Jisoo memegang tangan mungil milik chaeyeon yang tertancap jarum infusan, ia usap lembut dan berhati-hati berharap rasa pegal dan nyeri yang sering putrinya keluhkan berkurang.
Saat seperti ini ia menyadari kalau dia benar-benar merasa sendiri sekarang, siapa yang akan menamani seseorang yang sudah menghancurkan hidup orang lain Pikirnya.
Ditatapnya wajah yang masih terlihat pucat milik putrinya itu, tangannya beralih pada puncak kepala chaeyeon untuk ia usap pelan. Sejauh ini ia dan pihak rumah sakit hanya mampu mendapatkan satu kantung darah itupun dengan susah payah.
Maka dari itu sampai sekarang chaeyeon masih bisa bertahan, kondisinyapun perlahan membaik. Putrinya hanya butuh satu kantung darah lagi yang masih dicari sampai saat ini.
"Cepatlah pulih nak, kita akan pergi jauh dari sini jauh dari orang-orang yang sudah ibumu sakiti. Kita akan memulai hidup yang baru" gumam jisoo pelan.
"Kau ingin pergi dan tidak ingin mempertanggung jawabkan semuanya?"
Tubuh jisoo langsung menegang mendengar kalimat dari suara milik seseorang yang hingga saat ini tidak melepas pandangan untuk memantau dirinya dari jauh. Siapa lagi kalau bukan yoongi.
Suara langkah kaki kembali terdengar mendekati ranjang pesakitan yang ditiduri chaeyeon sampai langkah kaki terakhir yang terdengar jisoo bisa melihat yoongi yang berdiri bersebrangan dengannya menunjukan wajah yang tak pernah bersahabat sedikitpun.
"Kau dan jungkook harus membayar hasil dari perbuatan hina kalian, persetan jungkook adikku dia tetap harus menerima konsekuensinya" tegas yoongi ia tak akan pernah memandang bulu kalau sudah berhubungan dengan orang-orang yang disayanginya
Istri dari kim taehyung itu merundukan tubuhnya lalu mengulurkan tangannya yang ditaruh didagu jisoo mengangkatnya hingga pandangan mata mereka bertemu.
"Termasuk dirimu, kau juga harus menerima konsekuensi dan mempertanggung jawabkan perbuatanmu. Paham!" Yoongi melepaskan tangannya dari dagu jisoo setelah mendorongnya sedikit.
"Aku datang hanya untuk memperingatimu, jangan coba-coba kabur dariku atau putrimu sendiri yang akan aku jadikan jaminanmu"
"Jangan libatkan putriku dalam masalah ini" sahut jisoo dengan tatapan memelas.
Yoongi tertawa remeh "dasar bodoh!, sejak awal selain dirimu sendiri kau juga sudah melibatkan putrimu untuk menarik perhatian jungkook" ucap yoongi sarkas yang sukses membuat jisoo merasa terbungkam dan tertohok
"Kau harus ingat ini, aku akan memperlihatkan padamu kalau kau tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan jimin. Aku juga akan menunjukan padamu kalau kau tidak berarti apa-apa bagi jungkook"
Tak mau menunggu ataupun melihat reaksi jisoo, yoongi melenggang pergi begitu saja meninggalkan jisoo yang hanya diam terpaku dengan tatapan yang kosong.
"Kim jisoo kau wanita yang malang" jisoo berucap remeh untuk dirinya sendiri.
*****
"Aku pulang" seru jimin begitu ia masuk kedalam rumah orang tuanya, menyinpan sepatu miliknya pada rak didekat pintu dan diganti dengan sandal rumahan.
Ibu muda itu tersenyum kecil saat gendang telinganya mendengar suara derap langkah kaki yang cepat dari arah tangga. Dia sudah tau siapa yang menyambutnya ketika ia pulang bekerja.
"Mommy!"
Ya benar, yang menyambutnya adalah seoyoon. Jimin menekukan kakinya menjadikan lututnya tumpuan diikuti kedua tangannya yang terbuka lebar mengisyaratkan seoyoon untuk masuk kedalam pelukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
EQUANIMITY
FanfictionAngst (kookmin - gs) Ketika kesabaran jimin harus diuji. Meski terasa sangat menyakitkan namun harus tetap bertahan dalam ikatan yang menyakitkan.