"Lo utang cerita sama gue. "Ila mengernyit. Pelajaran di kelas 11 IPA 2 masih berlangsung, tapi bu Leni sedang keluar kelas sebentar untuk menerima telepon.
Kemarin, Ila kembali ke kelas setelah jam istirahat. Harusnya ia sudah bisa kembali ke kelas 2 jam sebelumnya, tapi gadis itu malah melanjutkan acara bolosnya.
'Yaudahlah, udah terlanjur bolos juga. Cuma sekali doang' begitu pikirnya. Makanya Ila pergi ke perpus sampai menunggu jam isrirahat sekalian ngadem.
Ila masih diam tak langsung menjawab pertanyaan Bondan.
"Tau gak, kemarin Hito nyariin lo tau."
Tubuh Ila langsung menegak, menatap Bondan penuh minat.
"Serius???" tanyanya antusias.
"Giliran Hito aja langsung semangat. " Bondan menatap malas Ila, sedangkan yang ditatap malah nyengir kuda.
"Lo naksir ya sama Hito?"
Ila melebarkan matanya dan mengerjap. Namun selanjutnya jadi menghembuskan nafas kasar.
"Iya, " jawab Ila mengaku.
"Udah ketebak sih. " Bondan mengangguk kecil, tebakannya tidak pernah meleset.
"Waktu SD kelas 4, Hito tiba-tiba dateng dikehidupan gue. Dia dateng dari Jakarta dan kita jadi tetangga. Hito itu anaknya baik, dia suka ngajak gue main dan ngejagain gue. " Curhat Ila, tak sadar sudah mengembangkan senyumnya.
"... tapi waktu kelulusan, katanya dia pindah lagi. Gue sedih banget waktu itu, nenek aja yang ngeliat sampe ga tega. Beberapa tahun kemudian, tepatnya kenaikan kelas 11. Gue dapet info kalo ternyata Hito balik lagi ke Jakarta, dan hari itu juga gue langsung telpon ayah buat jemput gue. Ninggalin Surabaya dan tinggal di Jakarta kumpul sama ortu lagi dan ketemu Hito disini. " Setelah menyelesaikan curhatnya, Ila melihat Bondan malah tertawa terbahak. Ila menatapnya bingung.
"Kenapa lo ketawa? Emang ada yang lucu?"
Akhirnya cowok itu menghentikan tawanya setelah Ila menendang kursinya.
"Gak nyangka aja gue, ternyata lo udah ada jiwa-jiwa bucin sejak kelas 4 SD. "
"Sialan!" umpat Ila sambil mencebikkan bibirnya.
"Oke, sekarang pertanyaan kedua. Lo kemaren darimana aja selama jam pelajaran sebelum istirahat?" Kini nada bicara Bondan berubah serius, sedangkan Ila menurunkan bahunya. Tak minat menjelaskan sesuatu yang berkaitan dengan Wijaya.
"Guys! Cepet ganti baju olahraga, pak Ruli udah nunggu di lapangan."
Seruan dari Niko membuatnya terselamatkan, lalu ia bergegas berdiri dan berjalan ke lokernya untuk mengambil baju olahraga miliknya.
"La! Lo belum jawab pertanyaan gue!"
***
Jake menopang dagu dengan tangannya, sedari tadi ia hanya menatap miris kearah Jay yang sibuk memotong slime pasir yang ia bawa menggunakan penggaris. Padahal di depan sana, sang sekretaris kelas sedang sibuk mencatat materi di papan tulis, tapi kedua anak manusia ini tidak ada yang menyentuh pulpen serta buku catatannya.
"Kasian, Masa kecil kurang bahagia."
Jay menghentikan kegiatannya dan menatap tajam kearah Jake. "Lo ngatain gue?"
"Engga, gue ngatain bu Indah yang lagi sibuk main hp, " elak Jake, menujuk kearah depan dimana Bu Indah sibuk dengan ponselnya sesekali melihat kearah papan tulis.

KAMU SEDANG MEMBACA
Similar (?) | Jay Enhypen✅
Fanfiction[Revisi] Terus..kalo dia mirip sama bias gue, gue harus terpesona gitu? Dia itu cowok super nyebelin yang pernah gue kenal