TANDAI TYPO HEY!
.
.
.Ali mengerjap-ngerjapkan matanya perlahan, menatap sekeliling yang terasa asing. Ia tidak diapa-apakan hanya saat digendong tadi ia terbawa suasana hingga tanpa sadar tertidur dalam gendongan sipria bertubuh besar.
Pernah ga sih ngantuk karena ketiup angin? Nah itu yang Ali rasakan. Terbuai oleh usapan sang angin.
"Lo yang culik gue, Prill?" Ali menatap gadis dihadapannya tidak percaya lalu menggeleng kecil. "Gue tau gue ganteng tapi jangan diculik gini dong."
Prilly menempelkan jari telunjuknya dibibir memberikan instruksi agar Ali diam. Tapi memang dasarnya Ali, laki-laki itu malah mengerutkan dahinya bingung. "Apasih Prill!" kesal Ali nyaris memekik.
"Bego!" umpat Prilly berlari meninggalkan Ali sendirian.
"Pri-"
"Bocah so jago sudah bangun rupanya."
Suara tak asing itu membuat Ali menoleh, ingin menatap sipembicara. Setelah tahu siapa orangnya Ali mengembangkan senyum polosnya. "Udah bisa lawan gue?" tanyanya.
Zaqi, ya laki-laki itu menatap Ali tajam.
Ali yang ditatap malah berdecih jiji, "lo nyulik gue kaya anak perawan aja. Gue tau lo ga bisa lawan gue, tapi ga dengan cara kampungan gitu juga kali."
Zaqi mengepalkan tangannya, rahangnya mengeras menandakan bahwa laki-laki itu marah dan tidak terima.
Dengan kemurkaannya Zaqi mendekat pada Ali, berjongkok berhadapan dengan Ali yang kaki dan tangannya sudah diikat pada sebuah kursi.
"Lo bisa aja mati sekarang Ali, tapi gue masih punya rasa kasian sama lo."
Ali tertawa ringan, "pengecut kaya lo ga mungkin bisa bunuh gue."
Zaqi kali ini tertawa lalu berdiri dari jongkoknya dan membalikan tubuhnya membelakangi Ali. "Gue ga peduli, yang penting sekarang lo tau kalau gue ini pintar."
"Pintar apaan! Dikelas lo abang gue yang selalu jadi juara kelas."
"Eh lo juga juara sih, juara otak paling ancur."
Ali menyeringai puas, melihat tubuh Zaqi yang turun naik Ali tahu Zaqi sedang menahan amarahnya.
Zaqi kembali berbalik, lalu tanpa bisa dicegah kepalan tangannya menyentuh rahang Ali, memukulnya dengan begitu keras.
Bugh!
Merasa belum cukup, Zaqi kembali melayangkan kepalan tangannya pada pipi Ali, lalu melayangkan pukulannya pada hidung Ali hingga darah mengalir kental diwajah Ali yang hanya bisa pasrah.
Bugh!
Bugh!
Bugh!"Masih mau hina gue?" tanya Zaqi menyeringai jahat, sementara Ali hanya mampu meringis kesakitan.
"Itu bukan hinaan! Tapi emang otak lo ancur goblok. ANCUR!" Ali memekik tepat dihadapan wajah Zaqi.
Bugh!
Bugh!Dengan begitu kencangnya Zaqi kembali memberikan pukulan tepat dihidung Ali. Hingga kini setengah wajah Ali benar-benar tertutup darah.
"Itu dia orangnya!"
"Ayo ayo!"
Beberapa warga berlari menghampiri Zaqi dan Ali. Menarik Zaqi agar menjauh dari Ali yang sudah benar-benar lemas tak berdaya.
Zaqi melawan, laki-laki itu berontak. Karena tidak mau terjadi sesuatu, salah satu warga memukul perut Zaqi hingga laki-laki itu terbatuk-batuk.
"DIAM!" titah salah satu warga melayangkan kembali pukulan tepat dirahang Zaqi.
Sementara Ali, masih mengatur nafasnya, meringis merasakan perih yang benar-benar baru laki-laki itu rasakan.
Prilly menghampiri Ali, membuka ikatan laki-laki itu dengan tak sabaran. "Lo gapapa?" tanya Prilly memegang dagu Ali untuk meneliti setiap luka diwajah Ali.
Ali tersenyum lalu dengan tanpa dosanya berujar, "gue kan pangeran lo. Masa pangeran lo kenapa-napa sih? Gak lah gue mah kuat."
Prilly memutar bola matanya malas, lalu mambantu Ali untuk berdiri dan memapahnya.
*****
Prilly membawa Ali kembali ke sekolah, mendudukan laki-laki yang sedaritadi tersenyum itu diatas brangkar uks.
"Lo lagi luka kenapa sunyam-senyum? Gaje." ketus Prilly yang makin membuat Ali tersenyum manis.
Memilih mengabaikan lalu mencari obat merah dan beberapa obat-obatan lainnya.
Mendekat lalu mulai membersihkan luka Ali, saking seriusnya... Tanpa disadari oleh Prilly kini jarak keduanya itu hanya tinggal beberapa centi.
"Cantik." gumam Ali yang langsung membuat mata Prilly spontan menatap mata Ali. Kontak mata keduanya terkunci. Ali yang sibuk mencari rasa dimata Prilly dan Prilly yang sibuk mencari ketulusan dimata Ali.
Satu menit...
Dua menit...
Tiga-
"Ih apaan sih lo!" Prilly menjauhkan tubuhnya, berpura-pura sibuk membereskan obat-obatan enggan kembali menatap mata Ali.
Ali yang melihat itu hanya tersenyum kecil. Mungkin jika tidak ingat Tuhan, ia sudah mencium bibir mungil gadis dihadapannya itu.
Satu lagi, nanti Ali akan berterimakasih pada Zaqi yang sudah membuat semuanya berjalan indah seperti ini.
*****
"PRILLY SIALAN! AWAS LO JALANG!"
"Gue harus cepet-cepet pulang ini buat bales dendam sama bocah haram itu. Dia fikir dia siapa bisa ngancurin rencana gue?"
-----
Kembali publish huhuy!
Vote 50 kita lanjot!-ColabsStory-
muttstories
KAMU SEDANG MEMBACA
Magulo [END]
SonstigesTamat--- Tanpa desk! Sequel SILY (SORRY, I LOVE YOU) Kelanjutan dilapak @muttstories