Bagian 33

9.1K 1.3K 961
                                    

Ingat ya, mereka itu cuman fiksi. Tugasmu hanya mengamati dan mengagumi. Bukan untuk mencintai karena mustahil untuk dimiliki.

-- Belvina.

Hay korban agama! Gimana rasanya hanya dipertemukan tapi tidak untuk disatukan? ENAK GA?!
-- Vio Cangtip!

Virtual ya? Kok bisa bisanya sih, kalian jatuh cinta sama ketikan dan pesan suara?
-- Aunty Sy:)

⚠⚠⚠

Hari ini Belvina sudah diizinkan pulang. Gadis itu bernafas lega karena ia akan ketemu lagi dengan rumahnya. Rumah yang meninggalkan sejuta kenangan, antara ia dan keluarganya.

Retinanya sedari tadi tidak lepas dari sosok tampan yang ada di hadapannya. Cowok yang berhasil membuatnya jatuh terlalu dalam di jurang yang salah.

Daniel saat ini membantu Belvina untuk mengemasi barang-barangnya. Sedari tadi merasa diperhatikan kini ia menoleh ke arah Belvina. Mereka kini beradu pandang. Salah satu alis tebal milik cowok itu terangkat kala melihat Belvina yang menatapnya sembari senyum-senyum sendiri.

"Kenapa?" tanya Daniel lalu mendekat ke Belvina.

Belvina tersenyum kecil. "Lagi asik liatin babuku."

Daniel merubah raut wajahnya jadi datar. Ia duduk di kursi yang ada du samping brankar Belvina.

"Babumu atau gantengmu?"

"Kalo bisa dua, kenapa harus satu?" Belvina cekikikan. Ia mengusap rambut Daniel lembut. "Kamu kok malah ke sini? Gak sekolah?"

"Kan hari ini hari Jum'at. Jadi kalo jam segini pada Jumatan dulu," jawab Daniel. Cowok itu sibuk mengancing tas milik Belvina.

Belvina manggut-manggut. Cewek itu mencepol asal rambutnya yang tadi sengaja ia gerai. "Kamu, gak jumatan?"

Tiga kata itu membuat pergerakan Daniel terhenti. Sedangkan Belvina, cewek itu hanya diam saat menyadari ada yang salah dari pertanyaannya barusan.

"Maaf. Aku, lupa," ujar Belvina lirih. Gadis itu menundukkan kepala saat Daniel menoleh ke arahnya. Ia merutuki dirinya habis-habisan yang lupa kalau ternyata mereka beda Tuhan. Hanya seperti ini, hatinya sudah sakit.

Daniel terkekeh pelan. Ia menepuk puncak kepala Belvina lalu mengangkat dagu milik gadis itu. "Udah, gapapa kok," ujar Daniel sambil tersenyum lembut. Tangannya beralih menggenggam tangan Belvina dan mengusapnya lembut. "Kamu belum makan kan? Mau makan apa, hm?"

Belvina menggeleng. "Aku gak lapar kok. Mending kamu balik ke sekolah aja. Bentar lagi masuk tuh," ucapnya sambil menunjuk jam dinding menggunakan dagu.

Daniel mengangguk. Ia bangkit dari tempatnya lalu memasang jaketnya yang ada di sofa dalam ruangan itu.

"Kamu jangan pulang sebelum aku jemput ya." Daniel mengecup kening Belvina.

"Assalamualaikum. Hati-hati ya Daniel, jangan ngebut," Peringat Belvina.

Daniel tertawa kecil "Syalom. Iya sayang."

Belvina terus menatap sendu punggung tegap itu. Bibirnya membentuk senyum miris.

"Kenapa mencintaimu sesakit ini?"

BEDA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang