"Kamu tahu ini saya?"
Haechan mengangguk santai, mendengus penuh ejek melihat kedua mata Mark yang melotot shock. "Saya bukan anak TK yang gampang dibohongin"
"Lagian.. Suara, mata sampe muka Saem saya tahu walau ketutup masker"
Mark mendecak lalu membuka masker dan topinya, memperlihatkan wajah rupawan yang gagal ia tutupi. "Harusnya tadi pake topeng aja" Gumamnya membuat Haechan terkekeh.
"Saem udah mentok banget ya sampe nyulik saya?"
"Iya" Angguk Mark dengan senyum miris, mengasihi nasib diri sendiri. "Saya udah engga tahu mesti ngapain lagi? Jadi.. Maaf ya, udah nyeret kamu dalam masalah saya" Pria itu menghela napas lalu menatap kedua mata Haechan dalam. "Dan maaf, saya engga bisa bebasin kamu sekarang. Saya bener-bener butuh uangnya"
Haechan terdiam, bingung harus jawab apa. Disatu sisi dia kesel gurunya ini seenaknya aja nyulik dia cuma buat ngelunasin utang, tapi disisi lain dia kasihan. Arrghh! Haechan bingung!
"Tapi, ngapain tadi kamu malah minta 5 milyar! Saya kan butuhnya cuma 50 juta" Sungut Mark mengingat ulah Haechan dan langsung dibalas dengan rotasi mata jengah si remaja tan.
"Saem! Masa saya cuma setara 50 juta! Yang bener aja! Saem pikir saya apaan! 50 juta tuh menyakiti harga diri saya sebagai anak orang kaya Saem!" Balas Haechan jengkel dengan dengusan sinisnya. "Bapak ibu saya tuh orang kaya, 5 milyar mah kecil buat mereka"
"Sombong banget kamu" Sinis Mark membuat remaja itu mendengus angkuh. "Harus! Biar engga diremehin orang" Jawab Haechan sengak.
"Ya tapi kan saya cuma butuhnya 50 juta! 5 milyar itu kebanyakan, buat apa saya!" Astaga Mark pusing!
"Ya pake aja buat foya-foya" Jawab Haechan asal bikin darah Mark naik.
"Yak, kamu yang diculik kenapa kamu yang ngatur!"
"Lah, Saem sendiri nyulik malah nawarin minum!"
"Arrgishh" Mark mengerang frustasi, astaga ini kenapa ngeladenin Haechan sama nyebelinnya kayak ngeladenin ibunya sendiri. Bikin Mark pengen bunuh diri!
Dan Haechan hanya menjulurkan lidahnya penuh ejek, meledek kekalahan Mark dalam berargumen. Astaga, ternyata gurunya secupu ini.
Haechan merunduk sembari berdehem kecil kala tenggorokannya terasa serak, dia kayaknya kebanyakan nyolot jadi gini. Matanya terpaku pada botol mineral yang tumpah dibawah kakinya dan menelan ludah. Sial dia haus.
"Mark saem" Panggilnya dan kembali mendongak, melihat Mark yang bingung karena panggilannya. "Hm? Kenapa?"
"Itu..." Haechan kembali berdehem dan mengedarkan pandangannya, terlalu malu untuk melihat Mark secara langsung. "...Saya haus" Cicitnya cepat menahan malu.
"Hah? Apaan? Kamu ngomong yang jelas" Haechan mendecak sebal dan melirik sinis wajah tampan Mark. "Saya haus!" Serunya kesal dengan wajah memerah.
"Pfftt- hahaha" Mark tertawa dan tawanya makin mengeras melihat wajah memerah Haechan yang terlihat begitu abstrak karena menahan malu. Anak ini punya malu juga ternyata.
"Jangan ketawa!" Sungut Haechan sebal, dia kehausan malah diketawain! Apa-apaan guru ganteng ini!
"Ya habis, kamu tadi yang protes saya tawarin minum sekarang malah kamu-nya yang minta minum" Ejek Mark masih tertawa geli.
Haechan mengerang kesal melihat wajah meledek Mark dan menghembuskan napas kasar. "Ya gimana Saya-nya hauss!" Rengek Haechan sebal dan entah kenapa terdengar 'sedikit' menggemaskan ditelinga Mark.
KAMU SEDANG MEMBACA
DI CULIK? | MarkHyuck☑
FanfictionBerawal dari sang Ibunda yang meminjam uang ke beberapa aplikasi peminjaman online dengan identitasnya, membuat Mark seketika ingin mati melihat jumlah fantastis yang harus ia bayar belum lagi dengan bunga yang sudah menumpuk tinggi. Nekat, pemuda i...