Melepas mukena yang dikenakannya, Melati berlari kecil menuju kamar mandi karna sudah tidak tahan menahan mual yang tiba-tiba menyerang, meninggalkan Arich yang masih memimpin doa setelah mereka melakukan sholat subuh berjamaah.
Tangannya berpegangan pada sisi bak mandi, mulutnya terus mengeluarkan sesuatu seperti bubur hingga memenuhi kloset. Masih berbalut baju koko hitam dan sarung, Arich menghampiri Melati. Memijat tengkuk istrinya dan memegangi bahunya agar tidak kehilangan keseimbangan.
Melati membersihkan sekitar mulutnya dengan air. Badannya terasa begitu lemas. Rasa mual itu perlahan mereda. Ia membalikan badannya, melihat Arich yang tampak begitu cemas.
"Mual banget?" tanya Arich. "Setiap hari suka begini?"
"Setiap pagi," koreksi Melati seraya menyeka air mata di sudut matanya.
"Kamu istirahat, ya? Untuk beres-beres rumah biar saya aja," tutur Arich seraya merangkul Melati keluar dari kamar mandi.
"Aku gak apa-apa kok, kak. Lagian aku gak enak hati kalau semua kakak yang beresin. Aku berasa jadi istri yang tidak berguna," balas Melati yang langsung mendapat gelengan kepala dari suaminya.
"Pokoknya kamu istirahat dulu, harus nurut sama suami. Mau jadi istri durhaka? Nanti kena azab kaya di sinetron yang sering kamu tonton itu." Melati langsung menggelengkan kepalanya sebanyak tiga kali dengan bibir bawah sedikit maju membuatnya terlihat lucu.
"Kak," panggil Melati dengan wajah kembali pucat. "M-mual lag----" dengan cepat Melati kembali ke kamar mandi, kali ini hanya memuntahkan cairan.
Segera Arich pergi ke kamar mengambil ponsel lalu menelpon Digo yang entah sudah bangun atau belum mengingat Digo paling malas sholat subuh. Sambil menunggu panggilan tersambung, Arich menemui istrinya yang masih muntah-muntah.
Akhirnya Digo menjawab telponnya.
"Apaan sih, Rich? Bangke, lo! Ngapain nelpon gue malem-malem begini? Emang lo kagak celap-celup ma si Jasmine?"
"Mau pamer malem pertama apa gimana, hah? Gaya elu pamer mentang-mentang udah sah!"
"Malem otak lo kena rabies. Lo gak punya jam di rumah?"
"Ini udah subuh. Sholat! Lo kata masuk surga bisa pake orang dalam?"
Tangan kanan Arich aktif memijat tengkuk Melati.
"Itu sapa yang lagi oo ooan? Lo gak nyuruh si Jasmine nelen bibit lo, kan? Heh, bego. Bibit lo udah tumbuh gak usah disuruh suruh lagi kek gitu."
Andai Digo ada di dekatnya mungkin laki-laki itu sudah mengalami patah tulang serius. Sembarangan banget nuduh Arich yang nggak-nggak.
"Istri gue mual-mual tiap pagi. Kenapa, ya?"
Di sebrang sana Digo mengucek matanya yang terasa berat akibat perjalanan yang ditempuhnya semalam.
"Itu namanya morning sickness. Bego banget lo gitu aja gak tau. Harusnya sebelum jadi suami lo ikut dulu YLPJSP."
Kening Arich sedikit mengerut. "YLPJSP apaan?"
"Yayasan Lembaga Pelatihan Jadi Suami Pintar."
"Gaya aja lo sarjana pendidikan tapi morning sickness aja gak tau."
"Lo pikir gue kuliah meneliti tentang kehamilan? Lagipula emang lo pikir gue pernah punya riwayat hamil!?:
"Lah lo juga hamil?"
TUUUUT
Arich memutuskan sambungan telpon itu secara sepihak karna Digo makin kaya orang mabok air rebusan lumpur lapindo. Melati kembali membersihkan sekitar mulutnya, tenaganya benar-benar terkuras habis.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVESICK [TAMAT]
Художественная прозаMonmaap nih gue mikir cerita ini pake otak sendiri, ngetiknya pake jari sendiri, kuota sendiri jadi awas aje lu kalau baca doang kaga vote dikata gue kaga stres bikin ni cerita:'( Arich Debara Jeffrey, S. Pd. Seorang guru muda berparas tampan yang t...