamat sore, tante."
"Selamat sore juga calon mantu. Eh, kamu apa kabar? Udah lama banget nggak main kesini. Tante kangen tau."
"Baik tante."
Panggilan 'calon mantu' yang sering di ucapkan oleh Bunda Ila kadang membuatnya risih. Tapi itu dulu, sekarang Jay malah senang mendapat panggilan itu.
Ila juga sudah terbiasa setiap kali Bunda memanggil Jay 'calon mantu'. Karena Ila sendiri tidak pernah menganggapnya serius, terserah Bunda saja. Yang penting Bunda senang. Lagi pula tidak ada apa-apa kan di antara Jay dan Ila?
"Tante, saya boleh bantuin gak?" tanya Jay melihat beberapa kue brownies yang masih polos di meja.
"Eh, gausah. Nanti malah ngerepotin kamu. Biar Ilona aja yang nerusin," tolak Bunda. Tak mau merepotkan sang 'calon mantu'.
"Gak apa-apa kok tante. Boleh, ya?" Jay mencoba meyakinkan Bunda Ila.
Dengan mengukir senyum super manis di wajahnya, Bunda rasanya tak bisa menolak kemauan dari Jay. Bunda melirik sebentar ke arah Ila. Dengan saling mengode lewat mata, Bunda bertanya 'gimana, Na? Bukannya gak boleh. Bunda kan cuma gak mau ngerepotin calon mantu.'
Ila membalas dengan sorotan mata tajam 'udah Bun, gak apa-apa. Lagian dia sendiri yang mau.'
Setelah berdiskusi lewat sorot mata, akhirnya keduanya mengangguk. Sepakat untuk membolehkan Jay membantu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Similar (?) | Jay Enhypen✅
Fanfiction[Revisi] Terus..kalo dia mirip sama bias gue, gue harus terpesona gitu? Dia itu cowok super nyebelin yang pernah gue kenal