M. Tiga

854 138 31
                                    

TANDAI TYPO HEY!
.
.
.

Brakk!

"HARUSNYA LO GA USAH IKUT CAMPUR TADI! DASAR ANAK SIALAN! GATAU DIRI LO!"

Prilly yang saat itu tengah membaca buku novelnyapun menoleh, pada laki-laki tinggi yang tengah berdecak pinggang dipintu kamarnya.

"Terus maksud kakak, aku harus diem gitu waktu kakak mau perkosa temen aku?" Prilly menutup novelnya, menatap kakaknya itu tidak percaya.

Yang ditatap malah mendelik malas diiringi decakan kesal. "Tapi itu urusan gue, jalang!"

"Aku tahu, mamah aku emang wanita malam. Tapi bukan berarti kakak bisa hina aku jalang. Aku sama mamah aku itu beda."

"Mamah lo emang jalang, bahkan mamah lo itu pembunuh."

"CUKUP YA KAK! CUKUP!" Prilly memekik, merasa tak terima pada penghinaan laki-laki dihadapannya. "Mamah aku bukan pembunuh."

"Pembunuh kok. Lo mau tau gimana mamah lo bunuh mamah gue?" kakak dari Prilly itu mendekat, menampilkan senyum miringnya yang begitu menakutkan dimata siapapun. "Gini!" tanpa bisa dihindari, kakaknya Prilly itu mencekik leher Prilly. Mendorong tubuh Prilly membentur tembok dan makin menguatkan cekikannya.

"Argh... Arghh kak sakit! Kak pengap! Hiks... Ampun kak."

Tersenyum, hanya itu yang dilakukan kakaknya.

"ZAQI!"

Pekikan dari suara bariton membuat laki-laki yang dipanggil itu menoleh tanpa melepaskan cekikannya. "Apa?! Mau belain anak jalang ini? Hah!"

"Lepas! Kasian adik kamu!"

"Argh! Sial." Zaqi melepaskan cekikannya itu, menghempaskan tubuh Prilly hingga gadis itu terduduk jatuh disudut kamar.

"Zaqi kamu bener-bener keterlaluan ya." pria itu mendekat kearah Prilly, memberikan pelukan yang langsung dibalas oleh Prilly. "Kamu gapapa sayang?"

Prilly menggeleng dengan air mata dan nafas yang masih belum teratur.

"Kamu ini kenapa Zaqi?!"

Plak! Sebuah tamparan lolos mengarah ke pipi Zaqi. Pria itu menggeleng tidak mengerti pada sifat putranya.

"Ya! Tampar! Tampar aja. Emang lo tuh jadi bokap ga adil! Lebih sayang ke anak dari jalang itu daripada ke gue. Nyesel gue lahir dari sperma lo!"

Brak!

Pria yang diyakini ayah dari Zaqi dan Prilly itu menghela nafas. Merasa bingung dari mana sifat tidak sopannya Zaqi.

"Kamu beneran gapapa kan?"

"Pah- Kak Za-qi ma-rah sa-ma aku." nafas Prilly masih tidak teratur. Ia benar-benar kehilangan nafasnya.

"Kita kedokter ya?"

"Prilly ma-u mi-num pah," Papah dengan nama Rijal itu mengangguk lalu menggendong putrinya dan merebahkannya kearah ranjang.

"Tunggu ya?" Rijal berlalu, bermaksud mengambilkan air minum untuk putrinya.

"Hiks... Gue ga kuat." dan setelahnya Prilly memejamkan matanya.

*****

"Bang, gue liat lo galau mulu semenjak pulang sekolah itu."

"Apaan? Kaga!" elak James menatap adiknya tajam. Yang ditatap malah tertawa sembari berguling-guling diatas kasur kakaknya. "Lo pasti kepikiran Nadine kan?"

James mengabaikannya lalu laki-laki itu memilih merebahkan tubuhnya secara tengkurap disamping Ali. Malas melihat wajah adiknya akhirnya James menyembunyikan wajahnya dibalik bantal empuk.

"Nadine aman bang, yang anter langsung gue sama Prilly. Ga dipaketin kok, insyallah tanpa lecet."

"Ga Peduli."

Ali tersenyum kecil lalu menduduki punggung James dengan sekali hentakan. James memantul, menggeleng terkejut merasakan lompatan adiknya sekuat itu.

"SAKIT BEGOOO!"

Ali tertawa lalu melakukannya dengan berulang-ulang.

"MAMAH, NIH ALI GANGGU JAMES." James memekik bermaksud meminta pertolongan, namun dibelakangnya Ali malah tertawa keras.

"Hahaha! Teriak aja, orang mamah ga ada."

James mendengus, mencoba berontak untuk menyingkirkan tubuh Ali dari punggungnya.

"Hiyaaa... Tuk tik tak tik tuk tik tak tik tuk... Lari kuda lariiii!"

"Sialan!"

"ASTAGFIRULLAH ALIII KAMU INI BERDOSHA BANGEDDD!" pekikan dari arah pintu membuat Ali menoleh dan mendapati sang mamah disana.

"Mamah, Ali ganggu ah." adu James membuat sang mamah memutar kepalanya, bergaya ala-ala pusing.

"Mamah sini deh. Abang bilang mau bawa kita jalan-jalan."

Mendengar ucapan adiknya, mata James melotot seketika. Apa katanya? Jalan-jalan? Maksudnya ia jadi yang ditunggangi gitu? What the...

"Adoeh Alikuh... Turun ah! Belajar sana." Ali mengerucutkan bibirnya lalu beranjak turun dengan kesal.

"Mamah mah! Inget ga? Waktu umur 6 tahun Ali kaya gini ke abang ga disuruh turun."

"Sekarang kamu udah 16 taun Ali!"

"Mamah ganggu ish." gerutu Ali sembari berjalan kearah kamarnya.

James menghela nafas lalu membalikan tubuhnya agar terlentang, menghirup oksigen sebanyak mungkin.

Masih ada ya adik seperti Ali? Rasanya James pengen tampol.

-----
Hayo yang kemarin pada nebak bener mana nih? Wkwk... Oiya mao izin gw bakal sibuk sekolah sementara kak muttstories dia ktnya ga enak badan:(...

Jadi maap kalo ditunda jadwal pubnya 😌

Vote kalo suka...

-ColabsStory-

Magulo [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang