M. Delapan Belas

521 99 10
                                    

Tandai Typo Hei!
.
.
.

18. Kehilangan.

DORRRR

Zaqi pikir hidupnya akan berakhir dan mati ditangan James. Tapi nyatanya Rijal berdiri sebagai tameng dan melindungi Zaqi dari tembakan itu sehingga ia lah yang tertembak bukan Zaqi.

Rijal jatuh ke lantai dengan peluru yang sudah menembus ke perutnya bahkan hingga mengeluarkan banyak darah.

"PAPAH!" pekik Prilly histeris.

Prilly menutup mulutnya masih tidak percaya. "Lepasin gue!" Prilly berontak kala Ali menariknya, lalu gadis itu berlari menghampiri papahnya yang sudah terjatuh tak berdaya.

Ali jelas tak percaya, bagaimana bisa abangnya melakukan hal gila itu.

James diujung sana menjatuhkan pistolnya. Tangannya gemetar hebat, ia tidak bermaksud untuk menembak Rijal. James ingin menembak Zaqi, tapi kenapa malah berakhir seperti ini?.

Perlahan, James melangkah mundur sampai akhirnya laki-laki itu melarikan diri dan sontak membuat Ali berteriak memanggil namanya.

"ABANG BANGSAT, BERHENTI LO!" Ali memekik keras, dan segera mengejar James yang lari.

Prilly menghampiri papahnya dan ikut menutupi darah yang terus keluar itu. "Hiks, papah, harus bertahan pah!"

Rijal tersenyum menahan rasa sakit itu. "Prilly sayang... "

Zaqi yang masih terduduk di lantai, masih diam. Menatap papahnya dan adik tirinya itu. Tidak, barusan papahnya mencoba untuk melindunginya?

Prilly membawa kepala Rijal ke pangkuannya. "Hiks, papa jangan tinggalin Prilly pah. Kalau papah pergi, Prilly gak punya siapa-siapa lagi hiks. Prilly mohon, papa harus bertahan."

"Papah, darahnya terus keluar hiks. Sakit pah?" Prilly meringis sendiri saat sengaja menyentuh luka dibagian perut papahnya yang terkena tembakan.

"Papah gak apa-apa sayang, Kamu jangan merasa sendiri yah. Kamu masih punya kakak kamu. Kalian harus saling menyayangi satu sama lain yah... Papah berharap kalian saling menerima. Mungkin ini sudah saatnya papah untuk pergi."

"Nggak pah! Papah nggak boleh pergi dulu! Lagian kenapa papah lindungi kak Zaqi sih? Papah jadinya kaya gini kan! hiks papah... " Prilly memeluk papahnya erat tak perduli dengan bajunya yang ikutan kotor terkena darah.

Rijal menoleh ke samping dan tersenyum kepada putranya itu.
"Papah menyayangi kalian berdua. Papah gak pernah sedikitpun mengasingkan kamu dari keluarga kamu sendiri Zaqi. Papah betul-betul sayang kamu dan juga Prilly. Papah titip adik kamu yah, sayangi dia seperti adik kandung kamu sendiri."

"Mungkin ini buktinya. Supaya kamu percaya kalau kamu itu berarti buat papah, Zaqi. Jangan pernah sakitin adik kamu lagi."

"PAPAH! ENGGAK, PAPA GAK BOLEH MATI DULU ENGGAK PAH!" Prilly menangis histeris melihat Rijal mulai menutup mata untuk selamanya.

Zaqi? Dia masih dalam keadaan babak belur. Namun dia seperti orang tidak punya pikiran. Ia hanya bisa diam seribu bahasa setelah mendengar pesan terakhir papahnya.

"Hahahahaha, papah gue mati karena lindungi gue? Hahahaha. Dia mati? Hahahaha." tiba-tiba Zaqi tertawa, sembari meremas-remas rambutnya sendiri.

Prilly mengalihkan pandangan ke arah Zaqi yang malah tertawa padahal harusnya sebagai seorang anak mereka hancur, sedih, pilu, bukan malah tertawa.

"Kak Zaqi? Kak Zaqi hiks...hiks. papah kak, papah udah gak ada hiks hiks."

"KAK ZAQI!" teriak Prilly ketika Zaqi malah jatuh pingsan.

***

Prilly menaburkan bunga dan juga air mawar di atas tanah yang baru saja menutup jasad papahnya.

Ya, papahnya sudah dikuburkan.

Prilly meremas tanah merah itu dan meneteskan air matanya. Entah sudah keberapa kalinya gadis itu menangis.

"Prilly janji pah. Prilly akan sering datang ke sini untuk mendoakan papah dan mamah."

Dan yah, kuburan Rijal berdampingan dengan kuburan mamahnya Prilly.

"Prilly juga akan menjenguk mamah dan bunda." Prilly berusaha untuk tersenyum. Dia tak ingin orangtuanya sedih jika dia terus menangis.

"Papah, mamah, bunda. Semoga kalian tenang yah, Prilly sama Kak Zaqi sayang kalian."

"Prilly."

Sebuah tangan menyentuh bahunya, membuat Prilly mendongak dan menatap kehadiran Ali.

"Ngapain lo? Berani lo datang ke pemakaman papah gue!" bentak Prilly bangkit dan menatap Ali dengan penuh kebencian.

"Prilly, Gue... Gue.. "

"Pergi lo! Gue gak mau lihat wajah lo lagi! Setiap gue lihat wajah lo, gue terbayang-bayang kematian papah gue!" usir Prilly sambil mendorong kuat tubuh Ali.

"Salah gue apa pril?" lirih Ali. Ali menunduk sendu, apa ini? Menjauh sebelum jadian? Setitik air suci menetes disudut mata Ali.

"Kakak lo. Dia yang udah bunuh papah gue, Ali! Dan yah, satu lagi. Gara-gara kakak lo juga. Kakak gue jadi masuk kerumah sakit jiwa!"

"A-apa?" Ali terkejut.

Ali kemarin sudah bersusah payah mengejar James yang melarikan diri tapi Ali tetap tak menemukan James. Ali juga masih ingin mencari tahu, kenapa abangnya itu sampai mau membunuh Zaqi? Apa ada kesalahan fatal yang membuat James marah?.

"Iya dan itu semua karena perbuatan kriminal kakak lo!" jemari telunjuk Prilly menunjuk kewajah Ali dengan posisi yang begitu dekat.

Ali menurunkan perlahan jari telunjuk milik Prilly. "Lo lupa? Abang gue ga suka keributan, dia ga mungkin ngelakuin itu kalau Zaqi ga berulah! Pasti ada sebabnya yang bikin bang James mau bunuh Zaqi!"

"Termasuk melenyapkan nyawa papah gue?! Lo juga gak punya hati Ali! Masih sempet-sempetnya lo belain abang lo yang udah bunuh papah gue!" Prilly memukul-mukul tubuh Ali dengan bertubi-tubi.

Ali menahan dengan menarik tubuh Prilly ke dalam pelukannya. Ali tahu apa yang kini gadis itu rasakan. Mungkin jika Ali ada diposisi Prillypun Ali akan marah. "Maafin gue pril."

"LEPAS! GUE BILANG LEPASIN! JANGAN PERNAH LO PELUK-PELUK GUE LAGI!" Prilly mendorong tubuh Ali hingga laki-laki itu terdorong mundur ke belakang.

"Lihat aja, gue bakal laporin kasus kematian papah gue ke pihak berwajib. Supaya si penjahat itu di masukkan ke dalam penjara, kalau perlu mati membusuk disana!"

Ali menggeleng. Tapi bagaimana pun juga James memang harus di hukum setelah apa yang laki-laki itu lakukan pada papahnya Prilly dan Zaqi sampai meninggal.

"Terserah lo pril, terserah lo mau lakuin apa sama abang gue. Yang jelas, gue cuman lo sadar. Kalo gue selalu ada buat lo. Jadi, gue minta, lo jangan nyuruh gue buat pergi. Karena gue mau menepati janji gue sama bokap lo pril. Kalo gue akan selalu jagain lo dari apapun dan gue akan selalu berada disamping lo." mohon Ali dengan mata yang kembali berkaca-kaca.

"Perlu pake bahasa apa biar lo ngerti kalau gue gak pernah bisa balas perasaan lo Ali!" dusta Prilly. Seperti yang kalian tahu? Prilly nyaman dipelukan Ali! Tapi memang untuk sekarang Prilly belum bisa membendung emosinya.

"GUE GAK MAU BERTEMAN APALAGI PACARAN SAMA KELUARGA PEMBUNUH!"

Hingga kata-kata yang tidak pantas terucap itu keluar jelas dari bibir mungil Prilly.

***
ColabStory
-muttstories

Kalo sad ending kelen resep ndak?

Magulo [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang