E - 28

2.4K 289 65
                                    

"Dimana jungkook?"

Itu jimin yang kembali bergabung ke ruang tamu dan tidak mendapati keberadaan jungkook diantara orang tua dan mertuanya.

"Dia pergi keluar setelah menandatangani surat perceraian kalian" taehyung menyahut menyadari para orang tua yang tetap diam dengan saling melempar pandang.

Jimin melirik surat perceraiannya yang ada diatas meja dimana disana sudah tertera nama jungkook beserta tanda tangannya. Kenapa rasanya sakit sekali.

"A-aku akan menyusulnya dan berbicara" ucap jimin berjalan keluar dari rumah. Matanya mengedar mencari dimana jungkook berada hingga siluet tubuh yang sangat jimin kenali sedang duduk bersandar didalam mobil dengan kepala yang menyandar dikemudi mobil.

Helaan nafas keluar dari celah bibir jimin sebelum berjalan mendekati mobil milik pria itu. Diketuknya kaca jendela mobil untuk menari atensi jungkook. Menyadari ada seseorang diluar mobilnya jungkook mendongak dan menoleh ke samping kiri pria itu tersentak akan kehadiran jimin yang mau repot-repot menyusulinya.

"Aku ingin berbicara denganmu" ucap jimin yang diangguki oleh jungkook. Yang lebih tuapun membuka pintunya kemudian keluar mendekati jimin yang sedikit mundur agar tidak menghalangi pintu.

Jimin mengulum bibirnya kedalam sedikit miris melihat keadaan jungkook yang kacau dengan wajah penuh lebam, mata sembab dan jejak air mata yang masih tersisa disana.

"Apa yang ingin kau bicarakan, sayang eh "jungkook menggeleng menyadari kalau ia sudah tidak berhak memanggil jimin seperti itu lagi sekarang.

"Maaf maksudku apa yang ingin kau bicarakan, jimin" koreksinya yang mana membuat suasana menjadi canggung dan menyesakan bagi keduanya.

Ingin rasanya jimin menangis karena sekarang diantara ia dan jungkook seperti ada tembok besar yang membatasi keduanya. Tapi jungkook menatapnya teduh membuat jimin harus menundukan wajahnya tak kuasa menatap balik netra bulat jungkook tak ingin memperlihatkan kerapuhan dari matanya jimin ingin terlihat tegar dihadapan jungkook atau siapapun.

"Jungkook..."

"Tatap mata lawan bicaramu jimin jika sedang berbicara" sangga jungkook lebih dulu. Mau tak mau dengan gerakan lamban jimin mendongakan kembali kepalanya hingga pandangan mereka bertemu.

"Ini keputusan yang sulit untukku, bercerai bukanlah hal yang pernah aku inginkan, kau tau itu bukan?" Tanya jimin yang diangguki oleh jungkook karena sejak awal mereka memutuskan untuk berkomitmen jimin mengatakan bahwa ia akan terus mempertahankan rumah tangganya agar tetap langgeng apapun yang terjadi asal jungkook terus bersamanya untuk melewati itu semua

Ibarat sepasang sepatu jika keduanya ada mereka akan disebut lengkap dan dapat dipakai tapi jika salah satunya hilang apa sepasang sepatu itu bisa disebut lengkap dan bisa dipakai? Tidak bukan.

Sejak awal jimin memang memegang teguh ucapannya, ia terus mempertahankan keluarga kecilnya. Namun, jika hanya ia yang berjuang semuanya berakhir sia-sia karena pada akhirnya jungkook tidak bersamanya. Bagaimana jimin bisa mempertahankan segalanya jika jungkook sendiri bahkan tidak ada bersamanya.

"Tapi keadaan memaksaku untuk mengambil keputusan ini, satu tahun aku berusaha untuk terus mempertahankan rumah tangga kita tapi hari demi hari kau semakin sulit bagiku untuk menggapaimu tanpa sadar kau terus menjauh dariku dari keluargamu sendiri"

"Sampai akhirnya aku tidak sanggup untuk terus menggapaimu, aku juga manusia yang memiliki batas kesabaran, aku tidak sekuat itu jungkook"

Tes!

Air mata jatuh dari pelupuk mata jimin, ia tidak bisa menahan dan bersifat tegar dihadapan orang yang sangat ia cintai. Tapi jimin segera menyekanya.

EQUANIMITY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang