M. Tiga Belas

508 98 16
                                    

Tandai Type Hei!
.
.
.

13. Koma?


"KAKAK GA PUNYA HATI HAH?!" pekiknya menahan sakit. "Shhh hiks..."

"GA! HATI BUAT LO UDAH MATI ANJING! MATI BANGSAT MATIIIII!" tanpa sadar tangannya menekan serpihan kaca itu, membuat lubang luka ditangan Prilly sedikit dalam.

"AWSSSS!"

Zaqi terkekeh puas mengetahui Prilly sudah lemas tak berdaya. Dengan begitu santainya laki-laki itu menggoreskan ujungan kaca keleher Prilly.

Lambat laun mata Prilly terpejam, ringisan kecil semakin tak terdengar kala matanya tertutup sempurna. Zaqi tertawa mengetahui itu, membuang serpihan kaca tersebut lalu menggendong tubuh mungil Prilly kekamar milik Prilly.

Merebahkan tubuh adiknya tanpa mau memperdulikan darah yang sudah banyak keluar dari lengan dan juga leher Prilly.

"Papah lagi ke Bandung, gue yakin besok dia udah jadi bangkai." gumamnya dengan tenang.

Zaqi keluar dari kamar Prilly, laki-laki itu pergi dengan membawa motor matic Rijal yang memang jarang dipakai. Jika kalian bertanya kemana motor dan mobilnya? Jawabannya disimpan ditempat aman oleh Rijal.

***

"Hallo om, iya saya mau jenguk Prilly. Soalnya saya kangen," Ali begitu bahagia, saat kemarin Rijal memberikan nomor ponselnya sebelum Prilly dibawa pulang kerumah.

"Maaf Ali, om rasa kamu harus pulang. Ini sudah malam, jadi kamu tidak perlu repot-repot ikut mengantarkan ya?"

Ali berdecak kesal, "yah om ko ga asik?" ujarnya dengan sendu.

Rijal menggaruk kepalanya bingung.

"Om, Prilly itu selalu ga ngasih tau kalau Ali minta alamat rumahnya." Ali melirik Prilly yang kala itu sudah duduk santai didalam mobil papahnya.

"Oh begini saja, kamu save nomor ponsel om? Jadi kalau Prilly tidak mau menjawab kamu tanyakan saja sama om?"

"Nah boleh om!"

Alhasil, sekarang laki-laki dengan seragam abu-abunya itu menelpon Rijal untuk bertanya dimana alamat rumahnya.

Entahlah, rasanya seperti ada yang menarik agar Ali segera menemui Prilly.

"Oh iya Ali, alamatnya om kirim ya? Om minta tolong sekalian ajakin dia makan. Om takut dia belum makan."

"Sip om, makasih!"

Mematikan sambungan ponselnya. Lalu bergegas memesan go motor diaplikasi shopi. Menekan ikon berbentuk motor dan menunggunya beberapa menit.

Motor dengan mas kumis berjaket kuning datang, menghampiri Ali yang sudah menunggunya didepan gerbang sekolah.

"Jalan anu, rt ani rw ana no ano ya mas?"

Ali mengangguk, memakai helm yang diberikan lalu naik keatas motor dan melaju membelah jalanan aspal.

***

Ting nong!

Ting nong!

"Weh? Ko ga diwaro ya?" Ali bergumam kecil, sudah beberapa kali ia menekan bell yang memang tersedia disamping pagar. Namun rumah besar itu benar-benar seperti tidak berpenghuni. Apakah tidak ada pembantu atau satpam? Jawabannya tidak, karena beberapa orang tidak kuat dengan kelakuan Zaqi.

Magulo [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang