Haechan menguap lebar dan langsung menjatuhkan tubuhnya ke atas kasur Mark, sedangkan yang punya kasur hanya melirik tingkahnya sekilas lalu menutup pintu kamar.
Sekarang jam 3 pagi dan keduanya memutuskan untuk kembali tidur. Ya, adu mulut perpiringan itu berlangsung sampai jam 3 pagi. Sangat bermanfaat.
Haechan bangkit, duduk bersila sembari mendekap bantal di pangkuannya. "Mark saem sini" panggilnya sambil menepuk-nepuk sisi kasur yang kosong, meminta yang lebih tua untuk tidur disebelahnya.
"Engga, kamu aja"
Haechan merenggut tak suka mendengar jawaban sang guru, namun tak lama kemudian remaja itu bergeser mendekati tepi ranjang; mencoba merayu Mark yang sedang bersiap tidur dibawah sana.
"Sini saem tidurnya bareng saya aja, enak loh empuk.. Nanti saya dongengin" rayunya senyum centil. Dan Mark hanya bisa menyerengit aneh terlebih saat kedua mata bulat itu terus berkedip centil.
"Engga, enakan di bawah" geleng Mark dan mulai terbaring sambil menutup seluruh tubuhnya dengan selimut, membuat Haechan kembali mendecak tak suka.
Haechan tatap sinis wajah tampan yang tertutup selimut itu lama dan dengan sengaja dia jatuhkan badannya ke atas tubuh sang guru dibawah sana, membuat Mark terlonjak kaget saat tiba-tiba sesuatu yang berat menimpanya kuat.
"Hae- Kamu ngapain!" Kagetnya dan berusaha bangkit tapi tak bisa karena Haechan langsung memeluk erat tubuhnya. Mark mendengus jengkel melihat wajah sok polos Haechan yang bersandar di dadanya.
"Kamu ngapain si! Minggir! Sana naik ke atas!"
"Hm~" Geleng Haechan manja dan semakin mengeratkan pelukannya ketika Mark terus mendorongnya paksa. "Saya abis mimpi buruk.. Kalo gak cuddle nanti mimpinya dateng lagi!"
"Huh? Gak ada hubungannya!"
"Ada!" Haechan mendongak, menatap wajah tampan sang guru serius dengan dagu yang tertumpu di dada Mark. "Saya kalo kebangun pas mimpi buruk, nanti pas mau lanjut tidur pasti kemimpi lagi!"
"Ya engga sama saya juga" jengah Mark dengan tangan yang terus mencoba mendorong Haechan dari atas tubuhnya.
"Terus sama siapa! Mae gak ada disini!"
"Mae?" Haechan mengangguk, kembali menyandarkan sisi wajahnya diatas dada bidang Mark. "Saem tahu gak, dulu setiap saya mimpi buruk pasti saya bakal tidur meluk Mae sampe Daddy ngambek soalnya saya gak mau meluk dia" Haechan tertawa kecil, teringat akan masa lalu.
"Abis badan Daddy terlalu gede terus keras, gak enak dipeluk! Tapi kalo Mae enak, badannya empuk, betah saya meluknya sampe pagi" Tawanya makin keras, mengingat betapa kekanak-kanakan dia dulu- eh, tunggu.. sekarang juga masih kan?
Haechan kembali berpaling, menatap Mark dengan tawa di bibirnya. "Pokoknya setiap saya mimpi buruk, saya bakal ngerecokin kamar mereka! Terakhir kapan ya?" Remaja itu terdiam, berusaha mencari jawaban akan pertanyaannya sendiri.
"Ah, pas saya kelas 5 SD atau 6? Pokoknya sebelum mereka berantem terus pisah rum-" Nada ceria itu terhenti, wajahnya merunduk pelan dengan sorot mata yang turun, terdiam cukup lama kala sadar akan ucapannya sendiri. Apa.. Apa mereka pisah karenanya?
"Haechan-ah" Panggil Mark melihat remaja itu tetap diam, sama sekali tak merespon panggilannya. Mark guncang tubuh tan itu sembari terus memanggilnya.
"Haechan? Hei? Kamu bisa dengar suara saya? Haechan-ah? Lee Haechan!" Seru Mark dan berhasil membuat tubuh tan itu tersentak sadar, Haechan langsung menoleh cepat. "Ya?"
Mark menghembuskan napas lega mendengar suara Haechan, dia tangkup wajah manis itu perlahan. "Kamu engga apa-apa?" tanyanya penuh nada khawatir.
Kedua mata Haechan berkedip cepat, berusaha mencerna apa yang baru saja terjadi dan langsung mengangguk cepat saat sudah sepenuhnya sadar. "Iya, saya engga apa-apa saem, saya baik-baik aja"
KAMU SEDANG MEMBACA
DI CULIK? | MarkHyuck☑
FanfictionBerawal dari sang Ibunda yang meminjam uang ke beberapa aplikasi peminjaman online dengan identitasnya, membuat Mark seketika ingin mati melihat jumlah fantastis yang harus ia bayar belum lagi dengan bunga yang sudah menumpuk tinggi. Nekat, pemuda i...