M. Dua Puluh Satu

491 90 10
                                    

Tandai Typo Hei!
.
.
.

21. Perubahan.

Alianle Naoman tengah menatap nanar kuburan Jamesle Naoman, saudara kembarnya itu. Diusap usap nisan bertulisan nama lengkap kakaknya itu. Dilihat tanggal wafatnya, membuat Ali semakin sedih karena tak menyangka kalau kakaknya meninggalkannya secepat itu. Dia tak pernah membayangkan sebelumnya akan seperti ini, kalau dia bisa merubah takdir. Dia tak akan membiarkan Tuhan mengambil kakaknya secepat itu apalagi dalam keadaan tragis matinya, ketabrak karena dikejar kejar polisi.

Diremas tanah yang nampak basah itu, mungkin semalam memang hujan. Sepulang sekolah Ali memutuskan untuk kemari, dia merindukan James. Dia masih tak percaya kalau kakaknya sudah tidak ada.

"Bang, gue mau curhat sama lo."

"Prilly kayanya udah nggak mau lagi ngomong sama gue deh bang. Tapi gue nggak nyalahin lo kok atas semua yang udah terjadi. Gue tetap sayang sama lo bang walaupun orang-orang diluar sana ngatain gue, dan lo di bilang pembunuh. Gue tetap percaya kalau lo bukan pembunuh. Please bang, gue harus gimana lagi supaya Prilly ga benci sama gue?" tanyanya dengan menarik nafasnya sejenak.

Ali memegang dadanya yang terasa sesak. "Tapi terserah kalau emang dia tetap benci sama gue karena kejadian waktu itu. Kejadian dimana lo tembak papahnya dia. Gue sebenarnya bingung apa yang terjadi waktu itu bang. Gue nggak tahu apa-apa, gue nggak tahu masalah lo sama Zaqi itu apa. Tapi gue masih nggak nyangka lo bisa menghilangkan nyawa papahnya Prilly. Gue nggak tahu penyebabnya bang. Sebenarnya lo ada masalah apa sih hah?"

Hening...

Ali menengok ke kanan dan kiri, siapa tahu saja dia mempunyai kemampuan indera keenam jadi dia bisa melihat kakaknya berada disini. Kan kata orang tuh, kalau orang meninggal karena ketabrak apalagi mati dalam keadaan seperti kakaknya ini biasanya arwahnya jadi penasaran lalu gentayangan.

"Bang, lo keluar kek. Gue mau ngomong nih, gue nanya sama lo kali ini mesti lo jawab bang. Lo sih, setiap ada masalah pasti diem, setiap gue tanya pasti diem. Giliran gini, susah lagi gue nanyanya bang. Mesti nanya sama siapa gue bang?"

Bodoamat lah dibilang gila, stress, Ali masih tak percaya apa yang dia lihat waktu itu. Dia yakin, kakaknya tidak seperti itu apalagi bisa menghilangkan nyawa seseorang.

Pasti ada penyebabnya. Tapi apa? Itu yang Ali cari tahu. Iya memang benar kakaknya telah menembak Rijal tapi dia yakin James, kakaknya itu ada alasannya kenapa itu bisa terjadi.

Zaqi?

Ali yakin pasti ini juga ada kaitannya dengan kakaknya Prilly. Soal itu, Ali juga masih tak menyangka kalau selama ini Prilly dan Zaqi adalah kakak beradik.

"Bang gue balik deh yah." Ali sudah bangkit, dan berdiri tegak namun matanya masih menatap lekat gundukan tanah itu.

"Gue takut mami sama papi cariin gue di rumah."

Ali melangkah mundur, sebelum dia akan benar benar pergi dari tempat itu.

***

Prilly memasuki rumah sakit jiwa, gadis itu baru saja mendapatkan informasi tentang Zaqi yang sudah bisa dipulangkan karena keadaannya yang mulai membaik.

"Sus!"

Kathryn menghentikan langkahnya, dia tersenyum menatap kedatangan Prilly. Kebetulan sekali ada adiknya yang sudah datang.

"Hai, Prilly. Pasti kamu mau lihat keadaan kakak kamu yah? Daniel tadi sudah aku kasih vitamin dan makan. Dan mungkin sekarang dia lagi tidur, kamu masuk aja yah."

Magulo [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang