M. Tujuh Belas

536 93 29
                                    

Tandai Typo Hei!
.
.
.

17.Amarah James!

Rekaman tidak mendidik terputar jelas saat James memutuskan untuk melihat cctv rumah Nadine. Keyla memasang cctv karena ia sadar, ia sering tidak ada dirumah dan putrinya butuh pantauan. Tapi semuanya tidak berpengaruh, Keyla tetap kehilangan Nadine karena keteledorannya.

Zaqi bajingan! James membatin, rahangnya mengeras dan bola matanya menajam.

"James, kamu kenal dia?"

"James pergi tante," tanpa menjawab pertanyaan Keyla, James berlalu dengan emosi yang meluap-luap.

"Lo tau rumah Zaqi?" saat diperjalanan pulang James menelpon banyak teman sekelasnya untuk menemui keberadaan Zaqi.

Hingga salah satu temannya menjawab. "Kemarin gue keapartemennya Tomi, ada si Zaqi juga disana. Mungkin lo bisa tanyain ke Tomi."

***

"Papah?"

Rijal mendongkak, melihat putrinya yang baru saja terbangun. Tersenyum hangat sembari menghampiri Prilly. "Keadaan kamu gimana? Udah baikan?"

"Udah pah,"

"Emmm pasti karena ditemenin Ali ya?" gurau Rijal dengan mimik wajah menggoda.

Prilly mengerucutkan bibir mungilnya kesal, "papah ah ga lucu! Ali itu jail, tengil, nyebelin dan minta dimutilasi."

"Tapi cinta kan?"

"Ihhh!"

Rijal tertawa kecil, mengusap lembut kening sang putri lalu kembali memasang wajah serius. "Papah mau denger cerita kenapa kamu bisa kaya gini."

Seketika wajah senang Prilly berganti, mimiknya berubah menjadi terkejut dan menatap sang papah dengan tegang.

"Kenapa?"

"Prilly- Prilly ga bisa cerita pah." gumamnya dengan segera menunduk ketakutan.

"Ini udah diluar batas sayang, siapapun dia udah hampir ngebunuh kamu. Papah berhak tau atau papah bakal jadi papah yang paling ga berguna didunia ini." ujarnya dengan sendu.

Prilly mendongkak, kembali menatap Rijal dengan gelisah. Ia takut papahnya marah, dan Zaqi kembali menyalahkannya.

"Yaudah gapapa, mungkin papah emang bukan papah yang baik buat putra-putrinya." Rijal menghela nafas, ia benar-benar tidak tahu harus marah dan menuntut siapa.

"Oke, Kak- Kak Zaqi..." gumam Prilly membuat Rijal seketika membulatkan matanya dan mengeram dalam hati.

"Papah, harus cari dan hukum dia!"

"Pah, jangan!"

"Udah! Kamu jangan bela dia terus. Papah tau dia marah sama papah, tapi dia salah kalau harus ngelampiasin semua ini ke kamu!"

Rijal membungkuk, mencium dahi Prilly dengan sayang. "Jaga diri kamu, papah bakal hukum kakak kamu itu."

Saat Rijal berbalik, seseorang berdiri kaku didepannya. "Om mau kemana?"

"Ali? Syukurlah kamu datang, om titip Prilly." Rijal beranjak pergi, menelpon seseorang yang membuat Ali tak lepas memperhatikannya.

"Ali?"

Ali tersentak kecil, lalu berbalik menatap Prilly dengan senyuman andalannya. "Hai, gimana kea-"

"Tolong bantuin gue,"

Ali mengerutkan dahinya bingung, menghampiri brangkar Prilly dengan kerutan. "Bantuin apa?"

"Bantuin, ikutin papah."

Magulo [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang