Bagian 7

13.5K 1.7K 175
                                    

Kadang memang hati tidak ingin selaras dengan perasaan. Dan itu yang timbul jadi luka

Akibat insiden tak terduga yang terjadi di kantin beberapa menit yang lalu kini, Belvina dan Shaaren berada di dalam ruang BK. Di hadapan mereka, sudah ada guru dengan sanggul besar di kepalanya. Guru itu adalah Bu Tika. Guru BK di SMA Andelson.

"Tumben gak jambak-jambakan," celetuk Bu Tika mengingat jika ada siswi yang berantam pasti penampilannya akan sebelas dua belas dengan mak lampir kalau masuk ke BK.

"Takut palanya dia jadi botak, Bu," ujar Belvina enteng. Gadis itu sangat sibuk dengan kukunya.

Mata Shaaren terbelalak. Ia menoleh ke arah Belvina dan menatap gadis itu tak suka.

"Lo pikit rambut gue rontok? Atau gue pake rambut palsu yang sekali tarikan copot?!" teriak Shaaren emosi.

"Asal lo tau ya! Gue tuk kalau mandi pake shampo mahal! Gak kayak rambut lo tuh, lecek, banyak kutunya!" lanjut Shaaren.

Bu Tika masih menyimak. Wanita bersanggul besar itu menumpu dagunya dengan kedua tangan di atas meja. Memperhatikan kedua muridnya yang sudah kelewat kurang ajar.

Belvina mendekatkan tubuhnya ke arah Shaaren lalu berbisik tepat di telinga gadis itu.

"Oh iya lupa gue. Kan rambutnya sugar baby itu harus bersih dan terawat. Gak lucu misalnya kalau udah di usap sama duda kaya eh, ada kutu yang nyantol di tangannya." Belvina cekikikan sendiri saat menyelesaikan kalimatnya.

Tangan Shaaren dengan cepat terangkat dan menarik keras rambut Belvina. Tentu, Belvina tidak tinggal diam. Ia membalas jambakan itu.

Hebat sekali dua anak ini. Berantam di dalam BK, dan depan guru BK. Patut di acungi jempol!

"Stop!"

Bu Tika sudah lelah. Ia menatap kedua murid yang ada di depannya tajam.

"Loh, tadi kan Ibu bilang tumben gak jambak-jambakan? Sekarang udah jambak-jambakan kok malah disuruh berhenti sih!" ujar Belvina polos membuat Bu Tika mengerang tertahan. "Emang ya, maunya cewek itu lebih sulit dari pada soal matematika! Susah banget dingertiin! Serba salah!" lanjut gadis itu dengan nada yang sedikit kesal.

"Bu! Mending hukum saya sekarang. Gak kuat Bu, satu ruangan sama orang yang gak punya otak!" seru Shaaren di tempatnya.

"Lo yang gak punya otak, Bangsat!" Belvina masih membalas.

Ini cewek satu bar-bar sekali. Masa ngumpat di depan guru.

"Sudah cukup! Jangan bicara lagi atau saya suruh terjun dari lantai empat!" ancam Bu Tika. Kedua manusia laknat itu diam. Mereka masih sayang nyawa. Dan yang paling penting belum nikah.

"Hukuman kalian adalah, untuk Belvina lari di lapangan sebanyak dua puluh putaran, dan Shaaren, bersihkan toilet wanita," perintah Bu Tika yang sama sekali tidak boleh di bantah oleh siapa saja.

Mereka berdua berpamitan lalu keluar dari ruangan yang sangat menyeramkan bagi seluruh siswa. Belvina kembali berteriak kencang saat Shaaren sengaja menabrak bahunya.

"Eh cewek buta! Lo tuh ya minta gue santet!"

Belvina mengatur napasnya sebelum melanjutkan perjalanan ke kelas. Ralat, lapangan untuk melaksanakan hukumannya.

BEDA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang