Bagian 4

14.7K 2.1K 135
                                    

Tuhan yang kami ucap dengan berbagai nama, serta yang kami sembah dengan berbagai cara. Bila memang tidak memungkinkan untukku hidup dengan dia, maka tolong sayangi dan jaga dia.

Langit yang tadinya berwarna jingga, kini berubah menjadi hitam pekat. Senja yang indah, kini hilang tertelan oleh gelapnya malam. Namun, itu tidak mengusik ketenangan seorang laki-laki yang sedang memandang gelapnya malam di atas rofftop apartemen. Ribuan bintang yang menghiasinya, dan sebuah bulan yang menjadi penerang di saat malam hari.

Cinta beda agama. Tiga kata yang mampu membuat kisah percintaannya begitu rumit. Suatu alasan, yang tidak bisa membuat dia dan orang yang sangat dicintainya hidup bersama. Ia ingin pergi, tapi disisi lain ia tak ingin jauh dari gadis itu. Ini benar-benar menyiksa kehidupannya.

Dia, Nicholas Daniel Andelson, menghela nafas kasar. Ia masih tidak sanggup, mengatakan yang sebenarnya kepada Belvina. Ia tidak ingin, Belvina semakin tersiksa. Dan ia juga tidak ingin jika Belvina jauh darinya. Egois? Memang. Daniel merasa egois karena ia sudah menjebak Belvina di dalam situasi seperti ini. Berlagak membenci Belvina, padahal jauh di dalam lubuk hatinya ia sangat takut kehilangan gadis itu.

Daniel menyatukan tangan di depan dadanya. Memejamkan mata lalu mengucap harapan.

"Tuhan, jika memang engkau tidak ingin aku hidup bersamanya, tolong buat dia bahagia. Buat kedua bibirnya selalu membentuk senyuman indah. Dan tolong, jaga dia."

****

Pukul setengah satu malam, Daniel baru sampai di rumahnya. Ia berharap, semoga semua keluarganya sudah tertidur pulas. Namun harapannya tidak sesuai kenyataan. Saat ia membuka pintu utama, ia langsung di sambut oleh papanya yang sedang duduk di sofa ruang tamu.

"Dari mana?" Langkah kaki Daniel terhenti saat ia mendengar suara Mark, papanya.

"Bukan urusan papa," balas Daniel tak kalah dingin.

"Mabuk-mabukan? Main sama jalang atau ... mungkin kamu udah punya simpanan di apartemen sampai kamu udah lupa kalau kamu itu masih punya rumah," terka Mark yang mampu membuat emosi Daniel memuncak. Jika saja Mark ini bukan ayahnya, sudah di pastikan Mark terkapar lemah sekarang.

Daniel mengepalkan kedua tangannya. Rahangnnya mulai mengeras. Ia menatap papanya dengan tatapan kecewa. Bisa-bisanya Mark mempunyai pikiran kotor seperti itu.

"Aku enggak sebajingan papa yang ngelakuin itu semua!" Daniel mengucap kata-kata itu dengan penuh penekakan.

"Hallah! Jangan alasan kamu. Harusnya kamu contoh kakak kamu. Dia bisa membanggakan papa. Enggak kayak kamu, yang cuma jadi beban keluarga," tutur Mark mulai membandingkan Daniel dan Dave. Hal yang sangat Daniel benci.

"TERSERAH!" teriak Daniel lalu pergu dari hadapan papanya. Ia muak, bahkan sangat. Dari kecil, Daniel selalu di pojokan oleh Mark setelah mamanya meninggal. Ia selalu di pandang rendah di dibandingkan dengan Dave, kakaknya.

Daniel membanting pintu kamarnya keras. Ia membaringkan tubuhnya di atas king size miliknya. Mencoba untuk memejamkan mata tetapi tidak bisa. Bayangan saat ia pertama kali bertemu bahkan jatuh hati kepada Belvina terngiang di kepalanya. Saat itu, ia pertama kali merasakan indahnya jatuh cinta, dan sakitnya luka karena cinta.

"Kamu kenapa?" Tanya seorang gadis yang tiba-tiba saja datang menghampiri Daniel.

"Jawab dong kok diem aja!" Gadis itu berbicara ketus kepada Daniel. Pasalnya, sudah hampir sepuluh pertanyaan yang ia lontarkan, tak ada satupun yang terjawab.

"Dasar ganteng-ganteng bisu!" Ledek gadis itu. Nada suaranya menunjukan bahwa ia sangat kesal dengan Daniel.

Daniel terkekeh pelan saat ia mendengar ledekan dari Belvina. Entah kenapa, beban yang menumpuk di kepalanya mulai ringan karena mendengar ocehan dari Belvina. Gadis ini mampu membuat hatinya menghangat. Sepertinya ia jatuh cinta pada pandangan pertama.

"Kamu lagi banyak masalah ya?" Tanya Belvina. Daniel hanya mengangguk. Karena memang ia lagi banyak masalah.

"Kamu kalau mau cerita, cerita aja sama aku. Tapi, kalau kamu mau lebih nyaman lagi, mending kamu aduin semua masalah kamu ke Allah. Pasti dia akan kasih kamu jalan keluar!"

Baru saja ia bahagia karena sudah menemukan orang yang mampu menaklukan hatinya, kini ia harus merasakan luka akibat fakta yang baru saja terungkap. Ternyata, di antara mereka berdua ada tembok besar yang harus menghalangi mereka bersama.

****
Belvina merutuki dirinya sendiri yang lupa mematikan alarm ponselnya tadi malam. Ia lupa, kalau ia sedang halangan dan tidak bisa melaksanakan sholat. Setiap malam, Belvina memang selalu bangun untuk melaksanakan sholat Tahajjud.

Jadilah ia sekarang duduk di tengah kasurnya dengan kedua tangan yang menumpu dagunya. Matanya sudah tidak terpejam lagi. Biasanya, jika ia terbangun di tengah malam seperti ini maka ia akan mengerjakan tugas. Namun, kebetulan sekali hari ini tidak ada tugas dari sekolahnya.

Belvina mengambil ponselnya yang tergeletak di nakas.

"Setengah dua," gumamnya saat layar ponselnya sudah menyala.

Belvina membuka aplikasi Whatsapp miliknya. Tidak ada pesam yang belum terbaca. Namun, fokus Belvina terarah kepada chat yang ia sematkan, dengan username My Jodoh. Sebelum tidur, ia sempat mengirimkan pesan kepada Daniel. Walaupun tidak di balas, hanya di read doang itu tidak menjadi alasan untuk Belvina berhenti mengirimkan spam chat kepada Daniel.

Belvina kembali membuka roomchatnya bersama Daniel. Yang tentunya hanya berisi pesannya. Sedangkan tak ada satupun pesan dari Daniel.

"Daniel ngapain ya masih online jam segini," monolog gadis itu saat melihat tulisa online tepat di bawah usernamenya.

My Jodoh-♡!
Online

Daniel ngapain jam segini masih on?

Daniel tidur deh. Besok kan sekolah.

Daniel jangan keseringan begadang, nanti sakit loh.

Daniel besok aku bawain bekal di makan ya. Jangan di buang, aku capek loh masak setiap hari buat kamu.

Udah ya Daniel aku mau tidur.

Good Night💜

Ceklis dua menghiasi pesan yang Belvina kirim baru saja. Namun, masih berwarna abu-abu. Belvina berharap semoga besok pagi ia mendapatkan notih dari Daniel.

Mengejar cinta seseorang yang tidak pernah ingin melihat perjuangan kita itu memang sangat melelahkan. Setiap hari mendapat perlakuan kasar, makian dan cacian, yang selalu menimbulkan luka di lubuk hati paling dalam.

Tapi bagi Belvina, itu semua hanyalah cobaan. Kisah percintaan memang lebih indah jika di beri bumbu perjuangan. Karena ia percaya di balik semua ini, ada kejutan yang sudah tuhan ciptakan untuknya.

****

Suara dari ponselnya, membuat Danielkembali membuka matanya. Keningnnya mengkerut merasa bingung. Tumben sekali ada yang mengechatnya di larut malam seperti ini.

Senyum kecil terbit di bibir Daniel saat melihat notifikasi di layar ponselnya. Ia merasa senang saat Belvina mengirimkan pesan untuknya. Siapa yang tidak senang jika orang yang kita sukai selalu mengirimkan pesan?

Gak bisa tidur.

Lo juga jaga kesehatan. Jangan sampai sakit.

Iya gue makan.

Too.

Setelah membalas pesan dari Belvina, mata Daniel mulai memejam. Di bayangannya hanya ada wajah Belvina yang sedang tersenyum kecut dan menahan air mata agar tidak menitihkan air mata. Hal yang kembali menyakiti Hatinya.

Follow ig: @nrlll_aa

BEDA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang