Tirai berwarna coklat muda itu terus bergoyang seiring angin sejuk pagi hari yang berhembus melewati jendela yang sedikit terbuka, tak hanya mengenai tirai hembusan angin itupun menerpa wajah jimin yang berdiri didepan jendela menatap kearah luar dengan tatapan yang sulit diartikan.
Semalaman ia tidak bisa tidur meskipun jungkook memeluknya sepanjang malam padahal dulu ia begitu menyukai pelukan suaminya yang begitu hangat dan menenangkan mampu membuatnya tertidur lebih cepat tapi sekarang jimin hanya bisa merasakan kehangatan namun juga kehampaan secara bersamaan.
setiap kali ia memejamkan matanya sekelebat wajah anak perempuan itu terus saja hadir dalam pikirannya seperti film yang terus diputar ulang. Jimin terus menghela nafasnya entah sudah berapa kali ia melakukan hal itu agar merasa lebih baik. Nyatanya rasa sesak kian membesar dalam hatinya.
"Ehh..." jimin tersentak saat tiba-tiba tangan kekar melingkar apik dipingganya diikuti dengan dagu yang menempel diperpotongan lehernya bahkan jimin dapat merasakan hembusan nafas disana. Tak perlu menbaknya lagi karena siapa lagi jikalau bukan suaminya sendiri. Jeon jungkook
"Ini masih pagi sayang, kenapa berdiri didekat jendela nanti masuk angin loh" ucap jungkook yang suaranya serak khas bangun tidur.
Jimin membalas membelai punggung tangan jungkook lembut "aku baru saja berdiri disini kok" bohongnya karena tak mungkin jika ia berkata jujur kalau ia sudah berdiri hampir dua jam lebih.
"Lagipula ada suamiku yang memeluku sekarang jadinya aku tidak kedinginan sama sekali" lanjutnya kali ini jimin tidak berbohong sama sekali.
Cup!
Jungkook mengecup pipi jimin sekilas "apa istriku sedang menggombaliku sekarang" tanya jungkook dengan nada menggoda membuat pipi jimin memerah merona karena malu.
"Ya sedikit saja" sahut jimin membuat jungkook tertawa gemas dan kembali mengecupi sebagian wajah jimin.
"Masih pukul setengah enam pagi kau bisa tidur kembali, aku akan membangunkanmu nanti" ucap jimin ketika matanya melirik jam di dinding kamar.
Bukannya menuruti perkataan jimin, jungkook malah membalik tubuh istrinya dalam sekali putar hingga menghadap kearahnya tangan kekarnyapun melingkar apik di area pinggang jimin. Sedangkan jimin refleks memegang bahu jungkook agar tidak terjatuh meski ia tau jika sang suami sudah pasti akan menahannya.
Puk puk
Jimin memukul bahu kiri suaminya pelan "kebiasaan sekali aku terkejut tau" ucap jimin mengerucutkan bibirnya yang langsung mendapatkan kecupan kilat dari jungkook.
Mata sipitnya membulat sempurna ini terlalu mendadak. Ingatkan jimin bahwa hari ini dipagi hari jungkook kembali mengecup bibirnya setelah sekian lama.
Mata keduanya bertubrukan menatap lamat satu sama lain. Keduanyapun sama-sama melemparkan senyuman yang begitu manis dipagi hari. Perlahan jungkook mendekatkan wajahnya setelah beberapa saat memperhatikan pahatan wajah sang istri yang begitu menawan terutama bibir plumnya.
Jiminpun menutup matanya bersiap menerima bibir tipis jungkook dibibir plumnya namun bayangan pengkhianatan suaminya lagi-lagi menyesakan hatinya. Jungkook mengerenyit bingung dengan pergerakan jimin yang tiba-tiba menunduk membuat bibirnya mendarat didahi jimin.
"Ada apa sayang? Kau baik-baik saja bukan?" Tanya jungkook namun tak mendapat jawaban
Detik berikutnya jimin menurunkan tangannya untuk dialihkan menjadi memeluk pinggang jungkook dengan kepala yang ia sandarkan didada bidang milik suaminya itu. Ia meremat piyama bagian belakang milik jungkook begitu kuat jika dilihat dari samping bisa terlihat bagaimana jimin berusaha sekuat tenaga agar tidak menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
EQUANIMITY
Fiksi PenggemarAngst (kookmin - gs) Ketika kesabaran jimin harus diuji. Meski terasa sangat menyakitkan namun harus tetap bertahan dalam ikatan yang menyakitkan.