19

21K 2.9K 747
                                    

"...Saya cuma mau mati"





𝓓𝓲𝓒𝓾𝓵𝓲𝓴..






Mark mendongak, melirik sekilas wajah tertunduk Haechan yang kini terduduk diranjangnya dan menghela napas. Kini dia tengah berlutut didepan sang murid dengan sebuah kotak P3K dan dua baskom berisi air bersih.

Dengan telaten, Mark mengusap kapas yang telah ia basahi dikedua telapak kaki Haechan, membersihkan bercak darah yang bercampur debu juga kotoran karena sepertinya anak ini berjalan tanpa alas kaki dari rumahnya sampai ke sini.

Dia bilas luka di telapak kaki kanan Haechan perlahan, membersihkan sepenuhnya luka itu dari debu dan kotoran. Setelah memastikan area luka telah steril, Mark raih gel antibiotik lalu mengolesnya secara hati-hati.

"Arrkk- sshh.." Ringis Haechan kala gel lembab itu menyentuh lukanya lembut.

Mata Mark terangkat, melirik wajah meringis Haechan sejenak lalu mulai membalut luka gores itu dengan perban. Selesai dengan luka dikaki Haechan, Mark segera memasukkan kembali antibiotik dalam kotak dan mendongak, menatap lamat wajah Haechan yang juga tengah merunduk menatapnya.

"Masih sakit?" Tanyanya lembut namun Haechan hanya diam, merunduk dalam hingga wajahnya tersembunyi dalam helaian poninya dan mengangguk pelan.

"Hm.. Ma-masih sakit-" Haechan gigit bibir dalamnya, menahan detak jantungnya yang kembali berdebar sesak. Dia remat kedua tangannya erat kala air mata kembali mendesak keluar.

"Sa-sakit saem hiks" Lagi, remaja itu kembali menangis terisak dengan wajah yang merunduk dalam, berusaha keras menyembunyikan tangisnya.

"Sa-sakit.. " Tangis Haechan pecah, bahunya bergetar dan semakin keras menangis.

Melihat itu, Mark bangkit dan duduk disisi Haechan. Dia raih bahu bergetar itu lembut dan membawa tubuh Haechan dalam dekapannya. Membiarkan Haechan meluapkan semua sakitnya dalam pelukannya.

"Saem- hiks.. Rasanya sakit banget. Saya- hiks" Napasnya tertahan, bibirnya kelu kala rasa sakit itu terus menghantam dadanya tanpa ampun. "Saya engga kuat hiks- sakit.."

"Kamu kuat.. Saya tahu kamu kuat" Mark eratkan dekapannya dan menepuk-nepuk pelan punggung sempit si remaja. "Tapi buat sekarang, engga apa-apa kamu jadi lemah.. Kamu boleh jadi orang paling lemah hari ini, keluarin semuanya.. "

Tangan Mark beralih, mengelus lembut rambut Haechan dengan penuh sayang. "Tumpahin semuanya hari.. Bareng saya disini, sama kamu"

Haechan cengkraman erat kaus tipis Mark, menenggelamkan wajahnya dalam dada bidang sang guru dan menangis sejadi-jadinya. Meluapkan semua rasa yang selama ini dia pendam dalam, menangis dengan begitu keras layaknya tak ada hari esok.

Mark tenggelamkan wajah tampannya dalam rambut Haechan, mengecup kepala madu itu lama dan berulang kali, mencoba memberikan kekuatan pada remaja rapuh dalam dekapannya.

"Jangan takut kesepian, ada saya disini" Ucapnya teduh sembari terus mendekap erat Haechan.
... .

Mark tutup pintu kamarnya setelah membereskan kotak P3K dan baskom ke tempatnya semula. Pria itu berjalan pelan dan terhenti disisi ranjang Haechan berbaring, menatap kedua mata bulat si remaja yang masih terbuka lebar padahal sekarang sudah lewat dari tengah malam.

Tangannya terjulur, mengusap poni Haechan lembut dan tersenyum teduh. "Kenapa belum tidur?"

"Ma-mata saya sakit saem" Cicit Haechan pelan membuat Mark mendengus dan berjongkok, mensejajarkan wajah keduanya.

DI CULIK? | MarkHyuck☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang