".. Kalo saya gak mau pulang gimana?""Hah?"
Kaki Haechan melangkah, berdiri dihadapan sang guru yang masih terdiam bingung diatas motor. Dia tatap kedua mata bulat penuh heran Mark dengan lekat.
"Saya.. Saya mau disini aja saem, saya gak mau pulang.." Gelengnya lirih.
Mark termangu, menatap dalam wajah sendu Haechan yang entah kenapa membuat detak jantungnya tak nyaman, seakan mengerti dengan apa yang tengah dirasakan siremaja.
Lagi, Mark hanya bisa menghela napas panjang. "Haechan.." Panggilnya rendah yang hanya dijawab kedipan mata pelan oleh sang murid.
Mark kembali terdiam sejenak, mencoba mengendalikan perasaannya yang lebih dominan menyetujui permintaan Haechan. Karena entah kenapa melihat gurat kesedihan dalam wajah itu cukup membuat dadanya terasa kacau, seakan tak rela jika Haechan merasakan sedih, walau itu hanya setitik.
".. Maaf" Lanjutnya pelan.
"Maafin saya Haechan, tapi kamu gak bisa terus tinggal disini.. Kamu harus pulang" Ya, Mark akhirnya memilih mengucapkan kata-kata yang bertentangan di hatinya.
"Saem..."
"Maaf, dari awal ini semuanya salah saya.. Saya yang nyeret kamu kedalam masalah saya sendiri, dan itu tindakan yang sangat salah"
Mark raih pundak sempit Haechan, mengelusnya lembut meminta pengertian. "Saya salah.. dan saya lagi mencoba memperbaiki kesalahan saya"
"Tapi saya masih mau disini.." Cicit sang murid dengan wajah yang menunduk tak rela, membuat Mark mendengus gemas.
"Dengan saya mulangin kamu, bukan berarti kamu gak bisa main kesini kan?"
Haechan mendongak, merenggut tak suka melihat wajah tersenyum Mark. "Tetep aja!" Rengek Haechan sebal.
Mark terkekeh gemas melihat wajah merajuk Haechan. Tangannya naik, menangkup lembut pipi tan si remaja dan kembali tersenyum tampan. "Maafin saya ya.. Ayo saya anterin pulang"
"Berenti minta maaf saem! Bukan itu yang sama mau!" Bibir Haechan mengerucut maju, kedua mata bulatnya menatap kesal Mark dengan begitu tajam, seakan ada fitur laser dalam pupil matanya.
"Ya saya minta maaf karena saya gak bisa kasih yang kamu mau" Dengus Mark sambil manarik kedua pipi Haechan gemas, yang langsung membuat empunya meringis kesakitan.
"Aarggg sakitt" Jerit Haechan sambil berusaha melepaskan cubitan tangan Mark yang makin lama makin kencang. Sial! Ini guru mau nyopot pipinya apa gimana!
Mark lepas cubitannya dan langsung tertawa keras melihat pipi memerah Haechan dan jangan lupakan wajah jengkelnya yang terlihat sangat imut dimata Mark, sampai rasanya pengen Mark karungi-
Tawa Mark berhenti seketika, matanya terbuka kaget sendiri saat sadar dia baru aja mikir kalo Haechan imut, lagi. Mark tampar pipinya sendiri, merutuki otaknya yang mulai konslet lagi.
Shit Mark! Udah beneran gila lu! Masa iya lu suka sama murid sendiri!
Sedangkan Haechan hanya mendengus aneh melihat tingkah tak normal sang guru. Udah bikin pipinya sakit, sekarang dia malah nampar pipi sendiri. Dasar guru psikopat!
Menyadari tatapan aneh Haechan, Mark berdehem kecil, berusaha mengembalikan martabat diri. "Udah ayo.. Naik, saya anter pulang"
"Saeemmm" Rengek Haechan dengan wajah memohon, masih berusaha membujuk Mark. Tapi sayangnya sama sekali tidak mempan.
"Seo Haechan, naik!" Perintah Mark dengan wajah tegas, membuat Haechan kembali merengek sambil menghentak-hentakkan kaki sebal.
Dengan tak rela, remaja itu naik keatas vespa Mark dan langsung memukul punggung lebar sang guru berkali-kali dengan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DI CULIK? | MarkHyuck☑
FanfictionBerawal dari sang Ibunda yang meminjam uang ke beberapa aplikasi peminjaman online dengan identitasnya, membuat Mark seketika ingin mati melihat jumlah fantastis yang harus ia bayar belum lagi dengan bunga yang sudah menumpuk tinggi. Nekat, pemuda i...