Benar saja, keesokan paginya yoongi membawa jimin ke salah satu cafe langganannya saat mengantar taeyoon sekolah. Kini kedua wanita berbeda usia itu duduk berhadapan ditemani dua cangkir americano panas.
"Aku ingin membicarakan sesuatu denganmu" yoongi membuka suara langsung.
"Apa?" Tanya jimin.
"Apa kau sudah tau kalau anak itu bukan anak kandungnya jungkook?" Tanya yoongi yang dibalas anggukan tanpa ragu dari jimin.
"Aku tau" jawab jimin raut wajahnya tidak menunjukan keterkejutan sedikitpun yoongi bisa melihat bagaimana tenangnya jimin saat menjawab.
Yoongi berdecih pelan lalu menyeruput kasar americano miliknya sedikitnya ia kesal karena ternyata jimin sudah mengetahuinya dan tidak mengatakan apa-apa padanya, dan yang membuatnya kesal kenapa adik-adiknya pandai sekali menyembunyikan kebenaran.
Jimin terkekeh pelan ia sudah menduga respon seperti apa yang akan kakak iparnya itu tunjukan.
"Eonnie, Diam bukan berarti aku tidak melakukan apa-apa. Aku sudah melakukan tes DNA itu setelah sampai dirumah orang tuaku" jawabnya karena tak mungkin ia harus terus diliputi kesalah pahaman tanpa melakukan apapun.
"Lalu kenapa kau tidak memberitahuku" yoongi berucap dengan nada suara yang terdengar jengkel sekali.
"Aku sudah menduganya kalau eonnie pasti akan melakukan hal yang serupa, aku melakukan tes DNA itu bukan hanya untuk membuktikan kalau jungkook tidak berbohong tapi memberikan bukti untuk seoyoon agar ia tidak meragukan lagi ayahnya, eonni"
Yang lebih tua mengangguk menyetujui penjelasan jimin, tapi yoongi cukup salut pada adik iparnya ini. Jimin bisa saja menjauhkan seoyoon dari ayahnya karena jungkook bahkan sempat tak memperhatikan seoyoon. Tapi jimin mencoba untuk tetap menjaga hubungan ayah dan anak itu meskipun kini dialah yang paling tidak baik-baik saja.
"Lalu apa yang akan lakukan sekarang? Kalian tidak mungkin terus menerus menghindari masalah" ucap yoongi.
Jimin tersenyum miris "aku masih belum menemukan jalan keluarnya, aku bisa saja mengajukan gugatan perceraian pada jungkook kepengadilan saat ini juga tapi aku juga harus mempertimbangkan segalanya" katanya ada rasa sesak disetiap kalimat yang meluncur dari celah bibirnya.
Perpisahan bukanlah satu-satunya jalan keluar pikir jimin, masih ada jalan lain yang masih bisa diambil, semacam saling menenangkan diri, tak saling bertemu untuk saling memperbaiki diri.
Namun, melakukan semua itu bukanlah sesuatu yang bisa dilakukan dengan mudah baginya yang sudah hidup hampir sepuluh tahun lamanya bersama jungkook untuk membina rumah tangga.
Jimin akui, jungkook memang melakukan kesalahan yang sangat fatal, perselingkuhan bukan sesuatu yang bisa dimaafkan dan jimin tau itu. Tapi ia memiliki alasan mengapa sampai saat ini ia masih mempertimbangkannya.
"Aku maupun jungkook pasti akan menyelesaikannya, eonni tak perlu khawatir. Setelah dia kembali kupastikan aku dan dia akan membicarakannya"
*****
Wendy mengetuk pintu ruangan jimin sampai suara milik atasannya berseru menyuruhnya untuk masuk. Setelah berada didalam ruangan wendy tak lupa membungkukkan tubuhnya.
"Seseorang ingin bertemu dengan anda hwejangnim" ujar wendy.
Jimin mengerutkan keningnya seingatnya ia tidak memiliki janji dengan siapapun hari ini. Hanya ada satu meeting penting itupun tadi pagi. Lalu siapa yang ingin menemuinya.
"Siapa?" Tanya Jimin seraya menutup berkasnya dan menyusunnya kembali, diliriknya jam dipergelangan tangannya. Sebentar lagi jam makan siang ia masih memiliki waktu untuk menemui seseorang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
EQUANIMITY
FanfictionAngst (kookmin - gs) Ketika kesabaran jimin harus diuji. Meski terasa sangat menyakitkan namun harus tetap bertahan dalam ikatan yang menyakitkan.