Bagian 40

11.3K 1.3K 176
                                    

#blm revisi

Secepat inikah semuanya berakhir?
Aku harap tidak. Akan tetapi, inilah yang terjadi.


Belvina tersenyum ke arah cermin. Ia menatap pantulan dirinya dengan puas. Drees putih dan pita hitam yang melingkar di pinggangnya. Rambut yang di curly sengaja digerai serta make up tipis yang menempel di wajahnya membuat Belvina sangat cantik hari ini.

Ia akan menghadiri acara perpisahan kelas dua belas di SMA Andelson. Bukan hanya kelas dua belas yang akan berpisah, tetapi ini juga merupakan hari perpisahan Belvina bersama dengan teman-temannya. Besok, adalah hari keberangkatannya ke Malaysia.

Gadis itu segera beranjak dari posisinya saat menyadari acara akan dimulai beberapa menit lagi. Ia tidak ingin ketinggalan satu acara pun. Apalagi Belvina juga menjadi salah satu pengisi acara jadi, ia harus tiba di sekolah sebelum acara dimulai.

Tidak cukup setengah jam, Belvina sudah sampai di sekolah. Dengan tergesa, gadis itu berjalan menuju ke ruang utama. Mengurus segala kesiapannya agar penampilannya nanti sempurna.

Bruk!

Belvina tidak sengaja menabrak seseorang. Ia langsung mengecek keadaan orang yang ia tabrak. Alangkah terkejutnya ia, saat tau siapa orang itu.

"Kamu, enggak apa-apa, kan?" Laki-laki itu yang ditabrak, tetapi ia yang malah menanyakan keadaan. Sekhawatir itukah?

Belvina menggeleng pelan. Ia menatap laki-laki itu dalam. Dia, Daniel tersenyum kecil lalu mengacak pelan pucuk kepala milik Belvina.

"Lain kali, kalau jalan hati-hati ya, cantik," ujar Daniel seraya terkekeh pelan. Cowok itu menelisik setiap lekuk tubuh Belvina dari atas sampai bawah. Cantik sekali maha karya Tuhan yang satu ini.

Belvina yang ditatap seperti itu oleh Daniel merasa risih sekaligus deg-degan. Ia tidak ingin terus ada di situasi seperti ini. Namun, pada saat kakinya ingin melangkah pergi, Daniel lebih dulu mencekal tangannya.

"Kita ke rooftop dulu, ya. Aku mau ngomong sesuatu sama kamu," Daniel langsung menarik tangan Belvina tanpa mendengar jawaban dari gadis itu.

Belvina pasrah. Mau tidak mau, ia harus ikut dengan Daniel.

****
"Besok kamu mau ke Malaysia, ya?" tanya Daniel saat mereka sudah ada di atas rooftop.

Belvina melirik Daniel dari samping. Darimana cowok ini bisa tahu? Belvina belum bilang apa-apa padahal kepada Daniel. Gadis itu hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Gara-gara aku, ya?" Daniel kembali bertanya.

Belvina menghela napas. "Salah satunya," jawab gadis itu.

Daniel tersenyum miris. Disaat hubungan mereka kembali membaik, kenapa Belvina justru memilih pergi?

"Aku pergi karena aku ngaku kalah. Aku enggak bisa lanjutin ini semua," ujar Belvina. Suara gadis itu mengecil.

"Seniat ini kamu mau lupain aku? Sampai-sampai harus ke Malaysia?"

Belvina mengangguk. "Iya. Di sini kenangan indah kita terlalu banyak. Dan itu semua akan terus teringat di kepala aku. Aku gak bisa lupain kamu kalau di sini terus. Makanya, aku milih pergi dari negara ini."

Daniel tersenyum. Iya. Kenangan mereka di sini terlalu banyak. Akan susah jika harus melupakannya. Daniel juga sadar, mereka tidak akan bisa sama-sama, mengingat iman yang berbeda.

"Yaudah. Mungkin yang terbaik memang ini. Aku juga bakal berusaha buat lupain kamu. Walaupun rasanya mustahil, tapi aku bakal tetap coba." Daniel menghadap ke arah Belvina. Ia meraih tangan mungil milik gadis itu.

BEDA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang