"Perkembanganmu sangat baik jimin, pertahankan kestabilanmu ini, jangan sampai kembali merasa tertekan. Cobalah terbuka pada siapapun yang kau percaya jangan memendamnya sendiri lagi. Kau harus tetap bahagia itulah kunci kesembuhanmu, bukan berarti kau tidak boleh bersedih tapi jangan sampai berlarut-larut. Mengerti" Dokter jung memaparkan hasil pemeriksaan jimin pada si empunya.
"Aku mengerti" jawab jimin seraya mengangguk
"Aku senang kau bisa bangkit dari keterpurukanmu jimin, teruslah berusaha maka kau akan benar-benar sembuh"
"Ini juga berkat bantuanmu dok" ucap jimin.
"Ini obat dan vitaminnya, sekarang kau bisa pulang dan beristirahat" ucap dokter jung memberikan obat dan vitaminnya pada jimin.
"Sekali lagi terima kasih ya dok" ucap jimin yang diangguki dokter jung sebelum akhirnya ia melenggang pergi keluar dari ruangan dokter jung.
Baru saja akan keluar dari lobby langkahnya terhenti saat seseorang memanggil namanya dari arah belakang.
"Jimin-ssi"
Jimin berbalik lalu menghela nafasnya jengah begitu tau siapa pemanggilnya itu. Tak berniat menanggapinya lagi dan siap untuk kembali melangkah pergelangannya dicekal.
"Tunggu dulu, aku ingin berbicara denganmu aku mohon" ucapnya dengan tatapan yang memohon.
Jimin melepaskan tangannya dari cekalan lalu menatap datar seseorang dihadapannya itu "aku tidak memiliki waktu berbicara bersama orang asing" ucapnya.
"Sebentar saja, jimin-ssi" tangannya kembali ditahan membuat jimin harus kembali menghentikan langkahnya.
"Kim Jisoo-ssi lepaskan tanganku" tegur jimin mencoba untuk bersabar.
Ya, jisoo lah orangnya ia baru saja membeli obat untuk chaeyeon melihat jimin membuatnya memutuskan menghampiri wanita itu.
Tapi sepertinya jisoo enggan melepaskan tangannya dari jimin "aku mohon sebentar saja, biarkan aku berbicara denganmu" mohonnya.
"Yasudah lepaskan tanganku, cepat katakan waktuku akan terbuang sia-sia jika terus berhadapan denganmu" ucap jimin kesal, alhasil keduanya sudah duduk berhadapan dicafetaria rumah sakit dengan dua cangkir teh sebagai pelengkapnya.
Jimin berdecak pelan sudah lima menit berlalu tapi tak satupun kata keluar dari bibir wanita dihadapannya ini yang dilakukannya hanya menundukan kepalanya. Tidak sadarkah dia kalau jimin sudah muak melihat wajahnya.
"Kau benar-benar membuang waktuku, apa kau jadi bisu huh?" Jimin berucap sarkas.
Jisoo mendongak kemudian tersenyum kikuk "aku ingin meminta maaf padamu juga pada putrimu karena sudah menjadi pihak ketiga, aku tau tak seharusnya aku menampakan wajahku lagi dihadapanmu tapi semuanya seolah menghantuiku rasa bersalah itu terus hadir setiap saatnya. Padahal aku pernah merasakan bagaimana rasanya dikhianati tapi aku sendiri melakukan hal itu padamu. Aku akan pergi jauh agar semuanya kembali normal" jelasnya.
Jimin tertawa miring "apa kau sudah selesai?" Tanya jimin yang diangguki oleh jisoo.
"Lucu sekali mendengar kau berkata sepanjang itu padaku" lalu bertepuk tangan seolah jimin memberikan apresiasi atas apa yang diucapkan jisoo padanya. Beberapa detik kemudian wajahnya kembali datar tak berekspresi.
"Kurasa permintaan maaf dengan segala penyesalanmu padaku itu terdengar sia-sia bagiku. mau kau pergi jauh sampai tertelan bumipun aku tidak peduli sekalian saja bawa jungkook juga bersamamu" kata jimin yang sukses membuat jisoo terkesiap dengan mata yang membulat tak percaya akan ucapannnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
EQUANIMITY
FanfictionAngst (kookmin - gs) Ketika kesabaran jimin harus diuji. Meski terasa sangat menyakitkan namun harus tetap bertahan dalam ikatan yang menyakitkan.