Bagian 37

7.4K 1.2K 214
                                    

Sebelum baca cerita ini, ku sarankan baca note ini dulu yakk:))

Buat kalian yang lagi ada di fase titik terendah, jangan pernah ngerasa mau ambil jalan pintas menuju akhirat ya. Jangan pernah menyerah dan ngerasa gagal. Istirahatlah sebentar. Pulihkan tenagamu, setelah itu lanjutkan langkahmu. Ayo ... kita cari kebahagiaan itu sama-sama. Karena, bahagia gak bakal datang sendiri. Harus kita yang cari.

Usaha dan doa itu kuncinya. Sekalian, jangan pernah dengar omongan jelek orang lain tentangmu. Ingat, mereka bukan penentu masa depan. Yang nentuin masa depan itu dirimu sendiri. Selagi kamu ngerasa apa yang kamu lakukan benar dan gak ngerugiin orang lain aps salahnya. Lakukan yang terbaik versi dirimu sendiri. Buktikan pada dunia kalau kita juga bisa. Dan intinya, kamu gak sendiri. Ada Tuhan yang selalu menemani.

Makasih yg udah baca. Gatau pengen aja gitu nulis kata-kata ini hehe. Semoga bermanfaat<3


#blm revisi

Ingat, dibalik semua deritamu ada rencana indah yang Tuhan sudah siapkan untukmu!

AMungkin kalian pikir, Belvina yang paling tersiksa dan Daniel adalah cowok bego. Tetapi pikiran kalian itu salah. Justru, Daniel lah yang paling tersiksa. Kenapa? Karena ia harus terus dijadikan boneka oleh ayahnya dan Shaaren. Daniel harus melakukan semua apa yang dua orang itu suruh, jika tidak maka nyawa Belvina lah yang menjadi taruhannya. Ibaratnya, jika Daniel menyakiti Belvina dengan kata tunangan, maka disitu juga Daniel melindungi Belvina dari kelicikan Shaaren dan ayahnya.

Daniel juga merasa tertekan. Daniel juga merasa sakit. Cowok itu juga terluka ada diposisi ini. Hatinya juga sakit melihat Belvina menitihkan air mata karenanya.

Bagaimana pun, Daniel juga masih sangat menyayangi Belvina. Ia juga tidak ingin kehilangan gadis itu. Akan tetapi, mau tidak mau ia harus melakukan itu semua. Demi keselamatan Belvina.

"Mencintai kamu itu, mengenalkanku indahnya sekaligus pahitnya cinta, Bel. Kalau aja mereka gak terus-menerus ngancem aku bakal bunuh kamu, mungkin aku akan memutuskan untuk pindah keyakinan dan hidup sama kamu. Tapi aku gak mau aku gak mau kamu jadi korban kejahatan mereka. Maka dari itu, aku milih bertahan diposisi ini walaupun menyakitkan." Daniel mengusap wajahnya gusar. Ia ingin keluar dari masalah ini tetapi ia bingung caranya gimana. Ia terlalu takut untuk melakukan hal nekat. Karena resikonya juga besar.

Suara pintu terbuka membuyarkan lamunan cowok itu. Ia menghapus air matanya lalu menoleh ke arah orang yang baru saja masuk ke dalam kamarnya.

"Pertunangan kamu sama Shaaren dibatalkan," ujar Mark yang mampu membuat Daniel langsung menatapnya.

Dibatalkan? Rasanya mustahil. Tetapi Daniel harus bersyukur kan?

Daniel masih tak sepenuhnya mempercayai perkataan ayahnya. Firasatnya buruk. Ia malah meyakini akan ada hal yang mampu membuat ia lebih terkejut lagi daripada ini. Seperti ....

"Tetapi kalian akan langsung menikah!"

Nah kan!

Sudah Daniel duga. Kedua mata cowok itu membola. Kedua tangannya terkepal kuat serta napas yang memburu akibat menahan emosi yang memuncak. Namun mengingat Mark adalah ayahnya, ia masih menahan diri untuk tetap bersikap tenang.

"Kalau misal papa ngomong kayak gini sama Daniel papa mikir gak sih? Papa mikir gak tentang perasaan Daniel? Misal, anak gue senang gak ya gue giniin, anak gue bahagia gak ya, atau justru malah anak gue tersiksa. Papa mikir gak?" Daniel menatap ayahnya sendu.

BEDA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang