Bagian 35

7.2K 1K 202
                                    

Akhir dari segalanya adalah perpisahan. Terima kasih atas lukanya. Terima kasih atas kenangannya. Semoga kamu bahagia bersama dengan pilihan Tuhan untukmu.

⚠⚠⚠

Berhubung guru-guru sedang rapat mengenai ujian yang akan diadakan sebentar lagi, semua kelas freeclas sampai selesai jam istirahat.

Belvina memilih berdiam diri di atas rooftop sekolah. Sebelum ke sini, gadis itu terlebih dahulu mengunci Vio di dalam UKS. Telinga Belvina sudah sangat panas terus mendengar omelan Vio. Vio terus menghina Daniel dan Shaaren. Vio kalau sudah marah, ia akan terus mencaci maki orang yang sudah membuatnya marah tanpa memikirkan perasaan orang itu.

Belvina memandang langit luas dengan sorot sendu. Retina itu kembali mengeluarkan air mata saat kata-kata Daniel kembali berdengung di telinganya. Laki-laki itu sangat pandai memainkan perasaannya.

Mendengar kata tunangan membuat Belvina seketika berhenti menaruh harapan. Karena sia-sia jika ia terus berharap pada orang yang sebentar lagi akan menjadi milik orang lain, kan?

Pintu rooftop terbuka. Gadis itu berbalik badan untuk melihat, siapa orang yang sudah mengusik ketenangannya.

Raut wajahnya berubah menjadi datar. Tanganya meremat rok abu--nya kuat.

"Ada apa, lagi?" tanya gadis itu dingin.

Daniel terdiam. Ia hanya fokus memandangi wajah Belvina dengan tatapan yang sulit di artikan. Seperti ada rasa bersalah di wajah milik cowok itu.

"Belum puas nyakitin aku?" Belvina masih terus berusaha untuk tidak mengeluarkan air matanya. Remasan pada roknya semakin ia kencangkan.

"Harusnya dari awal aku tahu kita itu beda, aku udah pergi. Tapi kamu, kamu terus ngasih harapan sama aku seolah-olah kita bisa terus sama-sama! Dan itu buat hati aku berat untuk pergi ninggalin kamu. Aku berusaha buat terus bertahan sama kamu tapi kamu malah terus nyakitin aku!"

"Cowok emang gitu ya. Bisanya cuman buat nyaman sementara terus pergi. Ninggalin luka untuk selamanya!"

Pertahanan Belvina runtuh. Gadis itu sudah tidak sanggup menahan rasa sakit yang ia rasakan. Setiap mengingat Tuhan, hatinya kembali terasa di remas. Dan kini, Daniel telah mengaku akan bertunangan dengan gadis lain, hal itu mampu membuat hatinya hancur berantakan.

Rasanya Daniel ingin berlari lalu mendekap Belvina tetapi ia tidak bisa. Cowok tolol itu hanya berdiri dengan perasaan bersalah.

"Bodoh ya kita. Udah tau ujung-ujungnnya adalah perpisahan, masih aja terus bertahan. Tuhan aja yang notabene--nya pemilik Dunia gak merestui hubungan kita, terus buat apa di lanjutin?" tanya Belvina.

"Bahkan, sebentar lagi kamu bakal bahagia sama orang lain. Jadi lebih baik kalau kita berakhir kan?"

Daniel menggeleng pelan. "Gak! Kamu gak bakal pergi dari hidup aku!"

"YA TERUS GIMANA? AKU HARUS TERUS BERTAHAN SAMA KAMU DAN LUKA HATI AKU JUGA TERUS BERTAMBAH?!" Teriak Belvina. Air matanya sedari tadi sudah mengalir dengan deras.

"Kamu tenang aja. Aku gak bakal lakuin apapun sama calon tunangan kamu. Aku gak bakal nyentuh dia. Aku gak bakal apa-apain dia,"

"Kali ini, aku benar-benar akan pergi. Percuma kalau kita terus bertahan. Takdir kita hanya untuk dipertemukan. Bukan untuk disatukan." Suara Belvina bergetar.

Kenapa semesta begitu jahat kepada keduanya? Kenapa semesta tidak ingin jika dua insan yang saling mencintai ini hidup bersama? Kenapa semesta senang sekali membuat mereka menderita?

BEDA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang