Bagian 18

9.3K 1.3K 134
                                    

Banyak orang yang bilang, dari masa lalu kita bisa belajar kuat. Tapi bagiku, adalah sebaliknya.

Seorang gadis yang sedang duduk di bangku taman sedari tadi menangis tak henti-henti. Ia menatap nanar sebuah test pack di tangannya. Test pack tersebut  menunjukan dua garis merah, yang menandakan bahwa ia ternyata hamil.

"Dave," ujarnya saat seorang cowok datang menghampirinya. Tangisnya kembali pecah. Ia memeluk cowok itu erat.

Dave membalas pelukannya. Cowok itu merasa ada sesuatu yang terjadi pada gadis ini. Perlahan, ia melepas pelukan itu, lalu menangkup kedua pipi gadis tersebut.

"Kamu, kenapa?" tanyanya seraya mengusap pelan air mata yang mengalir dari pipi gadis itu.

Bela menunduk. Ia tak tahu harus berkata apa kepada Dave. Jika Dave tau ia hamil, apa laki-laki ini akan bertanggung jawab?

Bela menggeleng. Itu sangat tidak mungkin. Agamanya dan agama Dave berbeda. Tidak mungkin jika mereka bersatu dengan keyakinan yang beda.

"Jawab Bel. Kamu kenapa?" Dave kembali bertanya. Namun, masih sama seperti diawal, Bela tetap diam dan tidak merespond ucapan Dave.

Karena penasaran, Dave akhirnya mengikuti arah pandang Bela yang sedari tadi menunduk. Ia terfokus pada benda putih yang ada di tangan Bela.

"Ini apa?" Dave mengambil benda itu. Matanya melotot sempurna. Ia memandang Bela dengan sorot tidak percaya, "kamu hamil?"

Bela kembali terisak. Ia mengangguk sebagai jawaban. "Aku hamil anakmu, Dave," ujar Bela.

"Enggak mungkin!" Dave barucap sambil menggelengkan kepala tak percaya. Ini tidak boleh terjadi.

Bela menatap Dave. "Ini anak kamu. Kamu harus tanggung jawab, Dave," ujar Bela.

"Aku enggak akan tanggung jawab! Aku enggak bisa Bel. Tuhan kita beda. Kita tidak mungkin meninggalkan tuhan kita masing-masing!"

Tangis Bela kembali pecah. Ia tidak tau harus berbuat apa-apa lagi. Ini semua salahnya. Kenapa ia harus jatuh terlalu dalam terhadap cinta Dave?

Bela tersentak saat Dave tiba-tiba menariknya. Ia sedikit berlari karena susah menyeimbangkan langkah kakinya, dengsn langkah kaki Dave yang begitu lebar dan cepat.

"Dave, kamu mau bawa aku kemana?" tanya Bela.

"Hanya ada satu cara yang bisa membebaskan aku dari masalah ini, Bela. Aku akan bunuh kamu."

***

Bugh!

Dave meringis saat satu tonjokan berhasil Daniel layangkan ke wajahnya. Ia menatap Daniel tajam, sambil mengusap darah yang keluar dari sudut bibirnya.

Dave ingin membalas, tapi dengan cepat Daniel mengelak. Membuat cowok itu mengumpat kesal. Daniel kembali memberi serangan kepada Dave, membuat cowok itu terkapar tak berdaya akibat ulah adiknya.

BEDA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang