E - 25

2.1K 277 151
                                    

Malam hari kali ini hujan turun cukup lebat, suara gemuruhpun terus bersahutan. Suhupun menjadi lebih dingin menusuk hingga tulang jika saja tidak memakai pakaian yang hangat dan bantuan dari penghanhat ruangan.

Jimin menyelimuti seoyoon yang sudah tidur nyenyak setelah menghabiskan susu yang ia buatkan tadi. Dirasa seoyoon tidak terganggu jimin memutuskan untuk keluar dari kamar dan memasuki ruang kerja miliknya yang ada dirumah orang tuanya.

Penghangat ruangan telah ia nyalakan setelah itu ia mendudukan dirinya di kursi kerja dan meraih ponselnya menekan salah satu nomor orang kepercayaanya.

"Nona choi, aku ingin kau mengurus sesuatu"

Keduanyapun berbincang melalui ponsel yang memakan waktu setengah jam lamanya. Setelah itu jimin menyandarkan punggungnya dikepala kursi seraya menatap lurus kedepan.

"Keputusanku sudah benar bukan?" Gumamnya pada angin yang berlalu.

Keesokan paginya seperti biasa jimin mengantar seoyoon ke sekolah kemudian berangkat bekerja ke boutique. Sesampainya di ruangannya jimin menyandarkan kepalanya pada punggung kursi
Memijat kepalanya yang entah sejak kapan selalu pening setiap pagi beberapa hari kebelakang ini.

Tok tok!

"Masuk" seru jimin pada si pengetuk.

"Hwejangnim, nona choi ingin menemui anda" wendy lah sipengetuk pintu yang kini sudah berdiri di depan jimin.

"Biarkan dia masuk" titah jimin yang diangguki oleh wendy yang langsung berlalu keluar dari ruangan jimin digantikan dengan kejadiran nona choi yang membawa map berwarna coklat dengan cap negara ditangannya.

"Hwejangnim, annyeonghaseyo" sapa nona choi seraya membungkuk yang dibalas jimin dengan anggukan seraya beranjak bangun dari kursi kerjanya mendekati nona choi lebih tepatnya berdiri di sofa singlenya

"Silahkan duduk nona choi" ucap jimin mempersilahkan nona choi untuk duduk di sofa sebrangnya. Setelah ia ikut mendudukan diri jimin menekan intercome yang ada di meja itu.

"Mau minum apa nona choi?" Tawarnya sebelum benar-benar menekan tombolnya.

"Apa saja hwejangnim" jawabnya yang dianguki jimin

"Wendy-ssi tolong buatkan teh chamomile 2 dan biskuitnya ya, terima kasih" ucap jimin memerintah sang asisten yang ada diluar.

"Hwejangnim anda bisa memeriksanya terlebih dahulu" ucap nona choi.

Nona choi menyerahkan map yang ada ditangannya kepada jimin yang langsung menerimanya. Jimin menatap lirih map coklat yang sudah berada ditangannya sebelum akhirnya ia membukannya dan membacanya hingga selesai.

"Aku akan membawanya sekarang, kau memiliki salinan untuk menjadi study kasusmu terhadap masalah ini kan?" Tanya jimin seraya memasukan kembali surat itu kedalam mapnya.

"Tentu hwejangnim, saya memiliki salinannya" jawab nona choi

Beberapa menit kemudian wendy beserta pelayan boutique yanh membawa minuman dan camilannya pun datang sesuai dengan perintah jimin.

"Terima kasih" ucap nona choi pada pelayan itu, yang refleks menganggukan kepalanya

"Terima kasih, kalian berdua bisa kembali ke pekerjaan kalian masing-masing"

"Ne hwejangnim, nona choi, kami berdua permisi" keduanya membungkuk dan berlalu pergi.

"Silahkan nona choi" titah jimin seraya menunjuk teh dan camilannnya.

Nona choipun menyereput teh miliknya dan kembali menatap jimin setelah menaruh kembali cangkir miliknya ke atas meja.

"Hwejangnim, sepertinya saya harus undur diri masih ada yabg harus kuurus" pamit nona choi.

EQUANIMITY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang