èr shí bā

180 47 3
                                    

"gue gatau, hati gue terlalu kepedean" Anin tak kuasa menahan lagi, mungkin Fenly akan tau perasaanya sekarang.

"maksudnya Nin?" Fenly tak mengerti apa maksud dari ucapan Anin

"perhatian lo bikin hati gue kepedean kak"

"lo udah bikin hati gue ga mati rasa lagi karena sebelumnya" kata Anin yang sedikit menitihkan air mata. dulu memang Anin pernah mati rasa karena lelaki yang ia sangat cintai, namun lelaki itu pergi jauh dan memilih yang lain untuk menetap di hati sang lelaki itu, yang membuat Anin susah menerima lagi dan saat Anin kagum kepada Gilang pun, mungkin hanya nafsu sesaat.

"ajakan lo pertama kali buat ketemuan dan akhirnya malah gajadi udah cukup buat gue sakit hati kak" katanya saat pikirannya tiba-tiba teringat saat pertama kali Fenly memberi pesan kepadanya.

Fenly hanya dapat mematung dihadapan Anin

"ajakan lo kedufan cuma berdua, perhatian lo saat gue kecelakaan kemarin. lo baik kak, baik banget saat itu" air mata Anin kini menetes dengan derasnya

"tapi sekarang" Anin berhenti sejenak, sesenggukan nya tak dapat diatur

"lo jahat kak! lo ga peduli perasaan yang ada bahkan tulus buat lo!" teriak Anin dengan tangisan yang mengiringinya, Anin sekarang capek sekali dengan urusan hati.

Fenly menggenggam tangan Anin lagi "Nin, maksud gue ngga gitu"

Anin melepas genggaman tangan Fenly dan mengusap air matanya

"untung mama gue datang dan langsung jemput gue kak, gue ngga mau bikin harapan gue semakin bertumbuh lagi kedepannya dengan kepastian yang ngga tau kapan itu datangnya, bahkan ga akan pernah ada kepastian"

"maaf kak, hati gue terlalu pede. gue pamit makasih untuk perhatian lo selama ini" ucap Anin sambil menetralkan sesenggukan nya.

"Nin" Kini Fenly menggenggam tangan Anin dengan kedua tangannya.

"bukan gamau ngasih kepastian, hati gue belum siap" kata Fenly yang membuat hati Anin semakin tertusuk benda tajam.

Anin tak ingin memperpanjang pembicaraan ini, ia cepat-cepat jalan menuju mamanya yang ada diruang tamu bersama Tante Feny juga.

ia cepat-cepat menghapus air matanya yang masih ada, agar kelihatan sedang tidak menangis saat di depan mamanya dan Tante Feny

"Tan" kata Anin sembari senyum kepada Feny.

Fenly hanya mengikuti Anin dari belakang, tanpa ingin memanggilnya lagi.

"Mah, ayo!" ujar Anin dengan agak risih

"Oh iya Anin, Makasih loh ya Fen. Anak gue udah dijagain sama lo" kata mama Anin kepada Tante Feny.

"Iya sama-sama jeng, Anin kalau mau naik kesini, main aja ngga apa-apa" balas Tante Feny

"ga akan gue main kesini" batin Anin dengan tatapan sinis ke Fenly yang ada disamping Feny

"Yaudah gue pulang dulu ya jeng, mari..." ujar mama Anin sekali lagi dengan ramah.

Sekarang Anin dan mamanya sedang menuju pulang kerumah, Anin sudah rindu sekali dengan hawa kamarnya tentunya pada suasana rumahnya.

"Nin" panggil Mama

"Kenapa ma?" Anin yang tadinya fokus dengan ponsel, kini menoleh ke mamahnya yang sedang menyetir mobil.

"Tadi mama denger ada teriak-teriak sama suara nangis" kata Mama yang tatapannya heran

Anin yang mendapat kalimat seperti itu merasa tak ingin menjawab siapa pelakunya.

"Itu kamu kan Nin?" tanya mama

"e- e- hm iya itu aku" kata Anin yang akhirnya mengaku

"kamu kenapa? berantem sama anaknya temen mama?" tanya mama dengan nada kepo

"gapapa ma" jawab Anin pasrah

"cerita dong nak, gimana selama kamu dirumah temen mama" kata Mama, karena ia khawatir kenapa anaknya tadi teriak-teriak dan menangis saat dirumah Fenly tadi.

"nanti aja deh ma, ga mood" balas Anin dan langsung fokus pada ponselnya.

"nanti dirumah cerita ya, mama mau tau" kata mama dan ditangguhkan oleh Anin




hai hai

jangan lupa votement!!!

gantung • fcTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang