"Ma-Mark saem?"Detak jantung Haechan terasa berhenti. Sosok didepannya itu benar-benar Mark, orang yang dia tangisi berhari-hari. Sedangkan sangat guru tersenyum, senyum lebar melihat wajah tak percaya Haechan.
"Iya, ini saya. Mark"
"Ke-kenapa Mark saem bisa ada disini?"
"Karena saya punya hadiah buat kamu" Jawabnya sambil menggoyang-goyang si amplop coklat ditangan.
"Ini, khusus buat kamu"
Haechan ambil amplop dari tangan Mark, memandangnya antusias dengan senyum yang perlahan merekah lebar. Di bukanya sang amplop dengan jantung yang berdebar.
"Apa ini saem, sertifikat tanah?" Tebaknya dengan sorot mata bling-bling kala terlihat isinya ada beberapa kertas. Dengan pekikan senang, Haechan tarik kertas putih itu dan senyumnya langsung hilang seketika.
"Contoh soal remedial, jaga-jaga kalo ujian kamu nanti gagal" Celetuk Mark dengan begitu polosnya.
Si bocah mendengus, mendelik jengkel pada wajah tampan sang guru dan langsung dia banting amplop coklat sialan itu. Bisa-bisanya Mark masih nyuruh dia belajar ditengah situasi kayak gini!
"Saya engga butuh Mark saem! Pulang sana! Mark saem gak guna!!" Kesal, Haechan dorong tubuh Mark kuat berkali-kali. "Pulang sana! Mark saem pulang aja sana! Saya gak mau ketemu Mark saem!!!"
Dengan keadaan tubuh yang terus terdorong mundur akibat bar-barnya Haechan, Mark tahan kedua tangan si murid hingga Haechan akhirnya berhenti.
"Oh yaudah, saya pulang" Ucapnya santai dan langsung berbalik pergi menuju tangga yang justru membuat Haechan gelagapan panik.
"AAA GAK BOLEH PULANG!"
Dengan kecepatan cahaya Haechan raih punggung sang guru dan langsung memeluknya erat dari belakang. "Engga boleh! Mark saem engga boleh pulang! Mark saem jangan pulang!!!" Geleng Haechan panik yang justru membuat Mark mendengus gemas.
"Tadi kamu nyuruh saya pulang" Gelengan kepala Haechan makin ribut, sama sekali tak membiarkan tubuh yang lebih kekar itu lepas dari pelukan mautnya.
"Engga~ engga jadi~ Mark saem jangan pulang" Rengeknya sambil terus mendusel kedalam punggung sang guru. "Mark saem disini aja, jangan pulang"
Mark lepas pelukan sang murid, dengan lembut dia tangkup wajah manis itu. "Iya saya disini" Dia tatap kedua pipi tan yang sedikit tirus itu lekat. "Liat ini, engga makan 5 hari pipi kamu jadi kempes gini"
Si bocah hanya tersenyum lebar, cengengesan didepan wajah khawatir Mark. "Saya kelaperan Mark saem, perut saya dari kemarin bunyi terus, sakit..." Adunya dengan wajah memelas yang justru membuat Mark mendengus.
"Lagian udah tahu gampang laper sok-sok an mogok makan! Sakitkan perutnya!" Geram Mark sambil menarik kedua pipi Haechan, membuat si pemilik memekik kesakitan.
"Mark saem sakit! Lagian semua orang nyebelin!" Jerit Haechan kesal dengan mata bulat sok tajamnya, yang justru terlihat sangat menggelikan bagi Mark.
Mark lepas kedua pipi tan itu, yang langsung membuat meringis sambil menggosok kedua pipinya yang nyeri. "Yaudah ayo makan, saya bawain kimbab yang banyak buat kamu"
Mark ambil bungkusan plastik yang dia letakan diatas laci sebelumnya dan langsung berjalan masuk kedalam kamar Haechan, sedangkan sang murid hanya mengikutinya dari belakang sambil menggerutu kesakitan.
....Keduanya duduk diatas karpet berbulu, menyender dengan nyaman ditepi ranjang. Mark berpaling, tersenyum kecil melihat berapa lahapnya Haechan makan kimbab pemberiannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DI CULIK? | MarkHyuck☑
Fiksi PenggemarBerawal dari sang Ibunda yang meminjam uang ke beberapa aplikasi peminjaman online dengan identitasnya, membuat Mark seketika ingin mati melihat jumlah fantastis yang harus ia bayar belum lagi dengan bunga yang sudah menumpuk tinggi. Nekat, pemuda i...