Keesokan harinya, jungkook terbangun disofa ruang kerja miliknya dalam keadaan yang kacau pucat pasi setelah semalaman bergelut dengan alkohol untuk melampiaskan semuanya. Jungkook mendudukan dirinya seraya memegangi kepalanya yang terasa berat.
"Kenapa aku minum sebanyak itu, jimin pasti akan marah jika tau ini" gumanya setelah melihat ada beberapa botol diatas meja.
Jimin...
Ah jungkook lupa mereka sedang bersitegang sekarang. Hembusan nafas lemah dari bibirnya mengisyaratkan ke frustasiannya. Lalu bagaimana keadaan jimin sekarang? Pikir jungkook sebelum akhirnya beranjak bangun dan melangkah ke kamarnya.
Setibanya dikamar jungkook mendapati jimin yang tengah merias dirinya didepan cermin, jungkook tersenyum getir ketika ingatannya kembali pada masa ia dan jimin masih dalam keadaan yang baik-baik saja.
Dulu jika jimin tengah merias wajahnya ia akan menganggu kegiatan istrinya itu dengan cara memeluknya dari belakang, menggoda jimin dengan kecupan disekitar wajah dan lehernya, sampai akhirnya jimin memekik kesal dan membalas keusilannya.
Tapi sekarang, untuk sekedar bertukar sapa saja jimin akan lebih dulu mengacuhkannya. Tak apa jungkook akan terus berusaha mendapatkan jimin kembali. Setelah lama terdiam diambang pintu jungkook melanjutkan langkahnya kemudian berlalu masuk kedalam kamar mandi. Ia tidak lupa jika hari ini adalah hari spesial bagi putrinya.
Jimin mendesah kasar setelah memastikan jungkook sudah benar-benar masuk kedalam kamar mandi dan suara gemercik air didalam sana. Ia sengaja tidak menegur suaminya itu tapi tetap memperhatikan gerak gerik jungkook dari arah cermin tanpa menghentikan riasan diwajahnya.
"Apa dia berniat menyiksa dirinya sendiri?" Gumam jimin khawatir melihat jungkook yang terlihat sangat kacau wajahnya yang rupawan itupun terlihat sekali memucat.
"Apa dia minum?"gumamnya lagi karena jimin tau sekali tabiat suaminya yang akan mengurung dirinya diruang kerja dengan beberapa botol alkohol jika suaminya itu tengah frustasi.
Tapi kebiasaan itu sudah telah lama hilang semenjak mereka menikah, terakhir kali jungkook minum sebanyak itu saat mereka masih bertunangan. Saat itu jungkook mengalami penurunan saham karena ada salah satu pejabat perusahaan yang melakukan penggelapan dana.
Dirasa tak ada lagi kekurangan dalam wajahnya jimin beranjak bangun dan melenggang keluar dari kamar kemudian berjalan kearah dapur. Lemari es menjadi tujuan utamanya sekarang.
Jimin berdecak pelan ketika pintu lemari es itu terbuka dan tidak mendapati sisa satupun stok minuman mengandung alkohol yang harganya tidak main-main itu yang akan dikeluarkan bila mereka mengadakan pesta atau jamuan makan bersama keluarga besar atau klien.
"Dia itu benar-benar ya?" Geram jimin namun khawatir juga.
Diambilnya beberapa bahan makanan untuk ia memasak sebelum itu jimin memakain apronnya lebih dulu dan mengikat rambutnya. Setidaknya meskipun ia sedang melakukan aksi mari mengabaikan jungkook, jimin tetap harus memperhatikan suaminya itu walau dalam diam sekalipun.
Hanya butuh sekitar lima belas menit bagi jimin untuk menghidangkan sup ikan dan teh chamonile untuk jungkook, omelet dan susu vanila untuk dirinya sendiri lalu menghidangkan semua itu dimeja makan.
"Ya ampun nyonya, kenapa tidak memanggil saya?" Ahjumma lee yang baru saja datang dari arah taman belakang terkejut mendapati majikan wanitanya tengah menata sarapan.
"Ahjumma jangan mengatakan jika semua ini buatanku, arrachi!" Peringat jimin pada pelayannya. Ahjumma lee yang tidak mengertipun hanya bisa mengangguk mengiyakan permintaan jimin.
Tak lama suara derap langkah mengintrupsi keduanya, jimin segera mendudukan dirinya dikursi yang biasa ia tempati jika di meja makan sedangkan ahjumma lee tetap berdiri tak jauh dari meja makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
EQUANIMITY
FanfictionAngst (kookmin - gs) Ketika kesabaran jimin harus diuji. Meski terasa sangat menyakitkan namun harus tetap bertahan dalam ikatan yang menyakitkan.