Bagian 34

7.6K 1.1K 214
                                    

Jika waktu ini bisa diulang, aku ingin hanya mengenal kamu, tidak dengan perasaan ini.

⚠⚠⚠

Malam ini bulan begitu indah. Tetapi sayang, tidak ada ribuan bintang yang menemani. Bulan itu hanya sendiri. Menguasai langit malam yang gelap. Dia kesepian, dia butuh teman.

Seperti halnya Belvina. Dari balkon kamarnya ia dapat melihat keindahan serta kesepian di atas sana. Ia juga merasa hal demikian. Kesepian tanpa ada siapapun. Penghuni rumahnya telah kembali ke sang pencipta, menyisahkan dirinya yang masih berusaha untuk mengikhlaskan.

Akhir-akhir ini ia terus merasa lelah. Banyak masalah yang menimpa. Meskipun juga banyak orang yang membantunya untuk keluar dari masalah-masalah itu, hatinya tetapi tidak tenang. Ia tetap akan merasa gelisah sebelum semuanya kembali seperti awal.

Awal, di mana ia belum pernah mengenal cinta selain ayahnya. Sebelum cinta untuk ayahnya terbagi. Hanya ada cinta untuk keluarga, tidak untuk orang asing di luar sana.

Rindu itu selamanya akan ada. Tidak akan pernah bisa hilang, karena kenangan yang akan terus terngiang menjadi penghalang untuk melupakan. Namun Belvina tetap tahan. Karena ia yakin, suatu saat rindu itu akan terobati. Rindu itu akan lepas jika Tuhan juga memanggilnya.

Tangan mungil milik Belvina meraih gitar yang sengaja ia sandarkan di tembok. Pada saat di Malaysia, gadis itu pernah diajari bermain gitar oleh kakeknya. Itulah sebabnya, gadis berambut sepunggung itu mahir memainkan alat musik petik tersebut.

Aku tlah tau kita memang tak mungkin
Tapi mengapa kita selalu bertemu
Aku tlah tau hati ini harus menghindar
Namun kenyataan ku tak bisa
Maafkan aku, terlanjur mencinta

Gadis itu harus menjeda acara menyanyinya saat suara dering ponsel berhasil mengalihkan atensinya. Di sana tercetak jelas nama pasangan beda agamanya.

Wajah tengil milik Daniel kini memenuhi layar ponsel Belvina.

"Malem-malem nelfon ada apa? Kangen? Bukannya tadi siang abis ketemu ya?" Belvina langsung menyerang Daniel dengan beberapa pertanyaan. Sedangkan di sana, Daniel menggaruk tengkuknya yang tak gatal lalu bangun dari tidurnya. Iya, posisi awal Daniel itu rebahan.

"Astagfurullah Daniel! Bajunya kenapa gak dipake dulu baru nelfon!"

Di seberang sana Daniel hanya tertawa kecil. Tubuh atletis milik cowok itu sangat menggoda di mata Belvina. Lengan kekar yang berotot serta perut sixpack--nya sangat menggoda iman Belvina.

'"Aku ke situ ya,"

"Gak usah. Ini udah jam sebelas malam loh. Mending besok aja."

"Ya udah. Terus kamu ngapain di situ sendiri? Sana bobo. Udah malem!"

Suara Daniel yang meninggi membuat Belvina terkekeh pelan. Harus kalian ketahui, pandangan mata Belvina terus terpaku pada leher Daniel. Di mana, ada kalung salib yang menggantung indah di sana.

"Ini udah mau tidur. Kamu juga tidur ya. Good night"

Belvina memutuskan sambungan sepihak. Air matanya langsung mengucur tiba-tiba.

"Andai waktu bisa diulang. Aku lebih milih gak pernah kenal sama kamu, ketimbang harus terjebak dalam situasi kayak gini, Daniel."

BEDA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang