Dari ruang tamun seojoon yang diminta untuk melanjutkan apa yang perlu dijelaskan oleh jimin menghela nafas lemah seraya menatap canggung namjoon sebagai besannya yang sudah ia anggap keluarga sendiri.
Jungkook dan jimin memiliki peranan besar terhadap dua keluarga yang berbeda ini hingga apapun yang terjadi pada salah satunya maka bantuan akan diberikan. Tapi sayang sekali hubungan baik antar dua keluarga ini harus renggang.
"Sebenarnya jimin baru saja membicarakan ini dengan kami sebagai orang tuanya siang tadi setelah surat pengadilan sampai ditangannya"
Flashback
Seojoon yang tengah fokus pada layar komputer miliknya pun harus terhenti karena suara deringan dari ponsel pintarnya dimana disana terdapat nama putri semata wayangnya sebagai penelepon.
"Ada apa nak?"
"Apa aku mengganggu waktu bekerja appa?"
"Tidak nak, kenapa? Apa kau membutuhkan sesuatu?"
"Apa aku boleh meminta waktu appa sebentar saja, aku ingin membicarakan sesuatu bersama appa dan eomma"
"Tunggu sebentar jangan dulu matikan panggilannya"
Seojoon menekan tombol intercome yang tersambung pada sekretarisnya "tolong batalkan semua jadwal saya hari ini ada yang perlu saya urus, Jangan menghubungi saya jika masih bisa kau tangani"
"Jiminie" seojoon beralih pada ponselnya.
"Sudah selesai?" Tanya jimin dari seberang sana.
"Ya nak"
"Aku akan menunggu appa dirumah bersama eomma, terima kasih karena sudah meluangkan waktu appa untuk aku menyayangimu appa"
"As you wish baby, appa juga menyayangimu"
Pip!
Hanya membutuhkan waktu setengah jam bagi seojoon untuk sampai didepan rumah, mobil milik jiminpun sudah terpakir apik digarasi rumah. Pria paruh baya itupun bergegas masuk kedalam rumah dan mendapati istri dan putrinya sudah duduk bersama dirunag tamu.
"Yeobo! Jiminie!" Sapanya seraya mendudukan dirinya disofa yang langsung berhadapan dengan jimin dan minyoung.
"Kalian bisa bicarakan lebih dulu nanti lebih jelasnya biar eomma dengar dari appa saja, eomma mau lihat makan siang telat kita ya" ucap minyoung setelah memberi kecupan selamat datang kepada suami tercintanya sebelum akhirnya ia berlalu memasuki dapur.
"Jadi apa yang ingin putriku ini bicarakan?" Tanya seojoon.
Jimin tersenyum lirih seraya mengangguk "dengan saran dari appa juga" ucapnya sambil mengeluarkan map coklat dari dalam tasnya dan menyodorkannya kearah seojoon.
"Apa ini nak?" Tanya seojoon memegang map coklat itu lalu memutarnya hingga logo pengadilan bisa terlihat olehnya.
"Surat gugatan cerai untuk jungkook" cicit jimin pelan ada nada kesedihan terselip disana dan seojoon bisa merasakannya.
Seojoon membuka map coklat itu membaca surat yang ada didalamnya dengan teliti kebiasaan membacanya sejak dulu agar tidak ada kesalahan sedikitpun.
"Aku ingin membicarakannya dengan appa lebih dulu sebelum membicarakannya bersama keluarga jungkook" ucap jimin.
"Apa kau yakin dengan keputusanmu ini?
Satu pertanyaan itu cukup sulit untuk jimin jawab bahkan ingin rasanya jimin tidak mendengar pertanyaan itu dari siapapun. Karena hatinya masih terbagi dua bahwa disatu sisi iya yakin dengan keputusannya untuk berpisah dari jungkook tapi disisi lain jimin masih yakin akan kekuatan dari ikatan cintanya dengan jungkook.
KAMU SEDANG MEMBACA
EQUANIMITY
FanfictionAngst (kookmin - gs) Ketika kesabaran jimin harus diuji. Meski terasa sangat menyakitkan namun harus tetap bertahan dalam ikatan yang menyakitkan.