Seoyoon masih terus mengurung diri di dalam kamar miliknya, ia masih belum menerima dengan apa yang telah ia dengar tapi perkataan ibunya yang lugas tentang ayahnya tadi membuatnya begitu bersedih.
Ia memang anak kecil yang baru saja berumur tujuh tahun, meskipun begitu ia sedikitnya memahami apa yang dikatakan ibunya. Ia tak ingin mempercayainya tapi melihat kedua orang tuanya yang berseteru apalagi ibunya yang sampai memohon pada ayahnya agar tidak pergi demi dirinya membuat ia berpikir bahwa hal itu memang benar adanya.
Perasaan macam apa yang seoyoon rasakan sekarang. Yang pasti seoyoon tak menyukainya, nafasnya seperti tercekat dan sesak. Jika diperhatikan lebih detail kedua tangan anak itu bergetar menahan sesuatu yang harusnya diluapkan dalam dirinya.
Seoyoon menatap pintu kamarnya yang masih diketuk disertai suara ibu, kakek, dan neneknya. Ia juga mendengar suara tangis ibunya. Lalu, tiba-tiba saja dalam benaknya terlintas wajah sang ibu yang beruraian air mata membuat anak perempuan itu merasa tak tega dan juga ia membutuhkan penjelasan.
Anak perempuan itupun berdiri dan berjalan kearah pintu memutar kuncinya dan membuka pintu kamarnya perlahan. Begitu pintunya terbuka lebar. Benar saja bukan hal pertama yang ia lihat adalah wajah ibunya yang begitu sembab.
"S-seoyoonie" jimin berujar lirih namun setelah itu tubuhnya ambruk akibat kelelahan dan menangis terlalu lama Mengundang pekikan keras dari namjoon, seokjin, terutama seoyoon.
"JIMIN!! / MOMMY"
Suara pekikan disertai dari lantai dua ternyata sampai terdengar ke bawah, yoongi yang baru saja akan membuka suara terurungkan dan memilih beranjak menaiki tangga diikuti taeyoon, taehyung dan jungkook dibelakangnya.
"Oh! Astaga jimin!" Gumam yoongi terkejut karena melihat jimin yang tak sadarkan diri dalam pangkuan ayahnya.
"Yoongi-ya, seoyoon menangis bersama ibumu didepan kamarnya tolong kau tenangkan dia dulu, ayah akan membawa jimin ke kamarnya"
Yoongi mengangguk kemudian berlari kearah kamarnya seoyoon, ia akan kesampingkan dulu kemarahannya pada adik brengseknya itu.
Tapi sebelum itu yoongi menghentikan langkahnya dan berbalik lalu menunjuk jungkook "kuperingatkan jangan berani masuk kedalam kamar dan mendekati jimin sebelum kau menjelaskan semuanya padaku" tegasnya melanjutkan lagi langkahnya.
Jungkook memandang taehyung yang berdiri disampingnya, taehyung yang ditatappun membalas tatapannya "jangan meminta bantuanku, aku sudah memperingatimu sejak awal agar kau segera menghentikan segalanya sebelum semua orang tau tapi kau tetap mempertahankan duri dan mengabaikan bunga yang sangat sempurna" katanya. Lalu menggenggam tangan taeyoon dan membawa pergi ke kamar seoyoon.
Perkataan taehyung terkadang menggunakan umpama yang keluar sesuka hati dari bibirnya membuat siapapun harus berpikir dua kali untuk mengerti maksudnya, tapi kali ini jungkook dapat memahami bahkan sangat memahami maksud kakak iparnya mengatakan itu.
Harusnya sejak dulu ia mengikuti apa kata taehyung, mengakhiri perbuatan buruknya yang melakukan pekhianatan pada wanita sebaik Jimin istrinya sendiri, tapi semuanya sudah terjadi, penyesalan akhirnya hinggap dalam dirinya. Memang benar apa kata orang penyesalan akan datang diakhir.
Jungkook tetap berdiri ditempatnya dengan perasaan tak tentu arah, ia tidak bisa mendekati jimin jika ia melanggar ucapan kakaknya maka hal yang jauh lebih buruk akan terjadi, iapun tidak bisa menghampiri seoyoon, jungkook sadar diri sekarang karena bukan hanya jimin saja yang merasakan kekecewaan padanya, seoyoonpun merasakan hal yang sama pula.
Pemuda tampan yang sudah kacau itu meremas rambutnya kasar, ia terus mengutuk dirinya sendiri yang begitu brengsek. Tapi jungkook tak bisa diam saja apalagi melihat jimin yang tak sadarkan diri dalam gendongan ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
EQUANIMITY
FanfictionAngst (kookmin - gs) Ketika kesabaran jimin harus diuji. Meski terasa sangat menyakitkan namun harus tetap bertahan dalam ikatan yang menyakitkan.