M. Lima Belas

546 98 6
                                    

Tandai type hei!
.
.
.

15. Nadine yang pergi.

"Kita pulang ke tuhan bareng bareng."

Nadine menggelengkan kepalanya. Dia tak menginginkan Prilly ikut bersamanya biarlah dia saja yang kembali kepada tuhannya.

"Nad..."

"Papih?" Nadine menoleh kebelakang dimana ada papihnya yang tengah tersenyum sembari merentangkan kedua tangannya, bermaksud ingin memeluk Nadine.

Prilly yang melihat hal itu dibuat panik. Sedangkan Nadine dengan senang hati membalas senyuman papihnya sebelum akhirnya kembali menatap Prilly.

"Papih udah nungguin gue Pril, gue pergi yah!" perlahan tangan Nadine terlepas dari genggaman tangan Prilly, membuat spontan Prilly menjerit tak rela melihat Nadine beranjak pergi tanpa dirinya.

"Gue juga ikut!" pekik Prilly berusaha meraih tangan Nadine kembali.

"Prilly!"

Prilly menoleh kebelakang, melihat laki-laki yang sudah lama tak ia lihat. "Ali?" gumamnya menatap wajah sendu Ali.

"Selamat tinggal!" kalimat menyeramkan itu seketika membuat Prilly menoleh, menatap Nadine yang sudah jauh ditarik oleh papihnya.

"Nad!" pekik Prilly karena tubuh Nadine semakin terlihat mengecil dan menghilang.

"Prilly, kalau lo sampai berani susul Nadine kesana. Gue bakalan cekik kakak lo si Zaqi sampai mampus!"

"Lo? Lo udah tau?"

"Ya! Gue bakal celakain Zaqi."

"Ali jangan, lo nggak ngerti! Harusnya gue juga ikut sama Nad. Bukan ikut sama lo!" sentak Prilly menatap Ali tajam. Lagian untuk apa dia ikut bersama Ali jikalau sedikit lagi ia akan menyusul Nadine dan bertemu mamahnya.

"Ayo ikut gue... Tempat lo bukan disini!" ujar Ali berhasil menangkap pergelangan tangan mungil Prilly. Saat itu juga Prilly jatuh kedalam dekapan Ali dan cahaya putih itu menghilang.

"Ali hiks-hiks." Prilly mendongak keatas menatap Ali yang tersenyum manis kearahnya.

"Belum saatnya lo nyusul Nadine."

"Tapi Nadine Ali..."

"Dia udah bahagia sama papihnya."

***

Rijal sudah meminta Ali untuk menjaga Prilly. Katanya Rijal ada sedikit urusan diluar, tapi Ali tidak perduli. Baginya yang terpenting ia bisa menjaga Prilly, berduaan dengan Prilly ya walaupun gadis itu sedang koma.

"Pril siapa sih yang buat lo kaya gini hah? Bilang sama gue prill, kenapa setiap gue tanya lo diem terus? Lo bisu atau kenapa sih?"

"Nyaut gitu kalo lakinya ngomong tuh jangan diem aja, ga sopan!"

Sebenarnya Ali curiga kalau Prilly seperti ini karena ulah Zaqi yang ternyata adalah kakaknya Prilly. Terlihat dari perlakuannya saat mendorong Prilly waktu dikoridor sekolah, juga gelagatnya yang seperti tidak menyukai Prilly.

Jika pelakunya benar-benar Zaqi, lihat saja! Ali harus apa?. Apa jika Ali membunuh Zaqi Prilly tidak akan marah? Ntahlah Ali bingung.

"Prill, kenapa sih dari dulu lo ga jujur sama gue? kalo sebenernya lo itu adiknya Zaqi. Kenapa lo ga terus terang sama laki lo sih?"

Ali mengusap air matanya yang entah sejak kapan mulai menetes. "Tapi gue serius prill. Baru kali ini gue jatuh cinta sama cewek sampai segininya. Gue cinta banget sama lo prill, gue ga mau kehilangan lo."

Magulo [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang