èr shí yī

166 43 2
                                    

Sudah dua hari Anin mengurung dirinya dirumah, dan sudah dua hari juga Fenly selalu menemani dan memenuhi kebutuhan Anin. Anin semakin dibuat perasaannya oleh kakak kelasnya ini.

Tadi, selepas maghrib. Fenly mengajak Anin menonton film di ruang bawah, dan sekarang waktunya beristirahat, Anin telah kembali ke kamarnya.

"gue gabisa lama-lama disini ya Tuhan" gumam Anin sambil menenggelamkan wajahnya dibawah selimut.

"gue harus telfon mama!" katanya dengan cepat membuka selimut dan mencari ponselnya

Anin mencari ponselnya di meja belajar, di atas nakas, dan di sofa kamar tidak ada. Ia mengingat ingat, dimana terakhir kali menaruh ponselnya.

"OH IYA DI SOFA BAWAH!" sahutnya monolog. dengan gerakan cepat namun agak perlahan karena benturan dikaki masih terasa sakit, Anin berlari kecil kelantai bawah untuk mengambil ponselnya yang tertinggal.

namun saat Anin ingin menuruni anak tangga, sudah ada fenly di tengah-tengah anak tangga.

"Anin, mau kemana?" kata Fenly yang masih melanjutkan langkahnya sedangkan Anin sudah berhenti langkahnya.

"ini handphone kamu ketinggalan" kini Fenly sudah berada dihadapan Anin dan memberi ponsel itu kepada Anin

"makasih ya kak" kata Anin

"sama sama nin" balas Fenly

"tadi ada yang telfon, terus gue angkat. nomer ngga di kenal gitu" kata Fenly saat ia tadi menemukan ponsel Anin yang berdering di sofa

Anin langsung mengecek siapa nomer itu

"dia ngancem lo untuk jauhin gue" kata Fenly tiba tiba

Anin yang mendengar kata itu langsung menatap Fenly dan tertunduk lalu terdiam.

"Nin" kata Fenly

"sejak kapan lo ditelfon kayak gitu?"

"pesan-pesannya juga banyak" lanjut Fenly dengan sedikit kesal. bukan, bukan kesal terhadap Anin tetapi terhadap pelaku yang akhir-akhir ini membuat Anin risih.

"ud- udah lama kak" jawab Anin terbata-bata yang masih tertunduk

"Nin, kenapa lo ga kasih tau gue?"

Anin ingin menjawab tapi gugup untuk mengatakannya. dia takut dan sedikit menganggap tidak penting masalah ini, toh dia juga tidak dekat dengan kakak kelasnya

"Nin, jawab" kata Fenly dengan nada dinginnya

"a- aku gamau bikin kakak kepikiran, ini semua salah aku" kini Anin membuka suara

"ini bukan salah lo Nin, ini semua bukan salah siapa siapa!" teriak Fenly yang sudah mulai membara amarahnya. Anin hanya bisa tertunduk takut dengan perilaku Fenly

"gue akan cari tau, siapa yang udah teror Lo" lanjut Fenly yang setelah itu pergi turun dari hadapan Anin

Anin masih terdiam diujung tangga. kalau saja Anin dan Lisa sudah mengetahui terlebih dahulu siapa pelakunya, mungkin sekarang sudah tidak ada lagi panggilan masuk yang bermaksud untuk mengancam Anin dan tanpa Fenly tahu, masalah semua sudah selesai. tapi apa boleh buat usaha yang dilakukan belum berbuah hasil.

hai gais aku update lagi

jangan lupa vote and comment




gantung • fcTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang