Bagian 19

9.8K 1.3K 171
                                    

Hati ini telah menentukan sebuah keputusan. Bahwa, mulai sekarang aku dan kamu akan terikat dalam sebuah hubungan. Yang mungkin, tetap akan berakhir dengan perpisahan, bukan kebersamaan.

<><><>

Hari ini adalah hari Senin. Itu artinya, semua siswa harus berjemur diri di lapangan untuk menghormati para pahlawan yang sudah memperjuangkan hak Bangsa dan Negara kita.

Belvina kali ini berbaris di barisan paling depan. Hal yang sangat langka. Biasanya, gadis ini akan berbaris di barisan paling belakang. Hanya karena Daniel yang menjadi pemimpin upacara kali ini, jadi ia rela panas-panasan baris di depan demi bisa lihat pangeran tampannya.

Ia menatap seluruh peserta upacara. Tanpa sadar, tatapan matanya bertabrakan dengan tatapan mata milik Shaaren. Ternyata, gadis itu juga berbaris di barisan paling depan. Namun, hal yang membuat Belvina heran adalah, kenapa saat mereka saling pandang, Shaaren tersenyum hangat kepadanya?

Belvina hanya mengangkat bahunya acuh. Ia tidak peduli dengan itu semua. Tidak penting juga. Ia kembali menatap Daniel yang sedang memberi laporan kepada pembina upacara. Laporan yang menandakan bahwa, upacara telah selesai dilaksanakan.

"Kenapa upacara hari ini singkat banget sih!" gerutu Belvina saat upacara sudah selesai dan barisan sudah dibubarkan.

"Singkat-singkat! Ini tuh hampir dua jam tau gak!" Tiba-tiba Vio datang dan mengomeli Belvina. "Upacara hampir dua jam dibilang singkat! Itu lama tau, mana ngebosanin lagi. Yang jadi pembina suaranya masya allah, suaranya kecil banget! Kagak kedengaran!"

"Kalo di depan mata ada pangeran mah, kagak bosan tau Vi," ujar Belvina. Mereka kini sudah ada di koridor, menuju ke kelas.

"Udah deh Bel, berhenti ngehalu! Emang lo itu anggap Daniel pangeran lo. Tapi dia itu cuman anggap lo rakyat kecil yang enggak di anggap," kata Vio mengingatkan.

"Mending gue, ngehaluin yang nyata. Daripada lo, haluin yang kagak nyata, cuman virtual!" Sembur Belvina kesal. Ia berjalan mendahului Vio.

Ia kesal dengan Vio. Emang salah kalau Belvina haluin Daniel? Kali aja halunya benar-benar kejadian. Kan betapa Masya Allah, Subhanallah nya hidup Belvina.

Gadis itu berjalan menuju kelas lalu kantin. Guna untuk membeli sebotol air minum buat Daniel. Sedangkan Vio? Ia sudah tertidur pulas di dalam kelas. Katanya ngantuk gara-gara habis maraton baca Wattpad tadi malam, dan berujung nangis gara-gara tulisan Sebagian part dihapus untuk kepentingan penerbitan masalahnya tuh, part sebelumnya gantung banget. Eh udah penasaran sampe ubun-ubun sebagian partnya malah di hapus. Siapa yang enggak kesal coba. Suara hatiku:V

"Nih," ujar Belvina sambil menyodorkan sebuah kotak bekal dan sebotol air ke arah Daniel. Kebetulan sekali, ia melihat cowok itu di dalam kantin.

Daniel hanya meliriknya, tapi tidak mengambilnya. Hatinya bimbang, antara menerima atau menolaknya. Keputusannya untuk membuka hati kepada Belvina masih ia pertimbangkan. Ia tidak ingin salah langkah dalam memilih. Karena, itu bisa mempengaruhi apa yang akan terjadi kedepannya.

"Ga minat," ucap Daniel, cuek. Hal itu mampu membuat ekspresi Belvina berubah menjadi murung.

Daniel dapat menyadari hal itu. Kini, rasa bersalah terbesit dalam benaknya. Tau-tau, tangannya agak sedikit terangkat untuk mengambil pemberian Belvina. Namun, ia urungkan kembali. Ia memutuskan untuk pergi dari sana. Ia tidak sanggup melihat wajah Belvina terlalu lama.

BEDA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang